Berbincang tentang Seno, pria itu tak mau banyak yang mengetahui tentang jati diri asli nya.R. Seno Bawarakhastu, keturunan darah biru dari sang ayah. Marga Raden selalu disematkan di meja besar kantor, name tag ujian, sampai kamar nya dulu waktu kecil. Ini membuktikan bahwa Seno bukan dari kalangan biasa, dari kecil selalu di didik untuk menjadi seorang Raden Bagus yang cemerlang. Semua jalan hidupnya sudah di atur, otoriter dan tepat.
Umum nya seseorang yang memiliki embel embel Raden dalam namanya pasti akan selalu dijodohkan dalam usia cukup muda, 24-29 tahun mungkin?
Tapi Seno tidak, keluarga nya memang mengatur segala rancangan hidup dan bisnis nya, namun tidak termasuk hati nya. Kata sang ayah, "ayah boleh saja mendidik mu keras dan menentukan takdir mu untuk mencapai kesuksesan, ayah melakukan itu untuk masa depan mu juga. Tapi masalah hati, ayah tidak bisa mengaturmu untuk itu. Ayah tak mau kamu menjadi pria tak berperasaan, nak, ayah bebaskan kamu mencari sendiri siapa tempat pulang dan bersandar mu. Niscaya jika kamu bahagia, ayah juga akan bahagia."
Kaya hadist riwayat Nabi aja.
Ultimatum tersebut bisa dibilang kebebasan juga bisa dibilang kesengsaraan untuk Seno. Kebebasan dimana ia tak harus memaksa diri sendiri untuk mencintai seseorang yang akan dijodohkan dengan nya, dan kesengsaraan dimana setiap adanya perkumpulan keluarga besar ia akan menjadi objek olok olok saudara saudari nya yang lain.
"Sen sen, inget umur napa."
"Seno, mau Tante cariin cewe?"
"Gak malu apa lu woi? Sepupu lo udah punya anak lu masih punya anjing."
"oooOooOoo apa lu GAY YA?!"
"Berkarat lah tuh batang."
Kurang ajar, apalagi yang terakhir.
Seno tau persis siapa yang ngomong gitu, siapa lagi kalo bukan Jade? Mentang mentang udah dua tahun nikah belum dikasih momongan, keluyuran terus malem Minggu sama Karina. Jadespati Aryo Utomo, sepupu yang sepantaran dengan nya itu selalu saja bermulut pedas. Udah pedas, gatel lagi. Untung dapet bini bener, kalo sama pedes nya kelar lah tuh baru nikah besok nya cerai.
Selalu dan selalu saat kumpul kumpul keluarga seperti ini, Seno akan duduk di bangku paling tengah, sambil mengangguk angguk kan kepala saat menerima nasehat dari para tetua. Malam nya, ia dan Jade akan pergi ke bar sampai jam tiga pagi baru pulang. Hanya tidur dua jam dan pagi nya lagi langsung berangkat kerja.
Jika banyak pria setelah mabuk mabukan Hangover sampai mampus kemudian drop hari berikut nya, maka Seno tak termasuk orang orang tersebut. Entah pola makan nya yang baik dan teratur atau pada kehidupan sebelum nya ia berbuat suatu kebaikan, yang jelas ia memiliki toleransi alkohol cukup tinggi. Habis berapa banyak botol pun ia masih bisa menyetir dan menghitung perkalian cepat. Yang jelas ia tak mudah mabuk.
Jika untuk alasan kerja, Seno orang nya nggak neko neko. Yang penting pegawai nya punya adab baik dan dapat diajak bekerja lihat-paham-kerjakan. Kalau kerja ya kerja, bedakan masalah hati dengan masalah karir, begitu kata Seno kala ada seorang pegawai terang terangan mengutarakan perasaannya. Otoriter, kaku, namun fleksibel, Seno tak masalah harus mengikuti gaya bekerja client nya jika ada sesuatu kendala.
Dan untuk masalah hati. . .
Seperti nya ia bisa digolongkan sebagai pria kaku perasaan.
Pernah si pacaran pas jaman SMA dulu, terus trauma gara gara si cewe nya mutusin secara terang terangan dihadapan banyak orang. Malu? Tentu saja, Seno yang dulu masih labil dan tak tau menahu tentang cinta meng iya kan saja ajakan berpacaran sang gadis. Ternyata oh ternyata, ia hanya dijadikan target truth or dare. Emang gateli banget tuh cewe, main main kok sama anak yang punya sekolah.
Setelah nya ia anti pacaran, kuliah ambil bisnis manajemen di luar negeri, lima tahun baru balik ke negara asal dan langsung ditempat kan kerja. Tak ada waktu berpacaran, tak ada waktu bermain hati. Hingga tak terasa waktu bergulir sangat cepat, ketika ia melihat ke sekeliling ia baru sadar, teman teman nya sudah menerima mukjizat bahtera rumah tangga dari Tuhan.
Baru koar koar, "CARIIN GUE BINI!"
"Yee kemarin kemana aja?" Sindir Chandra.
Ya, Seno Jade dan Chandra adalah tiga serangkai. Mereka bersahabat sampai mampus, Chandra teman mabuk Jade, Jade partner in crime Seno, Seno kawan ngopi Chandra. At least mereka udah temenan sejak SMA, Chandra dan Jade membantu Seno menghadapi patah hati nya, Jade dan Seno membantu Chandra naik pagar untuk membolos bersama. Berapa banyak kata Chandra, Seno, dan Jade?
Tiga orang ini pengusaha, tapi kalau kongkow di warkop pinggir jalan, jas kerja nya ditaruh di mobil masing masing, kemeja an doang terus pesen kopi pait tanpa gula sambil ngobrol sama bapak bapak gojek.
"Emang belum nikah toh sampeyan mas?" Tanya ibu ibu penjaga warung yang ikut mendengar percakapan tiga orang ganteng mateng dan peteng.
"Boro boro nikah buk, arek iki pacaran ae gak tau kok sawangane," jawab Jade. Mengikuti logat berbicara sang ibu ibu, nama boleh ke western an tapi masalah bahasa harus medok.
"Bu, ada calon gak buk??" Tanya Seno sembari berharap, guyon sih emang.
"Yah, anak saya 23 an mas udah nikah semua."
"Noh, 23 aja udah ada suami. Lek alesan mu ngenteni jodoh tekok seng ndukur yo entenono sampek matek cok. Tuhan itu ngatur hamba-nya yang bisa di atur, kalo modelan nya kaya lo Tuhan ya males. Jodoh yo ncen tekok Tuhan, tapi yo berjuango mbot jok njegidek ae raimu."
"Talk to much but not doing anything," sindir Seno.
"OWALAH COK WES EMBOH KAREPMU."