Jarak membuat kita merindukan seseorang

15.1K 460 12
                                    

Istri Bayaran
#IstriBayaran

Bagian 10 : Jarak membuat kita merindukan seseorang

"Terimakasih Fe." Ben berbisik seraya mencium keningku.

Semua orang terlihat bersorak ramai dan bertepuk tangan. Nenek dari jauh tersenyum kepadaku, mungkin ia puas dengan penampilanku malam ini. Di samping Nenek ada Bapak dan Ibukku yang terlihat senang. Nyonya Dian juga terlihat tersenyum walau terpaksa.

Teman-temanku terlihat mendekati panggung, ada Maya, Endah, dan si kembar. Mereka langsung memeluk dan menciumi pipi kanan dan kiriku seraya mengucapkan selamat.

"Selamat ya say ... semoga langgeng semoga banyak anaknya," kata Pipit

"gila ... Fey lu romantis banget sih!" ujar Endah yang memelukku.

"Makasih ya sudah pada dateng, kalau kalian engga dateng gue bakalan sedih banget." jawabku seraya melepas pelukan Endah.

"Lu cantik banget Fey, beneran kan lu engga apa-apa dengan pernikahan ini? Lu harus bilang ke gue apapun itu. Begitu lu bilang merasa menyesal, gue bakal bawa lu lari dari gedung ini." Maya berbisik sambil memelukku.

"Engga apa-apa May. Gue bakalan cerita sama lu nanti."

"Janji?"

"Janji." jawabku dengan senyuman.

Kami berfoto bersama Ben dan juga kami melakukan berbagai pose foto yang hanya aku dan mereka saja. Kemudian mereka kembali untuk menikmati hidangan.

Setelah teman-temanku turun kemudian bergantian dengan genk WENY squad ( Wulan, Erna, Nana, dan Yuli). Mereka terlihat glamour mengenakan gaun pesta berwarna silver dan riasan yang cukup tebal.

"Selamat ya Fey ... kok nikahnya buru-buru amat lu engga tekdung kan?" Yuli menyalamiku dengan mimik wajah  merendahkan.

"Makasih ya sudah pada datang." Aku berusaha menahan rasa kesalku di dalam hati.

"Gue denger dari ibumu, suami lu kerja di penambangan pasir ya?" tanya Yuli kepadaku.

"Ya begitulah." jawabku.

"Lumayanlah walau cuma penambang pasir." katanya seraya berjalan meninggalkanku.

Rasanya waktu itu ingin aku timpuk pakai sandal, biar tahu rasa dia.

"Siapa yang penambang pasir?" tanya Ben menyenggol lenganku.

"Anu ... aku bilang sama ibuk, kamu punya usaha semacam pertambangan pasir gitu. Eh kayaknya ibuk salah nangkep." jawabku salah tingkah.

"Kenapa engga sekalian kamu bilang aku juragan beras?" 

Ben tersenyum lebar, seolah ia sangat bahagia dengan pernikahan palsu ini.

"Ben bolehkah aku turun menemani teman-temanku? Aku kangen mereka." Aku meminta ijin kepada Ben.

"Jangan lama-lama." jawab Ben dengan mata melebar.

"Iya."

Akupun turun dan berjalan menuju meja bundar yang di hias kain berwarna merah maroon dan pita keemasan. Teman-temanku melambai pertanda aku harus duduk bersama mereka.

Aku mencari sosok Arnesh dari sudut ke sudut. Namun, tidak ku temukan, mungkin ia pergi dan tidak kembali lagi tadi.

Aku langsung duduk dan berbincang berbagai hal dengan teman-temanku.

"Fey ... ngapain lu ngundang WENY squad? bukannya kemarin mereka ngerjain lu pas Maya sakit?" tanya Endah sambil mengunyah kue pie dengan toping buah-buahan.

Istri BayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang