Rindu seorang Ibu

11.3K 429 14
                                    

Istri Bayaran
#IstriBayaran

Bagian duopuluh : Rindu seorang Ibu

Note : CERBUNG ini untuk 21+ pembaca harap bijak.

"Pagi Nyonya ...!" Terdengar suara Mbak Arini menyapa, dengan malas ku buka mataku mencoba mengerjap beberapa kali karena kilatan cahaya dari kaca jendela.

Rupanya Mbak Arini sedang membuka gorden, pantas saja aku merasa silau. Sambil mengumpulkan nyawa, ku sibak selimut dan duduk di tepian ranjang. Ku edarkan pandangan ke sekeliling kamar, rupanya aku masih sama seperti kemarin, masih tidur di kamar Tuan Ben, masih sendirian di sini.

"Jam berapa ini Mbak?" tanyaku sambil mengucek mata. Setahuku hari ini adalah hari Minggu seharusnya libur biar kaya orang-orang.

"Jam enam pagi Nyonya." jawab Mbak Arini.

"Bukankah ini hari Minggu Mbak?" tanyaku lagi.

"Betul Nyonya." Mbak Arini menjawab dengan sumringah, kemudian berlalu menuju ruang ganti.

"Berarti aku libur dong!" ujarku seraya kembali merebahkan diri di ranjang. Aku bermaksud untuk meneruskan tidurku.

Mbak Arini keluar dari ruang ganti membawa baju dan sepatu olahraga berwarna putih.

"Libur ... memangnya anak sekolah? jadwal Nyonya pagi ini joging, lalu kemudian Nyonya akan mengikuti kelas yoga bersama Miss Susi, setelah itu Nyonya akan bermain golf bersama Nyonya Dian dan Nenek. Sore harinya Nyonya akan berbelanja bersama Nenek."

"Apah?" tanyaku kaget.

Tanpa perlawanan akupun berjalan menuju kamar mandi, sepertinya hari ini akan melelahkan, padahal hari ini adalah hari Minggu. Pikirku akan bersantai tetapi ternyata sama saja dengan hari-hari lainnya.

Ku basuh wajahku, ku gosok gigiku kemudian memakai baju olahraga yang sudah disiapkan oleh Mbak Arini, berupa kaos tipis berwarna putih dan trening panjang berwarna abu-abu.

Begitu aku keluar dari kamar rupanya Nyonya Dian dan Nenek sedang pemanasan di halaman, mereka merentangkan tangan dan menengok ke kiri dan ke kanan.

Cuaca pagi ini cukup cerah, udara pagi sangat segar ditambah halaman rumah Nenek yang hijau mirip sekali dengan hamparan padang rumput untuk bermain sepak bola.

"Selamat pagi Nek, selamat pagi Nyonya Dian." sapaku begitu melihat mereka.

"Pagi Felinda ...," jawab Nenek dan Nyonya Dian.

Aku berlari kecil di sekitaran rumah Nenek. Mungkin sekitar sepuluh putaran.

Ku lihat seorang wanita cantik paruh baya mirip pemain drama korea, mengenakan baju setrit berwarna kuning dan celana leging hitam yang kakinya tidak bolong, jika aku tebak sepertinya dia adalah instruktur yoga.

Mbak Arini memberiku sebotol air mineral begitu aku duduk di kursi dekat taman. Ya ... rumah Nenek ada sebuah taman bunga kecil penuh dengan tanaman hias, ada sebuah kolam besar, penuh dengan ikan yang warnanya orange kombinasi merah. Sepertinya ikan yang tidak bisa dimasak.

"Apa dia yang akan mengajarku yoga?" tanyaku kepada Mbak Arini.

"Betul Nyonya." jawab Mbak Arini.

Setelah selesai meminum sebotol air mineral, akupun berjalan menuju ke arah Nenek dan wanita itu berbincang.

"Felinda ... kemari Nak, perkenalkan dirimu dengan Miss Susi." ucap Nenek seraya melambaikan tangannya.

Akupun mendekat dan berjabat tangan dengan orang bernama Miss Susi itu, ku sebutkan nama lengkapku dan iapun tersenyum ramah.

Istri BayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang