"Yes, ada Job."Yessy mendongak, segera menyelesaikan kanvas art nya dan meletakkan segenap alat tempur melukisnya di meja dekat gazebo.
Hari ini hari Selasa, dua hari setelah kepulangan nya dari Korea Selatan. Meski masih ingin mengekspor lagi pelosok Korea serta kegiatan baru yang sangat ia sukai yaitu merayakan tahun baru dengan pesta kembang api di Sungai Han, tugas kuliah ya tidak membohongi harus segera di elus dituntaskan. Ah ya, dan juga perihal titipan Ariana, Yessy membelikan nya, walau ia tak begitu mengerti detail kardus kecil tipis berisi copy an oppa karena sesungguh nya setelah mengunjungi Sum Market ia langsung bertanya pada pegawai yang bisa berbahasa Inggris.
"Say something like assalamualaikum or shalom Arandana."
Yuki langsung duduk disebelah Yessy, menunjukkan layar ponsel nya yang terbuka terang, "Dah lama anjing kaga beginian, cabut la?"
Yessy melirik handphone teman nya, Yuki malah memberikan benda pipih itu untuk dilihat dan di pahami. Di sana terdapat bilah chat Yuki bersama seseorang, dengan satu chat berbintang yang ditandai Yuki gadis itu akhirnya paham kalau segerombolan anak SMP ini meminta tolong pada Yessy dan Yuki untuk menjadi fotografer dalam acara Yearbook tahunan.
Hahahaha, kalau Yordan adalah fotografer junior, maka Yessy adalah fotografer senior, WHAHAHAHAHAH.
GAK COK BERCANDA
Sebenernya sama sih, sama sama suka motoin sesuatu hal. Cuma dalam aluran yang berbeda, Yordan tuh lebih suka kamera nya di pake buat mengabadikan keindahan alam atau ke abstrak an suatu lukisan, sedangkan Yessy lebih mikir logis gimana cara nya bisa dapet duit dari cekrak cekrek. Yordan mana mau jadi fotografer sewaan, Yessy mah YOK DAH GAZ. Skill nya gak jauh jauh amat sih, even bagus an Yordan karena ya gimana ya jiwa fotographic kan banyak nya laki laki.
"Foto bagus bukan tergantung kamera, percuma kamera mahal tapi lo gak bisa ngatur angle. use your mind, don't be influenced by others. Setiap karya memiliki cara tersendiri untuk dibentuk," kata Yordan pasca Yessy nonton dan motret konser Mbak Danilla yang rata rata foto nya nge blur, nangis karena malu sama diri sendiri. Sejak saat itu, Yessy sadar kakak nya benar benar ahli fotografi.
"Cabs, tempat nya dimana?"
Yuki meniup kuku nya pelan, "Cafe cafe gitu katanya, tema vintage."
"Oh bagus, jaga jaga kalo hujan."
Yessy dan Yuki paling gak suka kalo dimintain foto terus outdoor tapi cuaca nya gak mendukung. Bisa ngerusak mood, bisa ngerusak hasil foto juga. Nah, kalo Yessy fotografer nya, Yuki adalah penata gaya nya. Jujur sih, kalo Yessy doang yang kerja kagak bakal bisa jalan orang dia gak punya gambaran gimana cara nata anak anak SMA or SMP gitu. Yuki karena mama nya mantan model jadi dia lebih tau menempatkan sesuatu di tempat yang seharusnya. Foto di sawah pun keliatan keren kalo sama Yuki.
"SMP mana nih?" Tanya Yessy begitu gak familiar sama logo sekolah yang ada di jilbab gadis yang chat sama Yuki.
"Depok kali, gak tau gue. Tapi ambil aja Yes, ya so far sini kesono jauh sih tapi mereka berani bayar mahal. Tempat nya aja gue lihat disebelah hotel bintang lima gitu."
"Piro?"
"Sangangatus ewu." (Sembilan ratus ribu)
"Cok."
✨
"Nang ndi nduk?"
(Kemana nak?)Yessy memakai sepatu Converse diujung pintu sambil melongok kesamping untuk melihat papi yang lagi makan siang sama mami di jam 3 sore. Aneh banget sih para orang tua ini, ck ck ck. Yessy segera mengikat tali sepatu kemudian pamit Salim pada mami dan papi—walaupun Salim nya pake pergelangan tangan because mereka makan pake tangan (yaiya dong makan pake tangan, masa iya pake kuping) ANJENG MAKSUDNYA MAKAN PAKE JARI.