Ini jam 22:00 dan Airlangga masih duduk manis di depan minimarket sambil memandangi beberapa kendaraan yang lalu lalang. Ia hanya ditemani oleh biola dan seekor kucing liar yang sedari tadi mengeong. Belasan pesan singkat dari Papa dan Ical ia abaikan. Walaupun sebenarnya dia tidak suka sendirian, entah kenapa kali ini dia ingin sendirian. Airlangga merasa dia butuh waktu untuk dirinya, menata segala hal yang tidak tepat dalam otaknya.
Ia berkali-kali mengusap kedua telapak tangannya karena merasa dingin walaupun ia tengah mengenakan jaket yang cukup tebal. Memang cuaca Jogja saat itu sedang kelabu, gerimis tidak berhenti sejak sore. Sebenarnya letak minimarket tidak terlalu jauh dari rumah Airlangga, tapi dia benar-benar belum ingin pulang.
Kendaraan yang lalu lalang tidak berkurang, justru semakin ramai. Ini sabtu malam, mungkin itu alasannya.
Atau jalanan memang tidak pernah sepi.
Airlangga tersadar dari lamunannya ketika sebuah panggilan dari Papa muncul di ponselnya, ia merasa harus mengangkatnya kali ini. Begitu Airlangga menekan tombol hijau, sebuah seruan didengarnya. Bukan suara Papa melainkan suara Ical.
"Kamu dimana?!" Ical berseru, dari nadanya ia terdengar sangat kgawatir namun Airlangga tak kunjung menjawab dan hanya tersenyum "adek.." kali ini suara Papa yang sangat lembut menyapa gendang telinga Airlangga.
"Aku di minimarket deket sini, setelah ini pulang. Jangan khawatir. I am all good, Papa" ucap Airlangga, sebuah helaan nafas lega didengarnya dari sebrang telepon.
"Okay, jangan kemaleman pulangnya" ucap Papa sebelum mengakhiri panggilan. Airlangga kembali termenung memikirkan sesuatu lalu dibuyarkan oleh seruan seseorang yang memiliki suara sebening kristal.
"Airlanggaaaakkkk" Airlangga terperanjat kaget dan mendapati Hesa berhenti dipinggir jalan dengan motornya. Hesa kemudian memakirkan motornya tepat dihadapan Airlangga dan memasuki minimarket.
Setelah membeli sebotol air mineral, Hesa menghampiri Airlangga yang tengah duduk sendirian di depan minimarket.
"Kenapa lu? Banyak masalah?" Tanya Hesa setelah menenggak air mineralnya.
"Nggak yaaaa... mas hesa ngapain disini?"
"Habis dari rumah kamu, pinjem bukunya Ical. Dicariin kamu mah kemana aja"
"Iyaaa udah kok tadi telepon" Hesa hanya mengangguk. Airlangga memandangi Hesa lalu mengerutkan kening.
"Kenapa liatnya begitu? Belum pernah liat orang ganteng apa gimana?" Tanya Hesa, Airlangga tertawa.
"Ngapain gitu malah duduk disini ga langsung pulang?"
"Nengokin elu ya. Ical tuh khawatir, jadinya aku suruh nengokin sambil jalan pulang" Hesa menjelaskan.
"Nurut banget ya sama mas Ical" Hesa yang mendengarnya heran.
"Orang kalo ada temen minta tolong mah dibantu, bukan nurut. I dont do bucin behavior ya" Airlangga tergelak mendengar penjelasan Hesa.