"...mas" ucap Airlangga "kok diem aja" Danis berbalik, memandangi adik bungsunya, lalu duduk dihadapannya.
"Kamu pasti penasaran ya selama ini?" Tanya Danis. Airlangga mengangguk.
"Ical juga" ucap Airlangga. Danis mengangguk lalu berdeham.
"Aku percaya kalo kamu bisa bedain mana baik mana engga.. jadi.. dengerin baik-baik" jantung Airlangga berdetak tidak beraturan "ada masalah dalam keluarga besar, Papa menikah tanpa restu Uti sama Kakung ya karena apalagi kalau bukan agama suku dan budaya yang emang bertolak belakang banget. Kamu tau sendiri Mama sama Papa itu sama-sama taat. Makanya kenapa waktu awal-awal kita hidup di Surabaya ya karena menghindari Uti sama Kakung. Suatu waktu Uti pernah dateng ke rumah Surabaya dan nyuruh Papa balik ke Jogja karena usaha kakung nggak ada yang nerusin. Tapi uti tetep nggak mau kasih restu ke Mama sama Papa, sekalipun anaknya sudah empat. Mama kayaknya merasa semua ini useless dan akhirnya minta Papa buat cerai. Papa sebenernya ngga mau dan keukeuh buat mertahanin mama walaupun nggak bisa dapet warisan atau perusahaannya kakung. Tapi mungkin Mama mikir kalau Papa ngga sepatutnya seperti itu, Mama tau kalau Surganya Papa itu ada di Uti.. jadi.... ya... she let him go.. karena cinta memang bukan milik kita sepenuhnya" tanpa Danis sadari, dia bercerita hingga air matanya menetes.
"Satu hal yang sangat aku sesali adalah aku nggak milih ikut Mama waktu itu. Tapi aku bersyukur kamu ada sama Mama dan jagain Mama buat kami semua" Tanpa sadar, Airlangga juga meneteskan air matanya. Seperti potongan puzzle yang kembali lengkap, dia kini mengerti mengapa sikap keluarga besar terhadap dirinya sedikit berbeda dibanding dengan kakak-kakaknya.
"So they still love each other...." ucap Airlangga pelan, yang di respon dengan sebuah anggukan oleh Danis.
"They sure still love each other, so much. Tapi lagi-lagi... nggak ikut punya hidup jadi... yaudah" ucap Danis sembari memberi adiknya segelas air putih. Airlangga meminumnya hingga habis lalu kembali masuk ke dalam kamar dan menangis hingga terlelap.
Saat Airlangga bangun, sedang hujan deras di luar, ia keluar kamar dan mendapati Danis sedang nonton kartun bersama anaknya. Airlangga akhirnya menuju dapur dan minum.
"Makan dek" ucap Danis yang hanya di jawab dengan gumaman oleh Airlangga. Sambil makan, Airlangga mengirim sebuah pesan kepada Mama.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
12 Novemver 2019
Karena aku sering ke Jakarta tapi ngga pernah jalan-jalan kecuali ke mall dan ke Ancol. Hari ini aku jalan-jalan. Habis nganterin Wishnu ke kantor mas Danis , aku naik busway dari halte Sarinah ke Monas. Aku bener-bener sendirian dan cuma modal nekat, dari halte Monas aku harus jalan dulu ke pintu masuk Monas, dan sumpah cape anjir, mana panas lagi. Aku sempet bingung nyari pintu masuk ke bangunan monasnya yang ternyata harus turun ke bawah tanah dulu. Keren euy! Tapi karena aku sendirian, aku ngga foto-foto dan cuma foto monasnya aja dari jauh tadi pas mau masuk. Keren euy! Aku norak banget baru pertama kali ke Monas. Dari Monas, aku naik busway jurusan KOTA buat ke Kota Tua. Halte Kota keren! Jadi dia nyambung sama stasiun kota gitu, jadi kalo mau keluar harus turun ke bawah tanah(lagi) baru naik lagi ke permukaan. Di Kota tua juga aku ngga ngapa-ngapain, cuma ke Indomaret beli minum terus duduk aja disitu ngeliatin orang-orang sambil foto-fotoin bangunan museum. Cuma gitu aja sih, tapi cukup healing sih buat aku. Apalagi akhir-akhir ini ada aja yang bikin stress. Kayaknya lain kali aku harus ke Jakarta lebih lama terus nyoba MRT. Terus ke Tanah Abang, kulak daster ye 'kan.... Yaudah gitu aja, petualanganku ku akhiri jam 5 sore dengan rute busway Kota-Sarinah-Tosari-Pondok Indah dan aku cuma keluar uang Rp 10.500 HAHAHAHAH WHAT A LIFE.