Mencoba memahami

17.6K 449 7
                                    

Surat Perjanjian telah ditanda tangani, sudah dibaca ulang di depan saksi, aku dan Ben. Kontrak kerja sudah menantiku, tentu saja ini bukan untuk bersenang-senang. Pastinya akan ada tantangan di setiap perjalanan.

"Fe ... aku akan mengantarmu pulang . Istirahatlah dengan nyaman karena beberapa hari kedepan kamu akan disibukkan dengan persiapan pernikahan." tawar Ben kepadaku.

"Baiklah ... terimakasih untuk hari ini." Aku langsung menurutinya tanpa ragu.

Aku dan Ben menuruni anak tangga bersama, kami layaknya Tuan dan Nyonya rumah.

Pak Wisnu, Didi dan Bibi terlihat menunggu kami, mereka tersenyum ke arah kami. Aku sedikit tersentuh karena itu artinya mereka menerimaku jika nanti aku menjadi istri dari Tuannya.

Sebuah mobil jip berwarna hitam sudah disiapkan, Ben langsung duduk di kursi kemudinya sementara aku duduk di sampingnya. 

Perjalanan ke rumah terasa berbeda karena kami sudah meneken kontrak hubungan. Meski tanpa cinta sekalipun aku dan dia tetap terikat. Dia milikku dan aku miliknya.

Meski tanpa kata, matanya mengisyaratkan sebuah pesan, dia mengantarku sampai di depan kontrakanku dan langsung berpamitan.

Malam ini aku tidur sendirian, Maya masih berada di rumah sakit. Sedikit merasa bersalah ketika aku di sini malah merasa senang atas perjanjian pernikahan ini.

Akan tetapi, aku mencoba mengingatkan diri sendiri agar tidak terburu-buru merasa senang, aku merasa bahwa babak baru dalam hidupku akan dimulai. Entah kesulitan apa yang akan aku hadapi nanti? Tentunya hidup bukan dongeng cinderella yang berubah dalam satu malam saja hanya dengan sepatu kaca.

*

Tok ... tok ...

Samar-samar aku mendengar suara ketukan pintu. Aku pikir siapa yang datang? Dengan malas aku turun dari tempat tidur dan melongok jam weker berwarna hijau diatas nakas.

"Siapa sih pagi-pagi bertamu? Apa mungkin Maya ya?" tanyaku dalam hati.

Aku membuka pintu dengan malas, dan sosok yang kulihat adalah sosok laki-laki yang paling aku benci rasanya aku ingin menyirami sekujur tubuhnya dengan air keras.

"Maya mana?" tanyanya dengan santai.

"Ngapain lu nyari Maya? Lu kan yang udah bikin dia kehilangan bayinya. Dasar cowok brengs*k!" Aku tidak bisa lagi memfilter kata-kata kasar untuk Samsul pacarnya Maya yang tidak bertanggung jawab itu.

"Engga usah ikut campur, ini urusan gue sama Maya." tegasnya.

"Hey ... kembalikan mobil dan ponsel Maya, cepetan!"

"Awas minggir!"

Samsul beringsak masuk ke dalam rumah dengan mendorongku sampai tersungkur di lantai. Kemudian ia membuka paksa pintu kamar Maya, mencari-cari sesuatu.

Aku langsung saja berusaha menghentikannya dengan memukuli punggungnya sebisanya. Samsul berbalik badan dan menangkap tubuhku.

"Kamu itu cewek lemah engga usah ngelawan. Oh atau kamu mau senasib sama Maya?" Samsul hendak mendaratkan bibirnya ke wajahku.

Dengan gesit aku menyundulkan kepalaku sekuatnya, samsul terlihat kesakitan begitu pula kepalaku terasa pening dan sedikit nyeri di jidatku.

Ketika Samsul sedang kesakitan, aku langsung berlari keluar dari rumah.

"Tolong ... tolong ..." Aku berteriak sebisanya sambil memastikan ke belakang Samsul tidak mengejarku.

Bruggg... Ciittt ....

Istri BayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang