Pertemuan

17 3 0
                                    

Annyeong, budayakan sebelum membaca follow akun aku ya^-^

Happy reading friends

...
"El sudah yuk aku capek, pengen cepet-cepet istirahat," ajak Elice pulang.

"Bener sudah?" tanya Elina, dan hanya di angguki oleh Elice.

"Ya sudah yuk," baru beberapa langkah Elina berjalan seseorang memanggilnya.

"Cewek aneh," Panggilnya, "Elina Fharansih," Panggilnya lagi. Elina pun berbalik badan dan seseorang itu langsung memeluknya.

"El, selama ini kamu ke mana aja? aku sangat merindukanmu," cowok itu berbisik.

Dan mamahnya alias Bu Aya pun melihat dari kejauhan hanya bisa terdiam dan sedih. Karena dia sudah memisahkan mereka berdua. "Penguntit, bagaimana bisa,?" Elina menatapnya tak percaya mereka bisa bertemu di sini.

Rasya langsung menciumnya, tidak perduli banyak orang yang melihatnya. jatung mereka saling belomba-lomba.

"Aku menyukaimu El," ucapnya setelah menciumnya. Elina membelalakan matanya tak bisa berkata-kata dan bingung ingin berekpresi seperti apa, senang tau atau malah sedih.

"El ...." panggil Rasya, lalu Elina mengangguk dan masih terdiam tertengun tak percaya. "El jangan hanya mengangguk El," lirihnya

Plak pukulan melayang di kepala Rasya. "Bodoh," ucap Elice.

"Aw, kamu siapa sih? Main pukul-pukul aja!" ucap Rasya kesal.

"Ni, orang kayanya suka ama Elina, ya jelaslah dia aja tadi ngungkapin persaannya. Hehehe, apa aku kerjain aja ya," batin Elice tersenyum jahil.

"Eh kalau di tanya itu jawab!"

"Aku, aku adik iparnya Elina emang kenapa?" tanyanya nyolot.

Elina sontak terkejut dan menatap Elice meminta penjelasan. Elice hanya memberi kode kepada Elina, di lihatnya Rasya yang frustasi mendengar itu. "El apa benar itu?" tanya Rasya minta penjelasan.

Elina hanya diam dan menunduk, di lihatnya Rasya yang makin frustasi. "Apa aku sudah terlambat El?" ucap Rasya lirih di rasakan air matanya kini mulai meleh.

Elice yang melihat itu ingin ketawa dan Elina menatapnya kasihan ingin dia memberitahunya tapi Elice mencegahnya.

"Hubungan apa yang kutakutkan akhirnya terulang lagi. Aku ingin menunggumu lebih lama hingga saatnya tiba, tapi kali ini aku terlambat. Apa selama ini aku menunggu dan menantimu hanyalah sia-sia El?" air matanya menetes tidak bisa lagi di tahanya, Rasya terduduk lemas. Tak kuasa menopang tubuhnya lagi.

Elina menatap Elice, dan Elice hanya tersenyum. Mengartikan menyuruh Elina memeluk lelakinya itu. "Ray, kenapa kamu bodoh sekali Ray," ucap Elina, menohok Rasya.

"Apa maksudmu El, menyebutku bodoh," ucapnya kesel tak terima.

"Ray ... kamu lihat jari-jariku, Ray. Apa ada cincin yang menandakan aku benar-benar sudah menikah?" tanyaku.

Rasya langsung menarik kedua tanganku dan melihatnya.

"Jadi?" tanyanya

"Kamu sudah tau jawabanya Ray, aku tidak perlu menjawabnya." Elina tersenyum. Rasya membalas senyum kembali dan menatap Elice tajam, karna sudah mengerjainnya. "Kau ... kau mengerjaiku!" teriaknya.

Elice tertawa pecah, dan Rasya hanya tersipu malu. Karna tingkahnya tadi. "Emm ... Ray."

"Ya, El. Ada apa?"

"Emm, bagaimana dengan Mamah, beberapa tahun lalu aku mengecewakannya. Aku tak yakin dia mau menerimaku," ucapku ragu.

"Kecewa ... kenapa El?" Aku menantapnya serius tapi Eli tak berani menatap mataku.

Bisakah MemilikimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang