Heyra tengah menunggu Yohan yang tengah sibuk dengan laptopnya. Heyra tengah berada di Bandung, ia sedang liburan semester. Memang, waktu berjalan dengan cepat. Ia sedikit bosan dan cappucino miliknya sudah hampir habis. Kedai kopi ini kenapa harus buka dua puluh empat jam, itu tidak baik untuk orang yang suka begadang seperti Yohan. Heyra tidak suka, begadang itu efeknya buruk untuk tubuh dan ditambah cafein, euh, itu akan semakin buruk.
"Masih lama ya? "
"Hm, lagi buat form evaluasi Ra,"
"Hm, gak bisa nanti lagi? "
Yohan menatap Heyra sebentar dan ia hanya bisa tersenyum tipis melihat gadisnya itu kebosanan. Sebenarnya, Yohan tidak memaksa Heyra untuk ikut. Ia sudah bicara dengan Heyra bahwa ia ke kedai kopi sekaligus mengerjakan form evaluasi dan juga akan mengoreksi hasil ujian mahasiswanya. Tapi, Heyra memang keras kepala, ia bilang akan menunggunya, namun, sekarang gadis itu sudah bosan.
"Saya bilang kan gak usah ikut tadi. "
"Ish, jadi saya yang salah? "
"Sini deh, duduk sebelah saya. "Ujar Yohan sambil menepuk kursi disampingnya dan Heyra dengan senang hati berganti kursi.
"Mau bantuin ?"tanya Yohan sambil memperlihatkan laptopnya pada Heyra.
"Gak, saya gak ngerti, saya aja sering ngasal kalau ngisi evaluasi buat dosen. "
Yohan menyentil dahi Heyra pelan. Tapi, gadis itu membuat keluhan dengan heboh seakan itu sangat sakit.
"Aw!! Sakiiiit! "
"Biarin. "
"Ih, kok gitu sih kak, jahat."
Yohan hanya tertawa kecil melihat tingkah Heyra yang begitu menggemaskan. Bisa dibilang Yohan seperti mengajak anak kecil bersamanya.
"Selesainya jam berapa ?"
"Jam 9 selesai, Ra."
Heyra melirik jam diponselnya, ternyata sudah pukul setengah sembilan malam.
"Terus, abis itu kemana ?"
"Pulang lah, nanti saya dimarahin ayah kamu bawa anak gadisnya malam-malam."
"Kok pulang sih ?" protesnya yang masih ingin berlama-lama bersama Yohan
"Loh, kan emang harus pulang, Ra."
"Ayah kamu bilang, 'jam 9 sudah harus pulang ya nak Yohan'. " tambahnya dan Heyra kembali mengerucut sebal.
"Kenapa? Mau kemana? " lanjutnya karena melihat raut wajah Heyra yang tak puas akan jawabannya.
"Masih mau jalan-jalan, kita udah lama gak kayak gini kak," Rengek Heyra yang sambil menarik lengan baju Yohan.
"Besok deh ya, kan liburanmu masih ada beberapa minggu, Ra. "
"Janji? "
"Gak mau janji, Ra."
Heyra berdecak kesal. Ia rasa, ia sudah tidak bisa memenangkan percakapan ini. Lalu, secara tak sadar Heyra melihat Yohan sedang membuka sebuah laman pendaftaran beasiswa. Ah, itu tentang London.
"Udah selesai daftarnya?"
"Hm, tinggal nunggu pengumuman tahap 1."
"Kalau lolos, terus ngapain? "
"Ada tes, Ra. "
"Ke London, tesnya? "
"Enggak Ra, di Jakarta. "
Heyra mengangguk paham. Sejujurnya, ia sedih. Ia tidak mau mengalami sebuah perpisahan akan jarak. Baginya Bandung dan Jakarta seakan terpaut jarak yang jauh hingga ia bisa bertemu Yohan dan quality time bersama seperti ini sangat jarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heyra's Love Line
Romance[COMPLETE] [FOLLOW DULU YUK!] [BUDAYAKAN JANGAN SILENT READER] Bagi Heyra yang sudah menjomblo selama 18 tahun itu, mengambil resiko besar untuk menjalin hubungan serius adalah hal yang sangat dia pikirkan dengan sangat serius. Dia tidak boleh han...