Cinta Pertama Tuan Ben

12.3K 514 69
                                    

Istri Bayaran
#IstriBayaran

Bagian duapuluhlima

POV
Benazir Zein Pratama (BZP) alias Tuan Ben, alias Pak Zein, alias Kutu kupret.

Ku bopong tubuh kecil istriku meninggalkan ruang kerja Nenek, entah kenapa aku merasa berat badannya terasa lebih ringan dari sebelumnya. Apa karena tidak bahagia selama menikah denganku.

Ku perhatikan wajah istriku yang sepertinya sedang tertidur kedua tangannya melingkar di pundaku, dia terlihat lelah. Wajahnya sedikit pucat.

Ini kali ketiga aku melihat Felinda berlutut di depan Nenek dua kali dan satu kali sewaktu di depan temannya di sebuah kafe, entah terbuat dari apa hatinya sehingga membuat dia mudah membuang jauh harga dirinya?

Dia bahkan rela melakukan hal itu demi kepentingan orang lain, mengakui kesalahannya meski dia tidak salah. Padahal dia bukan malaikat juga bukan bidadari kenapa dia senaif itu? Tidak ada alasan untukku meninggalkan istri seberharga dia, sebaik dia, sepolos dia dan secantik dia.

Ku biarkan Felinda tertidur di jog mobil di sampingku dan aku kemudikan mobilku untuk pulang ke rumah.

Suasana jalanan yang mulai sepi membuatku berpikir jauh. Kejadian hari ini akhirnya terjadi, sepertinya ada kaitannya dengan Nyonya Dian dan Maya? Yang jelas, pernah tidak sengaja aku melihat Maya bersama Nyonya Dian di salah satu kafe di mana aku melakukan pertemuan dengan klien. Saat itu aku berpikir bahwa mereka sedang merencanakan sesuatu.

Untuk itu aku sempat meragukan Maya, bagiku orang yang dekat dengan Nyonya Dian bukanlah orang yang bisa dipercaya. Aku sempat menanyakan perihal Maya terhadap Felinda tetapi aku tidak berani bertanya banyak. Aku takut melukai perasaan Felinda sebagai sahabatnya.

Ku putuskan menjadikan salah satu asisten di rumah Nenek untuk mengawasi setiap pergerakan Nyonya Dian, dan juga untuk membantuku menjaga Felinda. Asisten itu bernama Mbak Arini, dari dialah aku mengetahui apa-apa saja yang dikerjakan Felinda selama aku tidak ada. Sedangkan selama berada di kantor aku mempercayakan Sari untuk mengawasi Felinda.

Mereka berdualah yang akan melaporkan kegiatan Felinda kepadaku. Bukan berarti aku suami yang posesif, aku hanya ingin melindungi Felinda dengan caraku.

Aku mengetahui siapa-siapa yang dekat dengan Felinda. Dia memang selalu bercerita tentang apa yang sedang ia kerjakan, aku hanya akan mengkonfimasi saja kepada mereka berdua ( Mbak Arini dan Sari).

Semua sudah terjadi, aku bukanlah orang yang terlalu gegabah dalam sesuatu. Meski setelah langkah kakiku benar-benar keluar dari rumah Nenek adalah sebuah pertanda bahwa aku dan Nenek akan mencoba memenangkan sesuatu. Semua sudah ku pikirkan secara matang walaupun hasilnya belum tentu akan memuaskan. Setidaknya aku sudah berusaha.

Selama ini Felinda Maharani adalah sosok perempuan yang polos, bahkan terlalu polos. Kadang aku menyukai sikap polosnya tetapi terkadang aku membencinya. Ia begitu baik, ia bahkan tidak pernah berburuk sangka dengan orang lain. Sedangkan orang lain bisa saja memiliki niatan yang buruk menurutku.

Aku selalu melarangnya jangan mudah dekat dengan siapapun, jangan mudah percaya dengan siapapun, tetapi dia bertindak berdasar pemikirannya. Tidak dapat dipungkiri Felinda memiliki hati yang lembut dan tidak tegaan.

Aku bisa melihatnya sewaktu Arnesh mencoba memanfaatkannya untuk balas dendam denganku, Felinda masih bisa memaafkannya.

Arnesh adalah Adik tiriku dan aku tidak pernah menyukainya sedikitpun. Alasannya? Alasannya terlalu panjang jika harus diceritakan. Benang merahnya dia adalah duri dalam dagingku. Dia adalah anak pelakor yang merusak kebahagiaan Ibuku, dia adalah anak dari wanita yang mencuri setiap inci senyuman dari Ibukku. Pernah aku berdoa kepada Tuhan, tolong buat pelakor dan anaknya di dunia ini menderita tujuh turunan, bila perlu tujuh tanjakan.

Istri BayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang