Rindu

35 20 2
                                    

Annyeong yeoreobum!
Seperti biasa ya gusy jangan lupa vote, like, end shear...

Happy reading friends

....
"Iya, Bu. Sekarang saya sedang masak, kalau Ibu terus begini lama-lama masakan Eli bisa gosong, nih Bu," Eli tersenyum manis.

"Upst ... maaf Ibu kan takut kalau kamu kenapa-kenapa, dan lagi pula kamu tiba-tiba gak masuk kerja, Nenek kamu juga nelepon Ibu katanya kamu gak mau keluar kamar. Itu bikin Ibu khawatir apa lagi Nenek kamu dia sampe nangis-nangis," jelas Bu Aya. Aku hanya diam tidak bisa berkata-kata.


"Kamu sedang masak apa? Nak," Bu Aya menghampiri masakanku yang masih di wajan dan mencicipinya.

"Eum ... enak ternyata kamu pinter masak juga, kamu dapat resep dari mana Nak? enak banget ini masakannya," tanya Bu Aya.

Aku hanya menunduk merasa bersalah, sedangkan Bu Aya memuji masakanku membuatku senang dan aku lontarkan senyumanku pada Bu Aya.

☆☆☆

"Eem aku mendapatkan resepnya dari Nenek," Elina tersenyum dan menatap Nenek yang sedang duduk di meja makan.

"O-ya, wah ... boleh dong Ibu makan bareng kalian? Ibu ingin mencicipi masakan kamu nih," Bu Aya menarik pipi Eliana.

"Tentu dong Bu, Ibu tunggu aja di sana dengan Nenek sebentar lagi makanannya sudah masak," aku membalikan tubuh Bu Aya bermaksud menyuruhnya menunggu tapi, Bu Aya malah membantuku.

"Eli ... kok lama. Kesian Bu Aya sudah kelaparan ini."

"I-iya Nek, ini juga sudah selesai kok." Elina sambil membawa masakannya ke meja makan. Bu Aya yang memang sudah kelaparan langsung menyerbu makananku. Membuat aku dan Nenek tertawa Bu Aya tersipu malu.

"Gak papa Bu, masih banyak kok makanannya, kalau Ibu masih lapar tambah saja lagi Bu," godaku pada Bu Aya.

"Ihh ... Elina jangan mengoda Ibu seperti itu," Bu Aya malu.

"Tidak apa-apa, Nak. Makan lah yang banyak," sahut Nenek sambil mengelus rambut Bu Aya. Itu membuatku tersenyum senang seolah keluarga yang kurindukan kembali ada walau tidak ada sosok Ayah.

"Eli kamu kenapa sayang," Bu Aya menatapku, saat kurasakan air mataku mulai meleleh.

"Enggak, Bu. Aku hanya merindukan Mamah saja." Elina menyeka air matanya, Bu Aya pun memeluku dengan penuh kasih sayang. Hingga Bu Aya menginap untuk menemaniku tidur.

"Biar Ibu saja El, yang cuci piringnya kamu istirahat saja, supaya besok bisa kembali fit dan bisa bekerja lagi."

"Enggak Bu, biar Eli saja. Ibu kan tamu di rumah kami," jawabnya cepat.

"Jangan anggap Ibu tamu El, kita sama saja di luar toko atau di dalam keadaan apapun itu kamu adalah anak Ibu. Tapi jika di toko kita harus profesional," jelas Bu Aya.

Aku hanya mengangguk mengerti, setelah selesai membersihkan piring aku tidur bersama Bu Aya. Dia mengelus rambutku dan memeluk dengan hangat, lalu mencium keningku. Hingga kami sama-sama terlelap hingga pagi.

Bu Aya bangun sangat awal jadi dialah yang membuatkan sarapan untuk kami setelah selesai sarapan, aku ke toko buku bersama Bu Aya. Di tengah perjalanan Bu Aya mendapat telepon.

"Hallo Ray, ada apa?" tanya Bu Aya, pada seseorang di sebrang telepon.

...

Jangan lupa vote komen kritiknya juga ya, baca juga cerita ku yang sataunya.
~ kesedihan ku

Bisakah MemilikimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang