Memasuki lingkaran yang rumit

16.3K 495 8
                                    

Sebuah deringan telepon membuyarkan lamunanku, ketika sedang mengajar Dita les. Sebenernya aku tidak ingin mengajar les lagi akan tetapi aku tidak tega sama Dita yang sedang menghadapi ulangan. Akupun menyimpan kejadian pahit itu untuk sendiri tanpa memberi tahu siapapun.

"Dita ... Mba Rani mau angkat telepon dulu ya. Dita isi dulu semua soalnya nanti Mba Rani nilai." pintaku kelada Dita.

"Iya Mba ...." jawab Dita dengan senyuman manis.

Akupun menuju teras rumah Dita untuk menjawab telepon itu agar tidak mengganggunya belajar. Ku lihat sebuah nomor fixline dengan kode area Jakarta.

"Hallo ... dengan Felinda Maharani?" Terdengar suara seorang wanita memanggil namaku.

"Iya benar dengan saya sendiri. Maaf ini dengan siapa ya?"

"Saya dari rumah sakit harapan, saat ini teman anda, bernama Maya Wardani sedang ada di rumah sakit. Beliau mengalami kecelakaan."

"Ini bukan penipuan kan?" Aku sedikit tidak percaya karena maraknya penipuan bermoduskan saudara yang sedang di rumah sakit atau di penjara.

"Benar Ibu, ini bukan penipuan, silakan saja Ibu datang ke rumah sakit segera."

"Baik ... terimakasih."

Aku langsung meminta ijin kepada Ibunya Dita untuk mengakhiri kegiatan les karena seorang teman kecelakaan. Untungnya Ibunya Dita mau mengerti dan memberiku ijin untuk bergegas ke rumah sakit.


Aku memesan ojeg online, dan berpesan pada abangnya untuk melaju secepat kilat.

"Bang gunakan kekuatan supermu bang, soalnya temanku kecelakaan di rumah sakit." Aku memegangi jaket berwarna hijau abang ojeg agar tidak jatuh.

"Siap Neng."

"Maya pliss... jangan mati dulu, gue mau ngaku kalo gue kemarin pakai krim pelembabmu yang mahal itu." Aku berbicara dalam hati.

*
Setibanya aku di depan rumah sakit, dan sudah membayar abang ojeg aku langsung kebagian resepsionis rumah sakit dan menanyakan pasien bernama Maya Wardani.

"Sus ... saya tadi ditelepon katanya teman saya Maya Wardani kecelakaan, apa benar sus? Saya takut penipuan?" Aku bertanya kepada suster berseragam putih dan topi suster yang dijepit diatas rambutnya yang digulung.

"Oh ya ... bukan penipuan Bu, itu tadi saya yang menelpon Ibu. Teman Ibu ada di ruang IGD. Teman Ibu sendiri yang memberikan nomor ponsel kepada perawat jaga dan menyuruh menelpon Ibu." Suster itu menjelaskan dengan seksama.

"Terimakasih Sus atas penjelasannya. Maaf sudah menuduh suster penipuan."

"Sama-sama, tidak apa-apa Bu. Memang sekarang banyak penipuan. Sekarang Ibu langsung saja menuju ruang IGD lurus saja dari sini ada di sebelah barat." Kata Suster itu.

Aku bergegas menuju ruang IGD mengikuti arahan suster bertubuh mungil tadi.


Begitu memasuki ruangan, bau menyengat obat dan darah menjadi satu. Hampir saja aku mual namun ku tahan. Ruangan ini berisi kurang lebih lima atau enam pasien yang diberi sekat gorden berwana hijau.


Aku melihat kaki yang berdarah memakai gelang kaki, yang setahuku itu adalah kaki Maya.

"Maya ...." hampir saja aku berteriak namun kututup mulutku dengan tangan karena ini adalah rumah sakit.


Aku melihatnya terbujur lemas dengan darah di kaki, kondisinya sangat pucat, kepalanya seperti terbentur sesuatu ia memegangi perutnya dan kesakitan ia terus merintih dan merintih.

Istri BayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang