Airlangga dan Tanah Jahanam

535 118 23
                                    

Spoiler alert! Kalo kalian belum nonton Perempuan Tanah Jahanam, hati-hati ya. Bakal ada sedikit spoiler soalnya hahahha.

***

1 November 2019

Jadi hari ini kelas selesai jam 5 sore dan aku tiba-tiba diajak Ical nonton Perempuan Tanah Jahanam. Sebenernya sih aku pengen nonton filmnya sendiri tapi kata Riska-temen kuliah yang doyan nonton film horor-filmnya nyeremin banget. Kalo Riska bilang serem berarti bener-bener serem.

Tapi aku ngeiyain ajakannya Ical soalnya kalo aku tolak pasti aku dibilang cemen, 'kan nggak banget.
Kita akhirnya nonton berdua(lagi) jam 7 malem. Sumpah atuhlah ini teh film apaan ya.... aku dibikin merinding, gemeter, lemes, deg-degan...
Dan pas film selesai pun aku masih lemes banget, Ical ketawa aja disamping aku, nungguin sampe aku mau berdiri.
Aku berdiri tapi harus duduk dulu diluar sekitar lima menit karena sumpah coy masih lemes banget sumpah ga boong.
Jantungku debarnya masih gak normal dan aku masih plonga-plongo.

Tapi tau gak sih? Aku tuh selalu suka rasanya pas film selesai dan lampu bioskop tiba-tiba nyala. Rasanya kayak aku ditarik lagi ke dunia nyata setelah berpetualang di dunia film.
Keren... keren banget. Filmnya... sumpah ga kepikir pake akal aku... thumbs up! Respect!

 thumbs up! Respect!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Lampu bioskop tiba-tiba menyala menandakan film telah selesai, Airlangga terperangah.

"Dek, ayo" ucap Ical.

"Sebentar talah, aku lemes mas" ucap Airlangga yang benar-benar terduduk lemas.

"Huahahahhaha kamu nih" tanpa mengejek, Ical kembali duduk dan menunggu hingga Airlangga siap untuk berjalan. Tapi Airlangga tiba-tiba berdiri dan mengajak Ical keluar.

Tapi segera setelah dia menemukan bangku diluar studio bioskop, dia kembali terduduk lemas. Ical hanya diam dan menunggu adeknya yang masih shock tapi masih bisa marah-marah karena filmnya terlalu gila katanya.

"Mas aku nanti tidur sama kamu ya" ucap Airlangga.

"Lah kenapa? Tumben?"

"Tanggung jawab lah, gak berani aku tidur sendirian, mana di Rumah banyak wayang lagi. Gila lo. Papa kenapa sih koleksi wayang ya Tuhan. Kalo ternyata wayang di rumah itu dari kulit manusia gimana? Apa sebenernya kita berempat terlahir tanpa kulit ya? Ih ngeri ngeri aduh pusing mikirnya" Airlangga nyerocos tanpa henti, Ical tak berniat menjawab hanya memandanginya sambil tersenyum.

***

Malem ini Airlangga beneran tidur di kamar Ical dengan dalih meminta pertanggung jawaban.
Ical sih oke-oke aja sebenernya, dan disinilah mereka, di kasur king size Ical, bersebelahan. Belum ada yang tidur, Ical masih duduk sambil baca buku dan Airlangga masih scroll timeline instagram sibuk update instastory soal film yang udah bikin dia lemes banget dan kena panic attack.

Tiba-tiba sesuatu melintas di pikiran Airlangga.

"Mas" ucap Airlangga, Ical hanya menjawab dengan gumaman. Airlangga duduk, memposisikan dirinya bisa menatap Ical dengan jelas.
"Aku pengen tanya, tapi jangan dimarahin ya" mendengar permintaan adiknya, Ical menutup bukunya dan menatap Airlangga. "Mas tau nggak kenapa Mama-Papa cerai?" Tanya Airlangga pelan-pelan "maksudku tuh.. seingetku mereka ndak ada masalah apa-apa.. aku jarang lihat Mama-Papa berantem dan.." Airlangga tidak meneruskan ucapannya. Ical memalingkan wajahnya dan memandang foto keluarga yang digantung di kamar Ical.

"Aku sebenernya juga ngga tau... tapi kayaknya gara-gara agama" ucap Ical.

"Agama? Even after 17 years?" Tanya Airlangga.

"Makanya aku juga nggak tau, aku nggak yakin. Aku pengen tanya sama mas Danis tapi nggak pernah berani" ucap Ical.

"Tanya lah.. tak temenin"

"Kamu aja lah, tanyao sama Papa langsung" ucap Ical.

"Gak mau.. gak berani, gak tega" jawab Airlangga sambil menunduk memainkan baju tidurnya.

"Even after all these times, the pain wont go. Theyre still each other's lover. Lewat Papa aku percaya kalo cinta memang nggak harus dimiliki. Mengatur cinta itu bukan ranah kita" ucap Ical lalu berbaring disamping Airlangga yang masih duduk dan memandangi potret keluarga yang hanya terdiri dari 6 laki-laki.

"Masa iya soal agama sih mas?" Tanya Airlangga yang masih tak habis pikir.

"Aku gak tau, aku cuma denger samar-samar mereka ngomongin itu" jawab Ical.

"Aneh. Perasaan nggak ada yang salah. Walaupun Mama katolik juga kita gaada yang dipaksa ke gereja. Papa muslim juga kita ga dipaksa sholat, ga dipaksa ngaji. Setelah 17 tahun pernikahan baru dipermasalahin?" Airlangga bertanya-tanya penasaran.

"Bisa aja mereka udah permasalahin itu dsri dulu dek" jawab Ical sekenanya.

"Nggak masuk akal, sumpah"

"Iya bener" ucap Ical "terlalu janggal buat Papa sama Mama. Alasannya terlalu nggak banget. Mereka udah menentang Tuhan sejak memutuskan untuk menikah. Kenapa nggak diterusin aja? Toh terlanjur basah, 17 tahun. Nggak sebentar itu" Airlangga hanya manggut-manggut mengiyakan.

"Besok mas Danis pulang katanya. Mas tanya ya?" Ucap Airlangga.

"Gak ah" ucap Ical lalu menyelimuti dirinya dan terlelap. Airlangga ditinggalkan sendirian dengan segala pikirannya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Airlangga's Journal ✔ | YANGYANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang