"Sayang!"
"Aku dikamar mandi sebentar!"
Chae buru-buru mencuci wajahnya dengan air membiarkan darahnya menetes bersama dengan air yang berada di wajahnya.
"Syukurlah tidak keluar lagi"
Chae mengambil handuk putih yang berada di dekat sana lalu mengusap wajahnya.
"Sayang!"
Chae terkejut lalu memutar tubuhnya menghadap Felix yang sedang menatapnya.
"Kenapa?"
"Aku gapapa, tadi ngantuk jadi cuci muka deh hehe"
Felix tersenyum lalu mengusap kepala Chae dan memeluknya.
"Aku khawatir sekali"
Chae membalas pelukan Felix.
'Kamu hanya kecapean Chae setelah ini istirahat!' batin Chae.
"Kenapa khawatir?"
"Entah"
Chae melepaskan pelukannya lalu menatap Felix.
"Aku gapapa sayang ayo kembali kerjakan soalmu!"
"Iya"
Chae pergi mendahului Felix lalu diikuti dengan Felix yang berada di belakangnya.
"Aku tinggal 1 soal lagi"
"Bagus dong"
Chae naik keranjang lalu mengambil Snowie dan meletakannya di kedua pahanya.
"Selesai!"
Chae tersenyum lalu duduk bersila di atas sedangkan Felix memindahkan Snowie di tempat tidurnya yang kecil.
Felix menatap Chae yang sedang memeriksa jawabannya, ada rasa bangga di Felix karena berkat Chae dia tidak bodoh dengan dua pelajaran itu.
"Pinter banget si!"
"Makasih ini kan berkat kamu juga"
"Yeu, aku pusing nih pijitin dong"
Chae tersenyum lalu duduk di sebelah Felix dan memijit keningnya dengan pelan membuat Felix memejamkan matanya.
"Kamu nginep disini ya? Nanti aku yang izin sama Bibi"
"Iya"
Kedua tangan Chae berada di sisi kening Felix lalu Chae melihat mata Felix yang membuka.
"Kamu ngantu-ehhh!"
Chae sudah berada di pangkuan Felix dengan Felix yang langsung memeluknya dengan erat.
"Aku lemah butuh di isi dengan tenaga"
"Apa si aku ga ngerti"
Felix menarik kepalanya kebelakang lalu mencium dagu Chae.
"Felix ngomong tuh yang bene-"
Chae membuka mulutnya berbekal yang Felix ajarkan waktu itu, dia mengalungkan kedua tangannya di leher Felix lalu meremas rambut Felix dengan gemas di belakang sana, dengan lidahnya yang sedang bertempur dengan lidah Felix.
Felix kalut, dia melepaskan tautan bibirnya lalu membuka kaus putihnya dan membuangnya kesembarang arah dan menggempur bibir Chae lagi.
Tangan Chae yang bebas mulai turun ke dada Felix lalu ke perutnya, membuat Felix mengerang nikmat karena Chae menggambar pola-pola di sana.
Tangan Felix tak mau kalah, dia melepaskan kemeja berwarna baby blue milik Chae dan melepaskannya, kemudian tangan Felix menjalar ke punggung Chae untuk mencari pengait bra dan Felix dapat.
Felix mulai dengan leher jenjang Chae tapi tidak memberi tanda disana, tetapi memberi tanda di dada Chae dan Felix sangat kesal karena Chae memiliki payudara yang sangat menggoda.
"Keluarkan sayang jangan di tahan" kata Felix.
Felix kembali sibuk dengan dada Chae bahkan kedua tangannya sudah berada di perut rata Chae, berusaha membuka celana pendek Chae.
Dengan geram Felix membanting Chae kesampingnya membuat Chae terbaring tak berdaya dengan Felix yang berada di atasnya, yang sudah berhasil melepaskan celananya.
Felix menatap Chae dengan tatapan sendu, tanda di tubuh Chae membuat Felix tidak kuat sekarang, kemudian Felix menarik selimut untuk menutupi punggung polosnya juga tubuh Chae.
Felix menopang tubuhnya dengan kedua tangannya agar tidak menindih Chae lalu menatap wajah Chae dan mendekatinya.
"Biarkan aku yang pertama Chae"
.
.
.
.
.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
15 Day's 'Lee Felix'
Teen FictionWaktu yang sangat singkat dengan guru privatenya