6

173 26 0
                                    

Setelah gue menyetujui. Barulah, Renjun, Jaehyun, dan Haechan dikasih tau soal kepindahan gue. Mereka merespon dengan santai karena gue nggak bakal pindah sekolah. Yang artinya, kita akan terus ketemu setiap hari kalo emang udah di takdirkan.

"Bener nih disini?"

Jaehyun menoleh ke Renjun yang sebelahan. Kita berempat berencana melihat calon rumah gue. Masih dengan seragam sekolah, gue dibonceng Jaehyun sementara Haechan sama Renjun.

"Ini gang melati, bener kok." Renjun tengak tengok.

Haechan mengelap keringat di pelispisnya. Dia turun dari motor. "Beli minum dulu kek. Panas gue, MasyaAllah. Hari ini neraka bocor apa gimana sih?"

"Astaghfirullah. Mulutnya Chan. Jangan sembarangan. Kalo bocor beneran, penghuninya pada kabur dong." Jaehyun menatap Haechan penuh arti.

"Sembarangan. Lo tuh penghuninya. Gue kan calon ahli syurga. Amiin Ya Allah."

Jaehyun tertawa lebar. "Kalo lo ahli syurga gue apa dong? Rakyat syurga paling atas? Lo sama gue aja dosanya banyakan lo."

"Udah deh. Lo tuh bisa diem nggak sih? Makin panas aja tau nggak denger lo semua ngebacot."

Gue melotot, Amazing banget seorang Renjun bisa ngomong begitu. "Subhanallah Njun. Mantap jiwa lo, ngomongnya makin pedes aja."

Renjun nggak menggubris, dia melihat nomer di depan rumah. "Bukan ini nih. Nomor tujuh belas." Katanya langsung menjalankan motornya. Untung Haechan udah naik motornya Renjun lagi, kalo enggak dia pasti ditinggal.

Dan beberapa rumah kemudian dia berhenti di depan sebuah bangunan bercat putih. Melihat ke dalam lalu menoleh gue dan Jaehyun.

"Ini nih?" Haechan masih mengamati rumah.

"Lo nggak salah rumah Njun?" Jaehyun melihat Renjun ragu.

"Kayaknya salah deh. Bukan ini kali." Gue juga ikut nggak yakin.

Haechan berdecak, "sejak kapan sih Renjun berbuat salah. Bukannya kita yang selalu salah."

"Iya sih, Renjun ingatannya kuat." Gue mengangguk setuju.

"Anjir lah."

Kita semua menatap kagum rumah besar itu. Gila, nggak pernah terbayang sama sekali buat sekedar menginjakkan kaki disana apalagi menetap.

"Tau gitu, kenapa nggak gue aja ya yang diadopsi."

"Sadar diri Chan, keluarga mau nampung aja lo harusnya bersyukur."

Renjun turun, memdekati soerang satpam yang sedari tadi tak menyadari kebaradaan kita, padahal udah berisik banget gara-gara Jaehyun dan Haechan.

"Permisi Pak, ini rumah keluarga Pak Lienata?"

Satpam itu mengangguk, "ada yang bisa saya bantu dek?"

"Oh enggak. Makasih Pak." Katanya kembali ke motor.

Jaehyun dan Haechan saling melempar pandang kesal, "kenapa nggak bilang ke satpam mau mampir aja sih Njun?"

"Sekalian numpang minum gitu. Gue pengen ngerasain air minum orang kaya."

"Anjir. Lo makin keliatan susahnya Chan kalo gitu. Udah yuk, pulang aja." Renjun segera menarik gas motornya, diikuti motor Jaehyun dengan kedua manusia yang masih saling misuh-misuh melewatkan kesempatan menginjakkan kaki di rumah orang berduit.

[not] CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang