Sejak lamaran resmi terakhir kali, gue memilih buat tinggal di rumah Renjun. Menghabiskan waktu lajang gue bersama para saudara. Lebih lama gue pengen membuat kenangan indah sama mereka sebelum akhirnya gue hanya harus memikirkan Taeyong seorang.
Malam ini, gue beserta yang lain berniat buat jalan-jalan. Kayak dulu, cuman keliling komplek nggak jelas buat buang-buang bensin.
Ngeliat abang somay membuat gue memaksa motor Renjun berenti, diikuti motor Haechan yang ditumpangi Jaehyun juga.
"Bang minta."
"Astaghfirullah!" Pekik Jaehyun melotot ke Haechan.
"Kayak nggak punya duit aja minta-minta." Ujar Renjun.
"Malu-maluin Ya Allah." Celetuk gue ikut mencibir.
"Maksudnya minta di awal. Pas udah dimakan baru dibayar."
Bang Somay membuka panci yang oenuh uap, "Berapa?"
"Empat bang. Porsi sedeng tiga, yang satu sambel nya aja. Somainya jangan." Jaehyun udah berani laknat.
Daripada nanti abangnya bingung, terus beneran ngasih sambelnya aja di porsi Haechan kan berabe. Nanti tuh anak ngambek. "Enggak bang. Porsi sedeng semua." Putus gue.
"Ini nih sodara. Bukan yang suka menghina." Haechan melirik Jaehyun sinis.
Selalu aja ribut. Tapi gue suka. Besok, saat gue resmi jadi istri Taeyong mungkin nggak bisa keluar seenaknya begini. Mungkin bakal lebih tersiksa dan dikekang. Gue harap Taeyong nggak akan maksa buat menjauhi hal-hal yang gue suka.
"Habis ini mau kemana? Pulang?" Tanya Jaehyun meniup somay yang masih panas.
"Nggak lah. Gue masih pengen di luar." Jawab Haechan yang gue angguki semangat.
"Kemana weh?"
"Kemana aja Njun. Yang penting kenyang."
"Ya kemana? Kerumah juga kenyang." Katanya ngegas mendengar ucapan Haechan.
"Ke Mcd yuk. Udah lama nggak kesana."
"Anjay, ngesok banget. Lo disana mau minta-minta lagi?" Jaehyun melotot. Masih nggak terima perilaku Haechan tadi.
"Ya nggak lah. Anjing! Gue punya duit."
"Yaudah." Renjun mengangguk.
"Okelah kalo semua oke. Gue absen ngapel dulu."
"Sadar Jae! Itu anaknya Pak Ustad. Lo kalo ketauan di nikahin paksa loh anaknya, berani ngajak pacaran." Ujar Renjun.
Yang Jaehyun jawab enteng, "Anaknya juga mau."
"Ya lo nyadar dong. Milihnya anak pak RT kek, Pak Lurah Kek, Malah anaknya pak Ustad." Haechan ngasih solusi.
"Dosa Jae!"
"Gue ngajak pacaran. Bukan zina." sangkalnya mendengar pekikan Renjun barusan.
"Pacaran bisa bikin khilaf, terus zina."
"Iya ustad Renjun."
Dan kalo mereka udah bahas hal itu, hati gue down. Rasanya nggak asik karena status gue yang udah jadi calon istri orang. Nggak ngerti dan nggak paham apa itu jajanan pacaran.
"Aduh! Ya Allah- gigi gue! Huaaaaaaaaa..."
.
.
.
."Ayaaaa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[not] Cinderella
Fanfiction"Semua keluarga kita nggak lagi ngejual lo. Semuanya ngerasa bersalah termasuk Tante Arum sama Eyang. Tapi ngeliat lo yang tiap kali pulang bahagia bikin kita semua juga ikut seneng liatnya. Kita pikir lo udah menemukan hal yang lebih baik daripada...