32. Sakit

59.3K 6.1K 463
                                    

———

Aluna berangkat dengan wajah pucat dan kantong mata yang sangat terlihat, ini karena semalaman ia tidak tidur, malah maraton menonton Twilight dari seri 1 hingga yang Breaking Dawn Part 2.

Ditambah ia juga menghabiskan sebotol besar coca cola dingin dan popcorn caramel untuk menemaninya.

" Muka lo pucet banget, lun. " Kata Keyla cemas. Apalagi hari ini ada pelajaran olahraga di jam pertama.

" Gak papa gue kuat kok. " Jawab Aluna.

" Lo gak usah olahraga dulu ya, nanti gue bilangin Pak Plontos deh. " Kata Keyla lagi.

Aluna buru-buru menggeleng, " Jangan, hari ini kan ada pengambilan nilai lari, gue gak mau susulan. Lagipula gue gak papa. "

Keyla hanya bisa pasrah. Sejujurnya ia takut Aluna pingsan, karena sejak tadi gadis itu hanya diam sambil sesekali memegangi keningnya.

" HEI ITU YANG DIBAWAH POHON CEPAT BARIS, JANGAN LEHA-LEHA SEPERTI ITU! "

Suara bariton Pak Plontos menyeruak masuk ke pendengaran para siswa. Dengan cepat mereka berbaris agar tidak terkena omelan guru berdarah Batak itu.

" Sekarang kita ambil lari, yang benar lari nya! Kalau lari nya tak bersemangat, saya kosongkan nilai nya! "

Para siswa hanya bisa menghela nafas panjang, Pak Plontos ini memang sangat galak!

" ALUNA VALENCIA, GILIRAN KAU! "

Dengan tubuh tak bertenaga, Aluna maju dan mengambil posisi lari.

Ia harus berlari dari ujung lapangan ke ujung lapangan yang lain bolak-balik, dengan waktu secepat mungkin.

" Hei kau tak apa? Itu wajah kau pucat sekali! " Kata Pak Plontos.

Aluna menggeleng, " Gak papa kok, pak. "

Pak Plontos manggut-manggut, " Baiklah, saya hitung saja, satu .. dua .. tiga .. "

Aluna berlari sekuat tenaga, biarpun sebenarnya ia sudah tidak memiliki tenaga. Namun tak apa, demi nilai ini.

Keringat dingin mengalir membasahi pelipis Aluna, nafas gadis itu sudah tak teratur ketika mendekati ujung lapangan.

Brukk  ...

" ALUNA!!! "

Hanya panggilan teman-teman nya yang bisa Aluna dengar sebelum semuanya menjadi gelap.

Keyla berlari ke arah Aluna, ia menggoyang kan tubuhnya panik, " Aduh, lun. Bangun dong. "

Pak Plontos tak kalah panik, ia buru-buru memanggil beberapa anak laki-laki untuk menggendong Aluna ke UKS.

" Saya aja yang bawa dia, pak. "

Mata Keyla langsung menyelidik saat Vano tiba-tiba menawarkan diri, " Bukannya lo ada kelas? "

" Ck, Aluna lebih penting. " Kata Vano, ia berjongkok lalu mengambil alih tubuh Aluna yang tadi Keyla peluk.

" Gue yang bawa dia. "

Vano berdecak saat melihat Alaska sudah menghadang nya, " Minggir. "

" Gue yang bawa dia, Revano. Lo ada kelas, balik ke kelas lo. " Ucap Alaska penuh penekanan.

" Sayangnya gue gak mau. "

Kedua tangan Alaska mengepal. Adiknya ini memang sangat keras kepala seperti Ibunya.

" Halah kenapa kau kau pada malah bertengkar? Itu si Aluna harus dibawa ke UKS sekarang. " Omel Pak Plontos geram. Jika saja punggung nya sedang tidak sakit, ia mungkin langsung menggendong tubuh langsing Aluna ke UKS.

" Pak, dia ada kelas tapi sekarang malah bolos kesini. Jadi biar saya aja yang bawa. " Ucap Alaska, ngadu dikit gak papa lah.

" KAU BOLOS? SUDAH-SUDAH, BIAR SI ALASKA TAMVAN SAJA YANG BAWA ALUNA, KAU BALIK KE KELAS! "

Dengan agak terpaksa, Vano akhirnya menyerahkan tubuh Aluna ke Alaska, " Ini bukan artinya gue nyerah, kakak. "

———
Aluna mengerjapkan kedua matanya berulang kali. Ia mengernyit karena pandangan yang ia lihat pertama kali adalah ruangan ber cat putih dengan aroma obat-obatan yang khas.

Ia tidak suka bau obat. Mengingat kan nya ke Amanda.

" Rame amat. " Gumam Aluna saat melihat adanya Alaska, Rega, Dio dan Keyla yang kini tertidur di sofa.

" Vano kok gak ada ya? "

Dengan tubuh masih lemas, ia turun dari bangkar kemudian memakai sepatu nya.

" Udah bangun? Gak usah ke kelas dulu. "

Suara khas orang bangun tidur hampir saja membuat Aluna memekik kaget. Ia berbalik dan mendapati Alaska menguap lebar sambil mengucek matanya.

" Hari ini ada ulangan, ka. " Kata Aluna.

Alaska berdecak, " Tinggal satu jam pelajaran, nanggung udah disini aja. "

Aluna manyun. Ia tidak suka ikut ulangan susulan, alasannya ia jadi tidak bisa menyontek.

" Kenapa lo bisa sakit? " Tanya Alaska.

" Semalem gak tidur, nonton Twilight. " Jawab Aluna jujur.

" Jadi demi film vampir vs manusia serigala lo rela sakit? " Tanya Alaska lagi.

" Kan gue gak tau kalo bakal sakit, ka. " Jawab Aluna malas.

" Kapan-kapan nonton, yuk. "

Senyum Aluna merekah, " Boleh. "

" Gue bisa sulap kamar gue jadi bioskop, kan lebih enak. "

Aluna mengangguk antusias, " Gue suka film roman, kalo lo? "

" Yah, kenapa gak film horor aja? "

" Lah emang kenapa kalo film horor? " Tanya Aluna bingung.

" Kan kalo lo ketakutan lo bisa peluk gue. " Jawab Alaska, enteng tanpa dosa.

" Modus aja lo bambank! " Aluna memukul pelan punggung Alaska.

Mereka saling tatap. Alaska mengangkat tangannya lalu merapikan rambut Aluna yang berantakan.

" Kan udah cantik sekarang. "

Aluna menunduk, pasti pipi nya sudah merona sekarang.

" Aduh berisik amat sih. "

Alaska dan Aluna sontak menoleh setelah mendengar gumamam Keyla. Hancur sudah momen tadi!

Gadis itu mengucek matanya kemudian menoleh ke kanan dan ke kiri. Ia melotot saat mendapati dirinya berada di antara Rega dan Dio, yang masing-masing kepalanya berada di pundak Keyla.

" Astaghfirullah, tolong gue, lun. Pegel ini! " Kata Keyla kaku.

Alaska dan Aluna langsung tertawa, membuat kedua cowok yang memiliki hubungan dengan Keyla itu terbangun, " Ape sih? "

" Lah kok lo tiba-tiba di tengah-tengah, key? " Tanya Rega bingung. Perasaan, tadi pas baru mau tidur posisinya tidak seperti ini.

" Enghh gatau, gue ngigo kali. " Jawab Keyla gugup.

" Yakin ngigo? " Tanya Aluna jahil.

Keyla meliriknya, " Serah. "

Aluna bangkit lalu merapikan rok nya, " Cabut aja yuk, kita makan-makan, gue yang bayar! "

T.B.C ❤️






Alaluna [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang