54. Penyesalan Terbesar

58.7K 5.3K 346
                                    

---

Aluna berlari melewati koridor rumah sakit dengan tergesa-gesa. Ia langsung menghamburkan tubuhnya ke pelukan Dio yang hanya bisa bersandar di dinding dengan tatapan kosong.

" Dio, gimana keadaan Alaska sama Vano? " Tanya Aluna panik.

Dio menggeleng, " Mereka terluka parah, lagi ditangani dokter di dalem. "

Tangisan Aluna langsung pecah dan kembali memeluk Dio erat. Tubuh Dio kaku, lalu dengan perlahan ia membalas pelukan Aluna, menepuk-nepuk punggung nya.

Raja yang baru datang juga terlihat sangat khawatir, " Eh eh gimana gimana? "

" Mereka lagi ditangani dokter, bang. " Jawab Dio.

" Kok lo bisa tau mereka kecelakaan? " Tanya Raja lagi.

" Tadi gue lagi bawa motor, terus ngeliat ada mobil kecelakaan di jalan sana. Gue pikir kok mobil nya gak asing, eh ternyata itu mobilnya Alaska. " Jelas Dio, membuat Raja mengerti.

Aluna melepaskan pelukannya lalu beralih menatap Raja dengan air mata membasahi pipi, " Jaa, gimanaa?? "

" Gara-gara lo juga sih! " Bisik Raja setengah kesal.

Aluna menutup wajahnya dengan telapak tangan, ia merutuki sikapnya beberapa jam lalu. Andai saja ia ikut, mungkin saja ia bisa mencegah kecelakaan ini.

Tapi itu hanya berbatas andai saja, yang kini sepertinya tidak ada gunanya lagi.

" WOI! "

Ketiganya menoleh dan mendapati yang lain sudah berjalan dengan raut wajah khawatir.

" Aduh itu mereka gimana?! " Tanya Rangga panik.

" Lagi ditangani dokter. " Jawab Raja.

" Kecelakaan nya parah gak? " Tanya Talitha, juga dengan nada khawatir.

" Lumayan, mobil Alaska hampir hancur setengah bagian. "

Semuanya terkejut, apalagi Aluna yang tangisannya semakin kencang.

Dio merangkul pundak Aluna, " Sabar ya, lun. Berdoa yang terbaik semoga mereka baik-baik aja. "

Aluna menangis di pundak Dio, " Dio, gue takut. Gue takut mereka ninggalin gue. "

" Jangan ngomong kayak gitu! "

Semuanya menatap Aluna prihatin. Tidak ada yang menyangka Alaska dan Vano akan kecelakaan hari ini.

" Nanti buat biaya mereka gue bantu-bantu sedikit ya. " Ucap Sultan. Dia baik banget sih?!

Pintu ruangan terbuka dan muncul seorang dokter wanita, raut wajahnya terlihat cemas, " Ada keluarga kedua pasien disini? " Tanyanya sopan.

Semua menggeleng, " Bunda nya lagi di luar kota, dok, tapi barusan banget lagi di jalan pulang. Kami semua sahabat mereka, dok. "

Dokter itu diam sejenak sebelum menjelaskan, " Kondisi keduanya cukup parah, apalagi di bagian kepala yang sepertinya terkena hantaman badan truk. Sekarang mereka koma, jadi doakan saja yang terbaik. "

---
Alaska dan Vano dipindahkan ke ruang rawat kelas satu. Itu yang bayar Sultan, itung-itung ngebantu katanya.

Aluna duduk di antara bangkar keduanya, menggenggam erat masing-masing tangan mereka.

" Maafin aku. "

Air mata Aluna kembali meluncur, entah sudah berapa kali gadis itu menangis. Tidak ada satupun yang bisa menenangkan nya.

" Maafin aku yang udah egois. " Ucap Aluna dengan suara bergetar.

Tidak ada yang menyahut, seolah-olah hanya Aluna yang benar-benar hidup di dalam ruangan itu. Hanya terdengar suara dari mesin yang terhubung ke tubuh Alaska dan Vano.

Alaluna [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang