Saling Menjahili

13 3 0
                                    

Annyeong, budayakan sebelum membaca follow akun aku dulu ya^-^

Happy reading friends

...
"Siapa yang jadian?"

"Bukannya kita ...." Rasya menatapnya bingung.

"Emang aku ada bilang kita jadian?" tanyanya.

"Enggak," lirihnya

"Terus." jawabnya ketus

"Bukanya tadi kamu bilang ...."

"Aku bilang mencintai, menyukai dan menyayangimu, itu bukan berarti kita jadian kan?" tanyanya lagi

"Lalu, apa?" tanyanya bingung.

"Lalu buat apa kita berkencan, kalau aku bukan pacarmu, bukan kekasihmu, dan aku bukan siapa-siapamu. Lagi pula kita tidak seakrab itu dan seakur itu," jawabku jahil, karna tadi Rasya sudah membuatku malu.

"El jangan mengerjaiku," lirihnya dengan tatapan sedikit kecewa.

"Aku tidak sedang mengerjaimu, aku serius Ray si penguntit bodoh," ejeknya.

"Lalu, buat apa kau menangis?" tanya Rasya.

"Aku ... aku tidak ada menangis dari tadi Ray."

"El ... jangan seperti itu, kau menyakiti hatiku. El," jawabnya lirih, di tatapnya mata Rasya yang mulai berkaca-kaca.

"Lalu aku harus seperti apa?" tanyaku.

"El ...." panggilnya.

"Aku hanya bercanda Ray, bahkan kamu belum keluar rumah sakit aja sudah memikirkan kencan," ucap Elina sambil tertawa pecah.

"Kau benar-benar menyakiti hatiku. El," Rasya ngambek.

"Maaf-maaf, aku kan hanya bercanda Ray," tawa Elina masih pecah. Namun, Rasya tak menjawabnya.

☆☆☆

"Kau marah?" Elina menatap matanya, "Ray ... apa kau marah? Aku kan hanya bercanda," panik Elina.

"Tapi kau menyakitiku," ucap Rasya dengan sedikit tegas, membuat Elina menunduk merasa bersalah kalau candaannya keterlaluan.

"Maafkan aku, Ray ...." lirihnya, bahkan Elina berhenti tertawa. Namun, sekarang Rasya yang tertawa. Mengerjai Elina. "Argghh ... Rasya!! Kau mengerjaiku!" Elina berdecak kesal dan mencubit perut sispek Rasya. Membuat Rasya meringis.

"Emang kamu aja yang bisa mengerjaiku. Aku juga bisa mengerjaimu," tawa Rasya lagi. Elina hanya memasang wajah cemberut.

"Aku pulang dulu deh, kesian Elice sepertinya dia kecapean," ucapnya.

"Kenapa cepat sekali, aku masih ingin berlama-lama di sini denganmu," manja Rasya.

"Jangan manja seperti itu, jika kamu tidak mau berlama-lama di rumah sakit," jawabku sedikit mengancam.

"Baiklah, kamu hati-hati di jalan, jika sudah sampai kabari aku," ucap Rasya.

"Iya, Ray." Elina pergi belum sempat ia melangkahkan kakinya lagi. Rasya menariknya dan mencium bibirnya sekilas lalu ia beranjak pergi.

Elina kembali membuka pintu ruangan Rasya kembali dan mengatakan, "O-iya Ray, kalau besok dan beberapa hari yang akan datang aku tidak bisa pergi. Aku ingin mengajak Elice berjalan-jalan sebelum dia kembali ke Amerika. " Belum sempat Rasya menyahutinya. Elina sudah menutup kembali pintunya.

☆☆☆

Elina beranjak pergi bersama Elice. "Elice ayok pulang," ajakku. Elice hanya mengikutiku dan masuk ke dalam taksi.

"Maafkan aku Elice, seharusnya hari ini kita jalan-jalan," ucapnya lirih.

"It's oke El," jawab Elice sambil tersenyum.

"Sebagai gantinya besok aku akan mengajakmu berkeliling di kota jakarta."

"El...," panggil Elice.

"Iya, ada apa Elice?"

"Ee ... maaf ya El, harus tadi pagi aku tidak menjahilinya," lirih Elice.

"Gak papa Elice," jawabku sambil tersenyum.

"Habis dia bodoh, banget masa gitu aja gak tau. Kok kamu bisa suka sama orang bodoh kek dia? El," tanyanya.

"Entahlah aku pun juga tidak tau," jawabnya.

"Awalnya dari mana? Kenapa kalian bisa ketemu gitu?" tanyanya lagi.

"Emm, pertemuanku denganya dari toko buku hingga kami sering sekali bertengkar seperti tom and jerry," jelas Elina.

"O-ya, terus-terus," ucap Elice penasaran.

"Ya, aku gak tau juga sih, itu takdir atau apa? Yang kutau dia anak dari bosku waktu aku kerja di toko dan orang tuannya itu menganggapku sebagai anak kandungnya lalu kami di kenalin. Hingga akhirnya kami makin tidak akur sampai kejadia itu dan membuat Mamah, kecewa. Lalu pergi hingga akhirnya seperti ini," jelasku sambil tersenyum-senyum.

"Wahh ... kisah cinta yang begitu rumit," jawab Elice.

"Lalu bagaimana denganmu dan Kevin, Elice?" tanyaku penasaran.

"Aku dan Kevin, kami di jodohkan," jawabnya sambil tersenyum.

"Di jaman sekarang masih ada yang seperti itu?"

"Ya, sebenarnya aku dan Kevin tidak saling mengenal. Kami tak pernah bicara, dan bahkan aku sudah memiliki pacar," ucap Elice.

"Lalu, bagaimana dengan pacarmu?" tanya Elina penasaran.

"Ayahku, mengancamnya menyuruh menjauhiku, dan memberinya beberapa uang untuk dia mau memutuskan hubungan denganku," ucapnya.

"Lalu?"

"Lalu, aku terpaksa menikah dengan Kevin, tapi lama-lama aku menyukainya dan mau menerimanya. Hingga saat ini kami bisa bahagia dan bisa saling menerima dan makin saling mencintai hingga saat aku melahirkan Keyla, kami berjanji akan terus saling mencintai. Walau kami masih saling ada rasa dengang seseorang yang dulu," ucapnya.

"Pasti sulit benget buat kalian berdua."

"Awalnya memang sulit, tapi semakin lama aku dan Key menjalaninya. Itu semakin membuat kami terbiasa," ucapnya tersenyum.

"Aku salut sama kalian, kalian kuat dan tetap tegar melewatinya."

"Ya, karena di awal kita merasa sulit. Pasti di akhir akan ada kebahagiaan," jawabnya tersenyum.

Sesampai di rumah merekapun langsung tidur karena besok mereka akan berkeliling dan bersenang-senang. "Elice kamu tidur duluan aja, aku mau telepon rasya dulu sebentar." Elina keluar dan duduk di kursi ayunan di halaman belakang sambil menatap langit dan bintang-bintang.

☆☆☆

"Hallo."

...

"Iya aku sudah sampai."

....

"Baru aja beberapa jam yang lalu, masa sudah kangen-kangen aja sih," ejek Elina.

...

"Sudah sana kamu tidur."

....

"Ya, baiklah setelah ini aku tidur."

...

"Iya-iya Rasya bawel amat deh."

....

"Love you too."

Sambungan telepon terputus
Elina pun kembali masuk ke kamar dan tidur.
...

Jangan lupa vote komen kritiknya juga ya, baca juga cerita ku satunya.
~ kesedihan ku

Bisakah MemilikimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang