Ungkapan 2

33 22 3
                                    

Annyeong...!
Aku up lagi nih, aku ingetin lagi ya untuk koment, vote, saran dan tanggapan juga gak papa. Karena itu sangat membantu author untuk novel novel author lainnya...^-^

Happy reading friends

....
"Ray yang aku kenal dulu tidaklah seperti ini kamu berubah Ray. Dulu kamu selalu tersenyum walapun kadang kamu tidak sama sekali menghiburku, tapi kamu bagaikan pelindungku semasa kecil. Karena kamu seolah-olah seperti orang dewasa," Viona merendahkan suarannya. Nmun, Rasya hanya terdiam membisu.

"Kamu tau Ray, sebenarnya aku melihatmu! Tapi ku urungkan niatku untuk menghampirimu! Saat kulihat kamu begitu kekehnya kamu mencariku, aku ingin membatalkannya tapi jam penerbanganku sudah tiba aku ingin pergi. Tapi ayahku menghalangiku, setiap waktu aku memikirkanmu dan merindukanmu, Ray." Viona menitikan air matanya kembali. Rasya terdiam tak bisa berkata apa-apa.

"Kamu tau Ray, sebenarnya aku memikirkanmu dan merindukanmu, di sana aku berusaha untuk memberimu kabar, lewat apapun tapi kau tau. Setiap aku berusaha aku selalu kepergok oleh mereka. Orang yang selalu menyiksaku, di sana aku tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menuruti mereka. Hingga aku bertemu seseorang, dia dari negara yang sama denganku. Dia yang selalu membantuku di sana sampai akhirnya aku bisa lolos kembali dan bisa bertemu denganmu Ray, ternyata ayah menjualku ke pada mereka dan meninggalkanku begitu saja, di sana aku terus di pak ...," celotehanya terpotong karna Rasya yang tiba-tiba mencium bibirnya tanpa ia sadari.

Viona hanya membelalakan matanya, air matannya masih bercucuran. Akhirnya Viona menutup matanya, tangannya bergerak melingkar di leher Rasya dan membalas ciumannya.

"Upst ... ma-maaf Vi bukan maksudku," Rasya tersadar dan melepaskan ciumannya, Viona hanya tersenyum licik.

"Apa kamu masih menyukaiku Ray?" tanyanya serius. Rasya terdiam, saat di dekatnya dia memang tidak merasakan apa-apa.

"Ray ...," panggilnya pelan
Rasya beranjak dari tempat duduknya dan pergi.

"Ray, Rasya ...," panggilnya dan mengejarnya sedikit.

☆☆☆

Hari sudah semakin gelap Elina pulang ke rumah, dan langsung mengunci kamarnya, nenek yang melihat itu jadi mengkhawatirkannya, baru-baru ini Elina sidikit keliatan aneh setiap pulang kerja.

Hingga ke esokan harinya Eli tidak mau masuk kerja, dan hanya mengurung diri di dalam kamar.

Elina yang disuruh keluar tidak mau, itu semakin membuat neneknya khawatir, bahkan rekan kerjanya datang menjenguk Elina, yang tidak masuk kerja. Apa lagi Ibu Aya yang sudah menganggapnya seperti anak sendiri juga sangat khawatir.

Rasya beberapa hari ini juga bagitu, dia seperti banyak pikiran, tapi entahlah apa yang membuatnya seperti itu. Sejak kejadian itu Rasya jadi murung dan pendiam di kelasnya. Entah kenapa perasaannya jadi begitu, entah itu karena Viona teman kecilnya atau orang lain.


Seminggu berlalu, Elina masih mengurung diri di rumah tapi tidak seperti dulu yang hanya di kamar tidak makan seharian, sekarang Elina mau keluar kamar, mencari ke sibukan untuk membaca komik, memasak, berberes, dan mengurus nenek.

Suar bel rumah berbunyi. Nenek membukakan pintu sedangkan aku masih memasak buat makan malamku dengan nenek.

"Eh ... Bu Aya silakan masuk Bu," terdengar suara rapuh Nenek yang sudah tua. Bu Aya masuk sambil menuntun Nenek ke sofa depan tv.

"Eli ... akhirnya kamu keluar kamar juga, Nak." Bu Aya memutar-mutarku, memastikan tidak ada luka atau apapun itu.

Aku senang melihat ke khawatirannya terhadapku, mengingatkanku pada satu, yaitu pada Mama. Jika ada sesuatu yang membuatnya khawatir Mama selalu membolak-balikan badanku dan memastikan tidak ada yang aneh di tubuhku. Aku jadi merindukannya.
...

Janagan lupa vote komen dan kritik juga ya, baca juga cerita ku yang satuny
~ kesedihan ku

Bisakah MemilikimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang