thirty six

487 66 29
                                    


"Ya walaupun lo larang juga, gua gak bakal mundur sih."

"Mundur, Yessy gak suka om om."

Anjing.

Sumpah ya Chandra kalau bercanda itu ya lucu lucu, tapi kalau sekali serius perkataan nya ngalah ngalah in bakso mercon alias pedes banget asu. Seno auto mental breakdown, walaupun adik nya Chandra udah dia bawa kemana mana tapi kalau sendiri nya gak suka gimana?

HHHHHhhh [mengacak rambut frustasi]

Seno menyenderkan punggung ke sofa, menghela nafas lelah. Gini banget ya merjuangin cinta, sulit banget perasaan. Makin sulit karena dia pertama kali berjuang mati mati an kaya gini, ditambah gap umur... Rasanya Seno mau nyalahin orang tua nya Chandra karna ngelahirin Yessy waktu dia umur 11 tahun, tapi gak boleh, calon mertua. Tapi pas dia inget inget, teman teman nya juga punya gap umur kok sama istri nya. Jade 32, sedangkan Karin 28, beda lima tahun. Chandra 33, sedangkan Rose 25, malah beda delapan tahun.

Tapi emang bener dia doang yang paling jauh, 11 tahun.

"Sen."

"Ha?"

"Pancasila sila ke empat apa?"

"Ha?" Disela sela frustasi gini Chandra malah ngajak apal apal an Pancasila, emang autis tuh bocah, tapi tetap Seno jawab, "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan."

"Presiden kedua Indonesia?"

"Bapak Soeharto."

"Yang menjahit bendera merah putih saat proklamasi?"

"Istrinya Pak Soekarno, Ibu Fatmawati."

"Kata mutiara Almarhum Pak Sapardi?"

Seno mengernyit, makin tidak tahu akan dibawa kemana titik percakapan mereka. Tapi tetap dijawab, "A-aku ingin mencintai mu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang membuat nya tiada. Ini mah gue hafal anying."

"Oke, lo lulus."

"Hah?"

Chandra menggoyang goyangkan cangkir kopi nya, menatap ke jendela. Jakarta sedang hujan, tak biasanya. Biasanya juga puanas gak ada otak, sampe sampe Rose pernah pake payung keluar buat beli something di Indomaret padahal gak hujan.

"Lo lulus, silahkan melamar adik gue. Seseorang yang tidak lupa bagaimana cara mengingat sejarah bangsa nya adalah orang yang bermoral. Dan orang yang memiliki moral tidak akan senang hati menyakiti sesuatu yang akan ia gapai," Chandra tersenyum tulus, "Dan buat jawaban yang terakhir, itu niat asli lo kan? Gue gak mau jadi penghalang di kalimat terakhir dalam kata kata Pak Sapardi yang lo sebut barusan."

"Kalimat terakhir?"

Chandra mengangguk.

"Yang, ini mah gue hafal anying?"

Chandra menarik senyuman nya, "GOBLOK, GUE TARIK RESTU GUE! GAK ADA GAK ADA!"














🌿












"YESSY!"

Tiba tiba gadis awal 20 an itu terburu buru menuruni tangga, berlari keluar rumah melewati Papi dan Seno.

Mami panik, malah nangis di ujung tangga. Takutnya Yessy denger apa yang mereka bicara in, terus gak terima, terus kabur. Mana lari nya kenceng banget lagi, kaya lari ngejar maling. Insting Seno mengatakan harus mengejar, tapi tapi tapi, kalau dikejar nanti malah makin jauh lari nya. Yah, galau. Tapi takut nya ntar kalau Yessy lari nya gak hati hati ntar jatuh, luka. Yah, jadi bucin.

MORISCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang