Gadis Lipstik

16K 486 4
                                    

Aku pulang ke rumah dengan sebuah amplop berwarna cokelat yang ada di tasku, amplop itu tidak sepenuhnya bisa memasuki tas karena tas ini terlalu kecil.


Didi mengantarku tepat sampai depan rumah kontrakanku, dia bahkan membukakan pintu mobil untukku sewaktu aku hendak turun.


Antara senang dan syok menjadi satu, memang ini yang akan menjadi jalan menggapai cita-citaku yaitu menikah dengan orang kaya, tetapi bukan dengan jalan menjadi istri bayaran.


Amplop cokelat ini kupegang erat, aku akan menyimpannya dengan baik agar Maya tidak tahu akan hal ini.


"May ... lu kenapa?" Aku kaget melihat Maya yang terlihat sangat kacau dan pucat sekali, ia terlihat tiduran di sofa depan TV.


"Gue ... enggak enak badan Fey." jawabnya lemas.


"Periksa yuk. Mumpung gue engga ada bimbingan hari ini."


"Engga usah Fey ... gue mau istirahat aja."


"Lu udah makan?" tanyaku.


"Udah kok."


"Gue malah yang belum. Hehehe ..."


"Gimana hasil pertemuan sama pengusaha kaya?"


"Nothing spesial."


"Whatt ... kirain kalian kencan pagi-pagi."


"Gue cuma disuruh ngeliatin dia berenang. Tapi lumayanlah pagi-pagi lihat roti sobek." Aku tidak menceritakan bagian surat perjanjian pernikahan itu, karena aku sendiri masih bingung.


"Mungkin dia pingin lu lebih mengenal dia dulu. Terus kalian janjian ketemu lagi engga?" tanya Maya lagi.


"Iya ... dua minggu lagi." padahal itu janji aku memberitahu keputusanku.


"Kok lama banget Fey .... "


"Ya biar kangen aja dulu ...." jawabku asal.


"Pinter lu Fey ... wanita emang harus jual mahal ya Fey."


"Udah ah gue laper, May lu jangan sakit entar yang masakin gue telor ceplok siapa?"


"Belajar lah ceplok sendiri Fey ... lu tu bakalan jadi istri mesti bisa masak."

Istri BayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang