33. Perusak Suasana

55K 6.3K 633
                                    

———

Sepuluh remaja yang masih mengenakan seragam SMA itu terlihat saling bercanda tanpa memperdulikan pengunjung restoran yang lain.

Ada banyak makanan yang tersaji di atas meja, tentu saja yang bayar bukan Aluna, melainkan Sultan. Cowok itu langsung berinisiatif membayar semua pesanan para teman-teman nya.

" Aduh, tan. Gue doain rejeki lo ngalir teros ye, biar bisa sering-sering traktir kita. " Kata Raya, kemudian melahap sushi nya.

" Dia mah gak usah di doain rejeki nya bakal ngalir terus, ya kan, tan? " Sahut Dio, yang hanya memesan segelas jus jeruk, tahu diri katanya.

Sultan tertawa, " Alhamdulillah ngalir terus, belom pernah mampet di tengah jalan. "

" Nanti lulus SMA gue mau ngelamar kerja sama bokap lo deh, tan. Siapa tau gue bisa jadi kaya. " Ucap Iqbal.

" Gue ikut dong, kan kalo banyak duit bisa gampang nyari cewek. " Sahut Rangga, yang langsung mendapat tatapan tajam oleh semua perempuan yang berada disana.

" Lo kira semua cewek itu matre?! " Kata Talitha ngegas.

" Wets sans dong mbak nya, emang rata-rata kayak gitu kan, ka? " Tanya Rangga sambil menepuk pundak Alaska.

Alaska menggeleng, " Gak semua kayak gitu, buktinya cewek yang sekarang gue kejar gak matre. "

Semuanya sontak menoleh ke arah Aluna yang terlihat masih cuek memakan ramen nya. Baru setelah beberapa detik Aluna tersadar kemudian mengernyitkan keningnya, " Kenapa sih? "

Iqbal langsung berbisik ke Alaska, " Kode nya harus lebih kuat, bro. Nih cewek terlalu gak peka. "

Alaska hanya mengulum senyum tipis, " Gak bisa, dia udah punya pawang. "

" Alaska yang dulu gue kenal gak kaya gini, kalo sayang ya kejar, udah cukup lo selama ini ngalah sama adek lo. " Sahut Rega, yang mampu membuat Alaska tak bisa berkata lagi.

" Kenapa pada ngeliatin gue kayak gitu sih? " Tanya Aluna lagi.

" Lo gak denger tadi Alaska ngomong apa? " Tanya Keyla, gemesss.

Aluna melirik Alaska yang duduk di hadapannya, " Lo ngomong apa tadi, ka? "

Alaska menggeleng, " Gak ngomong apa-apa kok. "

Semuanya hanya bisa menghela nafas panjang. Gengsi sekali ni cowok.

" Hai, boleh gabung? "

Mata Alaska memincing curiga saat Vano sudah berdiri di sebelah meja mereka dengan senyum nya.

" Gak, ngapain lo disini? " Tanya Rangga galak.

Vano terkekeh, " Mau makan, cuma semua meja disini udah penuh. "

" Yaudah sono cari tempat makan lain, gak usah disini. " Kata Iqbal sambil melirik Vano sinis.

" Sayangnya gue lagi mau makan ramen dan cuma restoran ini yang ramen nya enak di mulut gue. " Jawab Vano tenang.

Rangga berdecih, " Lidah lo sok elit. "

" Kenapa jadi ribut sih? Udah, van, ikut gabung aja. " Ucap Aluna, menengahi keributan.

" Apa-apaan sih, lun. " Bisik Talitha kesal.

" Kenapa sih? Dia cuma mau makan, tal. " Jawab Aluna.

" Tapi ada yang makan hati kalo dia disini. " Gumam Talitha.

" Jadi gimana, gue boleh gabung gak? " Tanya Vano lagi.

" Terserah. " Jawab Alaska singkat.

Vano perusak suasana. Dari dulu selalu begitu.

Keadaan di meja hening, tidak ada lagi yang memulai candaan seperti tadi. Keberadaan Vano membuat suasana menjadi canggung.

" Kenapa jadi diem-diem an begini? " Tanya Dio, memecah keheningan.

" Gak tau aku gak tau apa-apa. " Sahut Sultan cuek. Ia masih fokus chat an sama mak tiri nya yang model VS itu.

Raya tertawa garing, " Hehehe iya nich, kok jadi krik sih? "

" Di sebelah gue lagi perang dingin, ray. Ngerebutin cewek yang tingkat kepekaan nya minim, hehehehe. " Sahut Rangga.

" Saking minim nya dia bingung harus pilih siapa, hehehehe. " Balas Talitha. SINDIR TEROS SAMPE MAMPOS.

" Apalagi si cowok dua-duanya punya hubungan, hehehehe. " Tambah Iqbal, yang kali ini mendapat tatapan tajam Rega.

Alaska berdecak, " Gak jelas. "

" Ini kalian semua lagi kerasukan ya? Dari tadi nyindir orang terus, siapa sih emangnya yang disindir? " Tanya Aluna polos.

Talitha angkat tangan, " Serah dah serah. "

" Aluna kenapa polos banget sih? " Tanya Keyla sambil tersenyum ke arah Aluna, ia gemas sekali dengan gadis ini!

Aluna mengernyit, " Polos? Lo kira gue kerudungan. "

" Nanti pulang sama siapa, lun? " Tanya Vano beberapa saat kemudian. Iqbal dan Rangga langsung memasang wajah galak.

" Yang jelas bukan sama lo! " Sahut Iqbal.

" Gak nanya lo. " Jawab Vano singkat.

" Aluna bareng gue. " Ucap Alaska datar.

Vano melirik Alaska, " Oh ya? Bener, lun? "

Aluna menggigit bibir bawahnya, " Engh iya, van. "

" Yah, oke deh gak papa. "

" Aduh kasian banget sih abang Vano. " Sindir Rangga dengan nada dibuat se dramatis mungkin.

" Iya nich, dateng-dateng udah jadi perusak suasana aja, emang enak ditolak. " Tambah Raya, mantap. Padahal mah dia gak tau apa-apa.

" Disini siapa sebenarnya yang perusak suasana? Gue sama Aluna tadinya baik-baik aja, tiba-tiba Alaska dateng ngerusuh. Jadi gelar perusak suasana itu lebih cocok dikasih ke Alaska. " Kata Vano panjang lebar.

" Ogt. "

Rega tersenyum sinis, " Siapa suruh ninggalin Aluna dua tahun ke luar negri , dasar bego. "

" Nah iya tuh, lagipula lo sama Aluna gak ada hubungan apa-apa, jadi terserah dong kalo Alaska atau siapapun deketin dia. " Sahut Talitha, skakmat.

Vano mengusap wajahnya kasar. Benar juga, ia dan Aluna tidak memiliki hubungan apa-apa. Tapi tetap saja, Aluna adalah miliknya.

" Gue ke luar negri itu ada alasan nya, tanya aja Aluna. " Ucap Vano datar.

Aluna yang sejak tadi tidak begitu menyimak karena mengantuk langsung mendongak, " Vano ke Belanda buat sekolah, kan? "

Alaska mengernyitkan keningnya, " Belanda? "

Aluna mengangguk polos, " Vano kan dari Belanda, ka. "

Jadi selama ini lo bohongin Aluna, kata Alaska dalam hati. Ia mengepalkan tangannya kuat.

Rangga dan Rega langsung tersenyum miring, " Yakin lo ke luar negri buat sekolah, van? Bukannya ada alasan lain ya? "

Dio yang tidak terlalu mengerti arah pembicaraan langsung berbisik ke Talitha, " Ini ada apa sih? Bukan sekedar cinta segitiga? "

" Lebih rumit, Dio. Nanti kalo waktu nya udah pas gue kasih tau deh, sekalian kasih tau Sultan sama Raya. " Jawab Talitha pelan.

Ekspresi Vano langsung berubah setelah Rega berkata itu, ia menatap keduanya penuh peringatan seolah-olah berkata jangan bicara macam-macam.

Alaska yang melihat itu hanya terkekeh kemudian menepuk pundak Vano sekilas, " Gak bakal bocor hari ini, van. Cuma lo pasti tau, sepandai-pandainya lo nyimpen bangkai, suatu saat pasti bakal kecium juga. "

T.B.C ❤️




Alaluna [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang