Momento Mori

954 151 16
                                    

' to remember the death
  to remember that you will die '

16 Oktober 2019

Hari Rabu, aku baru berani keluar kamar setelah satu setengah hari ngurung diri.

Mukaku.. kayak tapir.
Rambutku, kayak landak.
Mataku, sembab nggak karu-karuan.

Aku termasuk orang yang sangat familier sama kematian, tapi tetap belum bisa menerima dengan lapang dada.

Selama 19 tahun hidup, aku sudah kehilangan 3 orang terdekat. Diambil kematian, diambil Tuhan.

Yang pertama Kevin, kakak sepupuku yang paling akrab sama aku.
Cancer took him to death.
Tapi waktu itu aku terlalu muda untuk mengerti kalau apa yang kevin alami sudah kehendak Tuhan.
Aku sempet marah sama Tuhan, sebulanan.
Jadi kalau kapan-kapan aku di azab, aku tau kenapa.

Kehilangan atas kematian pertama yang aku alami sangat berkesan.
Aku di Jerman waktu itu.
Sudah ada rencana pulang ke Indonesia karena libur natal.
Tanggal 1 desember, jam 11 malam.
Messenger Facebookku tiba-tiba ada notifikasi dari Kavin (Saudara kembarnya Kevin)

"His times up, hes up upon the stars, with god wraps him around his arms"

Aku diem 10 menit, gak tau harus ngapain. Padahal aku janji mau nemenin dia beli series kkpk yang paling baru..
Tapi dia pergi duluan, bahkan sebelum series kkpk yang baru rilis....

Dan bener aja, sejak saat itu desember nggak lagi sama.
Udah ah.. hati aku terlalu sakit untuk mengingat segala hal tentang kematian.
Nanti kamu aku ceriatin lagi soal yang kedua, tapi nanti.. kalau aku sudah siap jasmani dan rohani.

Waktu itu Airlangga baru 11 tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu itu Airlangga baru 11 tahun.
Kelas 2 smp. Iya jangan kaget. Dia emang sepinter itu.

Dia lagi packing buat pulang ke Indonesia sampai jam 10 malam. Sekitar jam setengah 11 dia sudah di kasur siap-siap tidur karena Mama udah ngomel-ngomel takut besok dia kesiangan dan ketinggalan pesawat.

Baru aja mau merem

Ting

Ada notifikasi dari facebook, Airlangga lupa kalau belum matiin komputer.
Akhirnya mau nggak mau dia harus bangun dan matiin komputernya.
Ternyata ada messenger dari Kavin.

' his times up, he's up upon the stars now, with God wraps him around his arms '

Seketika Airlangga diam, membeku, nggak tau harus ngapain.
Saat itu rasanya kayak ada batu di tenggorokannya dia. Dia pengen teriak manggil Mama tapi nggak bisa, dia tetep diam selama kurang lebih 5 menit.
Dan saat itu juga, ada messenger masuk lagi. Kali ini dari Papa.

' make sure you come home with mama  '
Airlangga nggak jawab kedua pesan itu, dia tetep diam di tempat.
Lalu tiba-tiba teriak..

"MAMAAAAAAAAAAA!!!!!"

Mama yang lagi nyiapin bekal buat Airlangga besok langsung lari nyamperin Airlangga.
Airlangga sudah duduk lemes di lantai sambil nangis-nangis waktu Mama dateng.

Mama bener-bener clueless, anaknya kenapa.
Akhirnya Mama baca messenger dari Kavin dan Papa, lalu paham kenapa. Sepanjang malam itu Mama sama Airlangga nggak tidur dan malah pelukan sambil bales2an messenger sama Mas Danis.

Mas Danis dan yang lainnya lagi di Rumah Sakit ngurus segala sesuatunya biar Kevin bisa pulang dan diistirahatkan secepat mungkin.
Airlangga ngotot pengen lihat kevin buat yang terakhir kali, tapi sudah nggak bisa..

Airlangga sampe Indonesia jam 7 malem, langsung ke Rumah duka.
Ada banyak orang disana.. beberapa nggak dia kenal..
Beberapa kali temen-temennya kevin yang akrab juga sama Ical, mereka semua nangis.. Airlangga juga.

Belum pernah seumur hidupnya dia merasakan kehilangan yang sesakit ini.
Rasanya bener-bener lebih parah dibanding waktu Papa sama Mama cerai tanpa sebab.
Iya tanpa sebab, sampai sekarang Airlangga nggak tau apa alasan sebenarnya.

Dia nggak tau kalau beberapa tahun lagi dia akan kehilangan lagi.

Airlangga's Journal ✔ | YANGYANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang