15

1.7K 175 51
                                    

Mark dan Haechan baru saja selesai menonton film di bioskop. Sejak sore tadi mereka berdua menghabiskan waktu dengan kencan dan berjalan-jalan di mall untuk mencari sepatu basket untuk Mark tentunya.

" Mark, apa malam ini kau mau menginap di rumahku?" tanya Haechan sambil bergelayut manja di lengan kekasihnya. Saat ini mereka sedang berjalan menuju tempat parkir gedung.

" Bukankah hari ini orangtuamu ada di rumah? Aku tidak mau kejadian sebulan yang lalu saat kita sedang asik bercinta, tiba-tiba ibumu datang dan menggedor pintu kamar karena khawatir mendengar suara desahanmu yang melengking terulang kembali. Aku malu, Sayang." kata Mark sambil mengingat-ingat kejadian sebulan yang lalu.

Sungguh sepasang kekasih itu tidak tahu kalau pada saat itu kedua orang tua Haechan sudah pulang dari perjalanan bisnis mereka.

Malam itu Haechan sedang mendesah nikmat di bawah kendali kekasih tampannya. Saking kerasnya desahan Haechan, nyonya Lee yang awalnya ingin memberi kejutan pada sang putra malah panik mendengar suara teriakan dan juga rintihan anaknya karena wanita itu mengira anak kesayangannya sedang sekarat tak berdaya di balik pintu kamarnya.

" Hahaha..." Haechan hanya tertawa mendengar apa yang Mark katakan. Dia sebenarnya juga malu, tapi mau bagaimana lagi.

Sepasang kekasih itu akhirnya sampai di tempat parkir mobil Mark berada lalu masuk ke dalamnya.

" Bagaimana kalau kau menginap di rumahku saja? Kedua orangtuaku sepertinya tidak pulang malam ini." tawar Mark sambil menggigit gemas pipi tembam kekasihnya yang duduk di sampingnya.

" Baiklah, kalau begitu aku mau memberitahu ibuku dulu." kata Haechan riang sambil mengecup bibir Mark sekilas lalu segera mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya.

Saat Haechan sedang mengobrol dengan ibunya, Mark yang kini tengah menghidupkan mobilnya akhirnya menjalankan mobilnya keluar dari gedung mall lalu membelah jalanan kota.

" Morkie, bisakah kita berhenti sebentar di apotek terdekat?" tanya  Haechan sambil memandang ke arah kekasihnya yang tengah fokus mengemudi.

" Memangnya kau mau membeli apa? Jangan bilang kalau kau mau membeli kondom dan pelumas?" Mark balik bertanya sambil tersenyum menggoda ke arah Haechan.

" Otakmu benar-benar mesum. Aku mau membeli Dental floss." kata Haechan sambil memukuli lengan kekasihnya. Sementara Mark hanya tertawa terbahak-bahak sambil sesekali mengaduh kesakitan karena pukulan Haechan.

Mobil Mark akhirnya berhenti di sebelah kiri jalan tepat di depan sebuah apotek. Haechan segera keluar dari mobil sedangkan Mark menunggu di dalam.

Di dalam mobil, Mark sedang mendengarkan musik yang sedang ia putar dari player mobilnya.

Saat sedang bernyanyi mengikuti lirik lagu, tiba-tiba saja bibir Mark berhenti bergerak dan matanya melihat kearah sesuatu yang berada di depan mobilnya.

Mark seperti mengenali motor sport yang terparkir tak jauh di depan mobilnya.

Mark mengingat plat nomor motor yang berada sekitar 15 meter di depannya. Namun belum sempat ia memikirkan dimana dia pernah melihat motor tersebut, tiba-tiba ada dua orang pemuda yang keluar dari dalam minimarket yang letaknya bersebelahan dengan apotek.

Mata Mark terbelalak dan memandang kearah dua orang pemuda itu.


" Bukankah itu Jeno? Ah, pantas saja aku seperti mengenali motornya. Tapi dia sedang bersama siapa ya?" tanya Mark pada dirinya sendiri. Rupanya motor yang ia lihat adalah motor milik Jeno yang baru saja dibelinya seminggu yang lalu. Tapi Mark penasaran dengan siapakah sahabatnya itu malam ini karena pemuda satunya yang memiliki tinggi badan dibawah Jeno itu memakai jaket serta topi yang menutupi wajahnya.

You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang