Aku dan dirimu

12.1K 507 45
                                    

Istri Bayaran
#IstriBayaran

Bagian duopuluhsatu : Aku dan dirimu

Note : Cerbung ini untuk 21+ pembaca harap bijak

****

Hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan, dua bulan aku tidak bertemu dengan Madam Lia, bahkan saat pertemuan arisan rutin ia tidak datang waktu itu.

Banyak pelajaran dari Makwo yang aku pelajari, dari tata cara makan wanita bangsawan, menjahit, merangkai bunga sampai cara bicara aku mulai mengusai semuanya.

Setelah guru akuntansiku memberiku nilai yang cukup baik, Nenek juga menyuruhku untuk bekerja di perusahaan retail yang ia miliki salah satunya mall yang sering kami kunjungi.

Nenek mempercayakanku untuk menjadi seorang manager keuangan dan melaporkan semua yang berhubungan dengan keuangan mall. Katanya Nenek senang dengan jawabanku sewaktu aku mememilih memecat manager yang berbuat kasar.

Katanya seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan yang tepat. Sekarang aku menjadi wanita karir, walaupun gerak gerikku masih diawasi Nenek bahkan aku tidak memegang ponsel sama sekali. Neneklah yang menghubungiku apa bila ingin menanyakan sesuatu.

Kelas memasak Chef Bian juga hampir selesai, ia harus kecewa karena aku belum memberinya info apapun tentang Ibu kandungnya.

Sementara Tuan Ben masih sama mengabariku lewat postingan-postingannya di akun Didi08, dan akupun masih sama membuat seribu bangau kertas untuknya sampai hampir penuh satu toples kaca.

Hari ini Nenek menyuruhku melakukan pengecekan di setiap toko, hanya untuk sekedar melihat-lihat bagaimana perkembangan mall ini, apa pengunjung makin bertambah atau berkurang.

Di toko yang dulu aku pernah berbelanja di sana aku tidak sengaja bertemu Madam Lia. Aku sangat senang dan segera menyapanya.

"Ibu ...!" teriakku

Madam Lia menoleh ke arahku, namun kali ini ia terlihat lebih kurus dan agak pucat.

"Felinda ...," Madam Lia merangkulku dan mencium pipiku.

"Ibu apa kabar, sudah lama kita tidak bertemu?" tanyaku

"Kemarin aku sempat sakit, jadi tidak hadir di pertemuan arisan. Aku sangat merindukanmu Felinda." Madam Lia kembali menciumku.

Sepertinya Madam Lia benar-benar rindu sosok akan anak.

"Sakit apa Bu, seharusnya bilang Felinda pasti akan menjenguk dan memijit kaki Ibu." jawabku.

"Sungguh kamu anak yang baik."

"Ibu sedang berbelanja?" tanyaku lagi.

"Ibu sedang mencari sebuah gaun, kebetulan teman Ibu menikahkan putrinya dan Ibu diundang." jawabnya.

"Apa Felinda boleh tahu nomor ponsel Ibu?"

"Tentu saja." Madam Lia menyodorkan kartu nama.

Ternyata bedanya orang kaya dengan orang biasa adalah kartu nama, orang kaya tidak akan repot menyebutkan nomor ponselnya berapa-berapa tinggal sodorkan kartu nama sudah.

"Kamu harus sering menelpon Ibu ya ...," ujar Madam Lia membenarkan rambutku.

Padahal aku sendiri engga punya ponsel.

"Ah iya Bu." jawabku

"Oh ya sepertinya kamu sekarang bekerja di sini Felinda?"

"Iya Bu ... Felinda kerja di sini, cuma karyawan biasa kok Bu." jawabku.

Istri BayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang