Karya Dharmawangsa Airlangga Sukma
Nama lengkap yang baru ku ketahui setelah berbulan-bulan kenal manusia unik yang ternyata juga berusia satu tahun lebih muda dariku, tetapi berkuliah satu tingkat di atasku.
Kalau aku harus mendeskripsikan laki-laki 20 tahun ini, aku masih suka bingung karena menurutku tidak ada kata yang pas untuk menggambarkan dirinya selain namanya; Airlangga.
Pertemuan pertama kami terjadi di centra kaki lima yang dekat dengan kosku, kami sama-sama sedang mengantre kue putu, lalu Airlangga bertanya pada Bapak penjual kue, kenapa kue putu diberi nama putu dan tidak sengaja membocorkan kebiasaannya yang rutin mengkonsumsi kue putu selama 4 tahun terakhir, lalu kami berkenalan dan sejak saat itu dia memanggilku dengan sebutan Lemon.
Namaku Yureka Precillia, iya, Yureka di ambil dari Lemon berjenis Eureka yang dapat di panen sepanjang tahun, dan itulah alasan mengapa Airlangga memanggilku Lemon.
Namaku Yureka Precillia, tapi Airlangga selalu memanggilku dengan nama yang ia buat sendiri, Lemonia Yureka, dan aku suka caranya memanggilku.
Pertemuan kedua kami terjadi lagi-lagi saat kami berdua mengantre untuk membeli makan, kali ini bubur ayam. Airlangga datang bersama seorang laki-laki paruh baya yang ternyata adalah Papanya, aku memanggil beliau dengan sebutan Om Ar.
Airlangga berlari mendahului Papanya tepat ketika mata kami bertemu, sambil berseru "ketemu lagi Lemon!" Airlangga menyapaku dengan senyum lebarnya, tanpa ku sadari aku juga tersenyum lebar."Namanya memang Lemon?" Tanya Om Ar padaku.
"Bukan, hehe, nama saya Yureka" jawabku, sedikit gugup.
"Oh pantesan di panggil Lemon"
Pertemuan ketiga dan keempat kami tetap berada di tempat yang sama, penjual bubur ayam. Tapi, begitu kami bertemu untuk kelima kalinya, di hari Sabtu, Om Ar mengajakku untuk makan bersama di rumahnya, Airlangga juga memaksa jadi yah mau tidak mau hehe.. lumayan buburnya jadi gratis.
Pertama kali aku membonceng Airlangga dengan motorku adalah saat kami tidak sengaja bertemu di salah satu kafe di dekat kampusku, satu bulan setelah aku makan bersama di rumahnya.
"Lemon, aku gak bisa nyetir motor" ucapnya saat itu.
"Demi apa?" Aku kaget "terus nyetir apa? Mobil?"
Airlangga menggeleng lalu menjawab "sepeda ontel"
"Hahahahhahaha gak apa-apa, yuk naik! Lemon yang bonceng" dan dengan begiu saja, sejak sore itu, Lemon resmi menjadi supir pribadi kedua Airlangga, karena yang pertama adalah mas Ical hehehe.
Buat aku, Airlangga adalah teman terbaik yang pernah aku punya. Teman yang mau mendengarkan segala keluh kesahku sebagai mahasiswa semester tua, tentang segala drama percintaanku dengan beberapa laki-laki yang pernah dekat denganku. Airlangga adalah teman yang mau, dengan ikhlas membawakan pembalut malam-malam ke koski ketika aku sedang datang bulan dan tidak mampu bergerak karena period cramps yang menyiksa, dan dia akan dengan sabar menemaniku yang kesakitan. Airlangga adalah teman yang mau menemaiku kemanapun, malam-malam sekalipun.
Banyak hal yang aku suka dari Airlangga, seperti caranya menghormati orang disekitarnya, caranya memperlakukan keluarganya, caranya bercerita tentang banyak hal yang bahkan baru aku ketahui darinya, cara dia mencintai musik seperti rangkaian nada adalah oksigen yang membantunya tetap hidup, kerasnya kulitndi jari-jarinya akibat terlalu sering beradu dengan senar biola, juga kuku jari tangannya yang tak pernah panjang. Aku suka bagaimana Airlangga bercerita, tentang lagu kesukaannya, tentang murid-murid di sekolah musik tempatnya mengajar, tentang kakak-kakaknya, tentang banyak hal tentang dirinya yang selalu aku kagumi.
