44

107 16 0
                                    

Suara klakson motor membuat gue segera menghapus air mata sambil menunduk. Melihat Haechan yang udah melambaikan tangan, tapi gue masih setia duduk di depan studio.

Cowok itu terlihat geram karena mata gue yang udah melihat dia sambil senyum tapi nggak kunjung mendekat. Dia mendengkus, menatap gue yang udah di depan matanya.

"Manja banget! Pake di jemput segala."

Gue manyun, menatap Haechan memelas.

"Kenapa?"

"Kaki gue sakit. Tadi keseleo pas latian."

Dia menengadahkan wajah, terlihat kesal dengan berkacak pinggang. Lalu  cowok itu berjongkok memunggungi, memaksa gue buat memeluk lehernya dan membiarkan dia menggendong tubuh gue.

Gue memilih buat pulang ke rumah Renjun. Karena nggak mungkin gue ke rumah Taeyong dengan keadaan pincang, bisa-bisa gue nggak dibolehin ikut komunitas lagi mengingat betapa sayangnya mamah.

Tapi ngomongin tentang Renjun, cowok itu juga menatap gue galak sekarang. Dia nggak kalah kesal sama Haechan.

"Kan gue udah bilang enggak Chan. Lo masih ngebolehin. Gue ngelarang juga bukan tanpa alasan."

"Ya ma-maaf." Jawab Haechan takut-takut.

"Beberapa hari ini masih gue liatin ya! Gue nggak suka dibantah."

"Jadi- lo tau?" Lirih gue menunduk.

"Ya taulah! Lo pikir gue bego banget apa!"

Renjun menghembuskan nafas kesal. Memijat pelipis kemudian menatap gue lagi, "sekarang gimana? Maunya apa? Ini lo udah kelas tiga. Terus lo mau bolos sekolah gitu?"

Haechan mengernyit, "loh, kok lo malah mentingin sekolah sih?"

"Yaiyalah. Gimana sih?! Sekolah juga menyangkut masa depan Aya, gue pikirin. Lo pikir gue cuman mikirin tentang diri gue sendiri?"

"Lo sodara apaan? Harusnya yang terpenting itu sekarang Aya sembuh dulu."

"Nah, udah tau begitu kenapa lo berdua adu bacot mulu?" Ucap Jaehyun memunculkan diri, baru datang. Wajahnya yang berantakan kayaknya habis tidur dengan suara seraknya yang mendominasi.

"Iya. Tapi ini juga ngaruh buat sekolah Aya!"

"Gue ngerti. Tapi yang utama kan kesehatan!"

"Lagian salah lo sih! Kenapa nurutin Aya?!"

Suara mereka makin meninggi dengan urat-urat yang hampir keluar. Jaehyun menghembuskan nafas pasrah. Lalu melirik gue, mencoba memerika pergelangan kaki gue.

"ANJING! BABI! JAEHYUN! SAKIT GOBLOK!"

Erang gue menahan sakit.

"Aya!"

Upin dan Mail bersaudara itu melotot. Menatap gue galak.

[not] CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang