Heyra sudah kembali ke Jakarta setelah menghabiskan weekendnya di Bandung yang sangat singkat dan terlebih ia masih kesal jika mengingat bahwa tidak ada info barang yg tertinggal dikereta. Heyra yang tengah berada di ruang kuliahnya itu terlihat bosan karena dosen tidak juga datang. Heyra memilih memejamkan matanya sebentar karena memang mengantuk. Kelas pagi adalah hal yang paling ia benci. Ia benci bangun pagi, itu saja.
Begitu semua jam kuliahnya selesai. Ia akan pergi ke perpustakaan sebentar untuk mengembalikan buku yang ia pinjam beberapa hari yang lalu. Lebih tepatnya sebuah novel. Ia memang pecinta novel meskipun jurusan kuliahnya bukanlah sastra. Heyra ditemani Kaila dan begitu selesai mengembalikan buku, keduanya memilih untuk ke kantin mengisi perut dulu sebelum pulang.
Heyra yang mengedarkan pandangan ke penjuru kantin untuk melihat kedai mana yang menjual berbagai varian makanan yang lebih banyak pilihannya tak sengaja menemukan seseorang yang tak asing baginya. Ia melihat seseorang yang ia yakin itu adalah orang yang ia temui kemarin dikereta.
"Ra, jadi pesen apa ?"
"Soto ayam aja, sama es teh. "
"Oke, yuk cari tempat duduk. "
Kaila memimpin Heyra untuk mencari tempat duduk yang memang sangat ramai dikantin. Kaila melirim Heyra karena hanya tersisa kursi diantara beberapa dosen yang sedang makan disana. Lalu tatapan Heyra seakan pasrah dan Kaila menurutinya.
"Daripada gak duduk, Kai, udahlah bomat. " Ujar Heyra meskipun didalam hatinya ia takut orang itu mengenalinya. Heyra baru saja sadar bahwa orang yang ia temui kemarin di kereta adalah dosen di universitasnya. Karena ini kantin untuk semua jurusan, Heyra tidak yakin orang itu dosen jurusan apa. Tapi, Heyra berusaha tidak memedulikannya dan main duduk saja dengan berusaha sopan bersama Kaila.
"Semester berapa dek? " Tanya seorang dosen muda ya tapi lebih tepatnya sudah tidak terlalu muda karena terlihat berusia hampir kepala 3.
"Semester 1 pak, " Jawab Kaila dan Heyra bersamaan dan tak sengaja mata Heyra bertemu dengan orang yang ia temui di kereta itu.
Begitu makanan mereka datang, mereka juga menawarkan dengan sopan kepada tiga dosen yang sedang duduk dihadapan mereka. "Mari pak, makan. "
Begitu dosen-dosen tadi itu sudah pergi duluan. Akhirnya Kaila dan Heyra bisa mengobrol sesuka mereka. Rasanya menahan untuk tidak ghibah adalah hal yang sangat susah untuk dihindari.
"Gue pernah ketemu sama salah satu dosen tadi, Kai. "
"Yang mana ?"
"Yang di depan gue. "
"Serius lo? "
"Serius, "
"Bisa kebetulan gitu dia dosen sini, Ra. "
Heyra mengangguk setuju. Ia juga heran kenapa bisa kebetulan seperti ini. Perlahan Heyra lupa tentang freebiesnya yang tertinggal di kereta.
🍂🍂🍂
Begitu kelas malam selesai, Heyra memilih untuk pergi ke supermarket sebentar untuk membeli sebungkus roti untuk sarapan paginya karena ia malas untuk membeli nasi ataupun memasak. Masih pagi dan ia sungguh memilih untuk tiduran sebentar sebelum memulai aktivitasnya.
Heyra yang sibuk memilih-milih roti isi yang hendak ia beli itu terkejut begitu ada yang menyapanya.
"Hai, "
"Eh,"
"Senang bertemu denganmu lagi. "
"Bapak dosen? " Tanya Heyra to the point.
"Jangan ngobrol disini. "
"Terus dimana? " Tanya Heyra bingung dan ia melihat pandangan dosen disampingnya ini untuk mengobrol di depan supermarket.
Heyra mengangguk paham dan segera memilih roti isi yang akan ia beli dan membayarnya ke kasir. Tapi, entah kenapa Heyra tidak tahu bahwa dosen itu tetap mengikutinya.
"Totalnya sepuluh ribu rupiah mbak. " ujar si penjaga kasir dan dengan sigap lelaki dengan tinggi diatas Heyra itu membayar tagihan milik Heyra dan Heyra terkejut bukan main. Heyra mau protes tapi ia sadar kondisi ia sedang di dalam supermarket.
Begitu diluar supermarket dan mereka duduk di kursi yang disediakan itu, Heyra mengeluarkan uang sepuluhribunya dan menyerahkannya.
"Gak usah, saya ikhlas bayarin kamu. "
"Eh pak, jangan gitu, saya gak enak. "
"Pak? "
"Iya pak, kan bapak dosen, jadi saya harus hargain meskipun diluar kampus. "
"Tapi saya bukan dosen kamu. "
"Iya saya tahu. "
Heyra yang daritadi melihat jam di ponselnya itu membuat lelaki atau dosen dihadapannya itu tersenyum kecil.
"Paperbagmu tertinggal dikereta kan? "
"Eh iya pak, kok bapak bisa tahu? "
"Ada di saya, tapi tidak saya bawa, ada dikosan saya. "
"Em, tolong bawa secepatnya ya pak, makasih ya pak udah nemuin paperbag saya, saya kira udah hilang. "
"Nanti saya hubungin ya. "
"Hubungin lewat apa? "
"Sini deh ponselnya. "
Heyra menyerahkannya tanpa ragu dan dosen dihadapannya itu menuliskan nomor ponsel dan menekan tombol telfon laku mematikannya.
"Nanti saya hubungi, cepat pulang sana. "
"Iya pak, makasih banyak sekali lagi. "
"Jangan manggil saya pak jika diluar kampus, saya bukan dosen kamu...., Hey..ra. " Ujar dosen dihadapannya itu sambil melirik nametag di baju Heyra.
"Ih, nanti gak sopan pak, duluan ya pak. "
"Hati-hati. "
🍂🍂🍂
P. S maaf kalau ada typo ya hehe
Vote dan coment diramaikan yuk
Aku akan usahakan update dua kali dalam seminggu ya huhuuu 😆
Semoga suka
Enjoy
Thanks so much ....
Ayo gaes ramaikan
Kata kata dari kalian itu penyemangat bgt
Apapun yuk corat coret di kolom komentar 👀😙
KAMU SEDANG MEMBACA
Heyra's Love Line
Romance[COMPLETE] [FOLLOW DULU YUK!] [BUDAYAKAN JANGAN SILENT READER] Bagi Heyra yang sudah menjomblo selama 18 tahun itu, mengambil resiko besar untuk menjalin hubungan serius adalah hal yang sangat dia pikirkan dengan sangat serius. Dia tidak boleh han...