18

125 20 0
                                    

"Lo kemarin beneran naik pesawat?" Heboh Haechan saat gue keluar kelas.

Tuh kan, dia pasti kepancing. Gue mangangguk semangat. Dia menoleh, "lo bawa apa?"

"Ini sandwich." Gue menunjukkan sedikit isi di dalam kotak.

"Renjun mana?"

"Ke kantin duluan."

Gue terkekeh. Pasti Haechan nggak sabar buat nanyain foto gue di pesawat kemarin makannya mampir segala ke kelas.

"Bawa apa?" Tanya Renjun saat gue duduk di depannya.

"Ini Sandwich Njun namanya. Lo nggak tau kan makanan jenis apa? Nih gue kasih tau, ini roti yang isinya macem-macem. Biasalah, orang kaya."

Cerocos Haechan yang membuat Renjun mendesah kecil. Dia keliatan malas meladeni.

"Lo kemarin dari mana?"

Gue tersenyum lebar. "Jalan-jalan gitu deh."

"Kemarin dia beneran naik pesawat Njun. Anjir. Gue naik mobil aja mentok-mentok angkot. Udah jadi orang kaya resmi dia, Njun."

Lagi, Haechan menjabarkan. Cowok itu membuka kotak yanh gue bawa tadi. "Gue makan deh. Boleh?"

Gue mengangguk, emang sih tadi udah niat buat sodara gue kalo Taeyong nggak mau.

"Lo mau nggak Njun? Ntar potongan."

Bener-bener sodara gue itu rasa berbaginya tinggi sekalipun itu manusia model Haechan yang perilaku dan omongannya bikin istighfar. Renjun menggeleng. Dia udah minum es tehnya.

"Jaehyun mana?"

Renjun mengangkat bahunya, dan nggak lama, manusia yang lagi diomongin dateng.

"Anjing!" Ucapnya saat duduk di samping Renjun. Haechan aja sampe keselek saking kagetnya. Dia mengambil es teh Renjun.

"Kenapa sih? Dateng langsung ngegas aja." Protes gue.

"Bu windy marahin gue anjir."

"Makanya, kalo kelas tiga itu belajar. Bukan basket sama game. Lagian, otak lo kemana sih? Udah tau bego di biologi malah Unbk ngambilnya itu."

Gue melongo. Renjun emang maha tau segalanya.

"Ya gue suka aja sama biologi makanya mau gue perjuangin. Gue udah niat belajar semalem, eh malah lupa."

"Alesan. Lo sama Haechan semalem sampe di usir nyokap gue saking lamanya ngegame."

Gue melengos, agaknya iri karena semalem nggak ada di TKP.

"Udah deh. let bygones be bygones." Celetuk Haechan kembali meminum es Renjun.

"Halah. Sok inggris. Kemaren aja ulangan remidial." Siapa lagi yang sekelas sama Haechan kalo bukan manusia sempurna seperti Renjun.

"Biasa. Efek makan roti."

Jaehyun mengenyit, "emang disini ada yang jual itu?" Tanyanya menunjuk makanan di tangan Haechan.

"Dapet dari Aya."

"Mau dong."

Haechan menyodorkan tangannya yang masih tersisa sandwich ke mulut Jaehyun yang di terimanya dengan baik.

Renjun bertanya, "gimana rasanya?"

"Kayak roti biasa. Cuman ini lebih lembut terus enak. Gitulah Njun. Lo mau?" Jelas Haechan yang menyodorkan roti lagi tapi ditanggapi dengan gelengan.

Setelah menjilat tangannya pas udah abis. Haechan kembali ngajak ngobrol. Gue nggak jajan btw, nggak bawa duit yang selama ini gue simpan sisa uang saku.

"Lo kemarin mau minta anter kemana kalo nggak liburan sama keluarga kaya lo?"

"Enggak!" Siapa lagi yang jawab kalo bukan Renjun. Dia pasti ngerti alasan gue pergi di hari minggu.

"Udah mau masuk UTS. Lo harusnya banyak belajar. Bukan ikut komunitas nari gitu."

Dia bukan sekedar sodara, tapi kadang bisa berubah jadi ayah. Gue berdecak, "itu dance Njun."

[not] CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang