Why being kind?

445 108 14
                                    

20 November 2019

The sun will rise, and Airlangga will try again.

Sebenernya, hidupku juga ngga mulus-mulus amat.
Sebenernya aku juga sering dimarahin sama Mama-Papa, cuma nggak aku tulis aja di jurnal. Suka sedih nanti dibacanya.
Aku kadang kalo lagi sedih, aku mikirin hidup orang-orang sekitarku sesedih ini juga nggak ya?

Juna pernah nggak ya ngerasa sesedih ini? Padahal keluarga dia lengkap dan orang tuanya sayang banget sama dia.
Ten sama Lucas pernah ngerasa kesepian nggak ya? Padahal mereka punya banyak temen dan keluarganya juga rame banget.
Ten pernah nangis nggak ya? Padahal dia selama ini ketawa mulu.

Aku selalu mikir gitu tiap sedih, dan aku mikir kayaknya nggak ada alasan buat mereka sedih karena apa yang jadi masalahku, bukan menjadi masalah buat mereka.

Tapi aku baru inget kalo bisa aja hal yang nggak jadi masalah buat aku justru jadi masalah buat mereka dan itu bikin mereka sedih.
Bisa aja mereka juga suka nangis kayak aku. Bisa aja mereka suka sedih kayak aku, cuma ya mereka nggak cerita aja.

Aku jadi kepikiran Dery yang baru cerita kalo sebenernya dia nggak dibolehin sekolah musik sama Ayahnya. Dia pasti ngerasa tertekan selama ini... apalagi akhir-akhir ini kalo kita ngomongin skripsi dia suka diem.
Aku jadi mikirin gimana kalo jadinya Papa yang ngelarang aku sekolah musik? Aku bakal gimana? Aku cuma punya musik buat pelarian, kalo musik juga diambil dari aku, aku harus ngapain? Aku harus kemana?

I have nowhere to go.

I used to think that i am the saddest person with the most painful problems in the world.
Lalu sadar kalo semua orang juga somehow punya pikiran seperti itu, jadi nggak ada bedanya.
Semuanya punya masalah dan menderita dengan caranya masing-masing.

Kayak Ghaza...
Siapa yang ngira orang kayak dia suka nangis tiap malem karena kesepian?
Padahal orang mah kalo ketemu Ghaza ngga bakal ada sangka kalo Ghaza se-emo itu.
Kenapa aku tau? Karena aku nguping telponnya Ical sama Ghaza. Nggak sengaja lho ya. Nggak sengaja.
But i'll make sure to give Ghaza a warm hug.

Mas Danis juga... siapa yang nyangka juga kalo dia masih belum sembuh dari sakitnya ditinggal Mba Ayu bahkan setelah hampir tiga tahun?

Ical apalagi...
Siapa yang nyangka cowo cool, dingin, lurus kayak bambu itu sebenernya punya patah hati pertama yang sangat menyakitkan?
Kalo hati itu buatan manusia, kayaknya hati Ical udah duluan rusak dan Ical sudah wassalam.

Tapi kenapa aku malah nge-list daftar masalahnya orang-orang?
Ngebeberin masalah orang-orang nggak akan bikin aku merasa lebih baik.
Aku tetep aja punya masalah, dan belum terselesaikan. Terus kenapa aku malah ngurusin masalah orang lain?
Atau manusia memang seperti itu? Menjelekkan orang lain agar dirinya terlihat baik?

Jangan sampe, aku nggak mau jadi orang kayak gitu.

Aku nggak mau tumbuh besar diiringi perasaan dengki, iri dan perasaan buruk lainnya.
I used to hate on people, tapi Papa bilang membenci itu nggak baik, dan bukan tindakan yang dibenarkan.
Daripada membenci karena beda, lebih baik belajar menghargai.
Tapi susah.
Iya.
Kata Papa, kalau menghargai itu gampang, orang-orang nggak akan punya masalah hidup. Nggak akan ada banyak drama dan Malaikat rokib-atid nggak akan punya kerjaan.

Ada banyak orang baik di dunia, kalo nggak bisa menemukan ya jadilah orang baik untuk ditemukan.

Papa-Mama selalu nyuruh aku buat jadi orang baik, buat selalu berlaku baik, dimanapun, kapanpun, sama siapapun.
Karena siapa tau kita ketemu orang yang lagi sedih, kita baikin, kita kasih senyum terus ternyata dia jadi seneng lagi, nggak sedih lagi.

Kita nggak akan tau dampak kebaikan itu sebesar apa sampai kita mengalaminya sendiri.

"Makanya berbuat baik, Airlangga. Terus berbuat baik agar orang lain merasakan kebaikan yang mungkin belum pernah mereka rasakan. Karena kalau semua orang menunggu, dan nggak ada yang mau gerak, mau jadi apa? Makanya mulai dari kamu, dari Papa, dari Mama, dari kakak-kakakmu, kita semua. Ayo berbuat baik dengan tulus, tanpa paksaan. Sebaik-baiknya orang adalah orang yang tulus memberi kebahagiaan disekitarnya"

Bukan berarti kita harus pura-pura bahagia juga.....
Kita harus bahagia tanpa pura-pura.

Tapi kalo kita terlalu baik dan dimanfaatkan?

"Maka jadikan itu pelajaran, kamu juga harus tau kalau berbuat baik itu ada resikonya. Ya itu tadi, kalau kebaikan kita nggak dihargai, harus gimana? Tetap berbuat baik. Atau mungkin kamu harus jaga jarak dengan orang itu? Atau kamu hanya membantu seperlunya? Berbuat baik itu nggak melulu soal tindakan fisik yang terlihat loh. Dengan kamu nggak nyinyir itu sudah termasuk berbuat baik. Mungkin kamu nggak mau bantu dia karena kamu selalu dimanfaatkan? Ya nggak apa-apa. Pokoknya jangan di nyinyirin aja. Kamu nggak pernah tau apa isi hati seseorang. Maka kamu juga nggak punya hak untuk menerka-nerka isi hati seseorang"

Merasa sedih itu bukan penyakit kok. Itu wajar. Tapi mengeluh terus-menerus juga nggak bikin masalah kamu selesai.
Percuma kalau ngeluh sana sini, minta nasihat sana sini tapi nggak dilakukan. Buat apa?

Bersikap sesuai porsi. Nggak menyusahkan orang lain dan nggak menyusahkan diri sendiri juga.

Aku juga masih belajar, masih berusaha berbuat baik. Masih berusaha gak nyinyirin orang walaupun tiap ngumpul tetep ghibahin orang. Gara-gara Ten. Emang dasar syaiton dia.

Eh
Astaghfirullahaladzim....

Airlangga's Journal ✔ | YANGYANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang