19

113 21 0
                                    

Gue menoleh saat seseorang berdiri di dekat pintu. Tangannya memegang laptop yang terbuka. Baik gue maupun dia sama-sama terkejut.

Taeyong udah balik badan, mungkin nggak sudi duduk di samping gue. Tapi detik kemudian, dia malah menaruh pantat di sofa sebelah kanan.

"Kecilin bisa?"

Gue mengambil HP, menuruti perintah dia buat mengecilkan volume musik. Padahal nggak sekeras itu kok, gue sengaja pasang di volume dua biar orang rumah nggak keganggu, dan dia masih aja protes.

Saking patuhnya, gue mengecilkan sampe nggak ada suaranya. Iya, gue matiin sekalian lagu sweet chaos-Day6.

Takut mengganggu dia yang sibuk dengan laptopnya, gue berdiri hendak masuk. Tapi sopan nggak sih? Dikira gue nggak tau diri nyelonong seenak jidat padahal bukan siapa-siapa. Dimata Taeyong, gue masih anak yang numpang.

Atau takutnya, dia malah mikir gue yang nggak sudi duduk berdua di tempat sepi sama dia. Taulah, otak Taeyong kan pinter, menerka-nerka hal-hal jelek pasti udah jadi kebiasaannya.

Jadilah, karena keseringan main sama Haechan, otak bodoh gue malah menyuruh melakukan hal aneh.

"Mas!" Teriak gue ke penjual somay keliling yang pas banget lewat depan gerbang.

Gue sadari juga Taeyong menoleh sambil mengernyit. Ini kesempatan baik buat melarikan diri tanpa disuudzoni.

"Mau somay juga?" Tanya gue sesopan mungkin. Dia mengeluarkan uang warna hijau dari sakunya. "Nih."

"Nggak usah."

Gue segera masuk, ngambil uang dan beli somay dua porsi. Keadaan rumah sepi, sore gini biasanya Mamah di dapur, tapi hari ini beliau nggak ada. Sedangkan papah kerja dan Taeyong, entah, gue nggak peduli dia kerjanya apaan.

Plastik somay satunya gue taruh di dekat laptop. Dan dia buru-buru mendongak. "Uang dari mana? Tadi pagi saya nggak kasih uang."

Nah kan, dia udah mulai suudzon. Lagian sadar juga dia nggak kasih duit pagi ini, tapi dari tadi siang pas jemput sekolah dia bertindak seolah-olah nggak terjadi apa-apa.

"Uang jajan kemarin kemarin kemarin kemarin kemarinnya lagi."

Dia merespon hanya anggukan, lalu, "ambilin jus mangga dong."

Harus ikhlas, nggak boleh melawan. Mumpung mukanya nggak lagi ngajak baku hantam. Pasrah gue menuruni anak tangga, menuju dapur guna membuatkan jus. Somay yang tadi gue idamkan belum tersentuh.

"Kamu ngapain sih?" Taeyong bertanya dengan santai.

Anjing!

Ya Tuhan, Aya. Sabarkan lah. Kuatkan.

Sedari tadi gue ngupas buah mangga susah payah sampe somay nya dingin tanpa gue sentuh sama sekali. Cowok itu dengan santai minum jus dari kotak yang dikulkas.

Astaghfirullah.

"Makanya, kalo nggak tau tanya. Bego!"

Begitulah kata terakhirnya sebelum menaiki tangga.

[not] CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang