Bab 37 : Boomerang

85 5 18
                                    

Heyra pikir karena sudah satu tahun lebih ia mampu bertahan dengan LDR, ia akan mampu bertahan kembali. Ia juga sedang berusaha meyakinkan dirinya sendiri setelah waktu Yohan bilang akan meyakinkan dirinya juga, ia akan bisa bertahan.

Waktu sudah berjalan hampir satu setengah tahun. Hubungan mereka seperti roller coaster. LDR dan juga kesibukan masing-masing membuat mereka sulit berkomunikasi.

Heyra sudah menginjak semester 6 sekarang. Waktu cepat sekali berlalu, sekarang ia benar-benar sibuk dan lelah dengan segala persiapan skripsi dan juga akan segera PKL kedua. Itu artinya ia akan kembali memperlebar jarak.

"Ra, yuk." Oh iya hari ini salah satu teman Heyra yaitu Kaila, akan melaksankan sempronya. Heyra ikut senang. Akhirnya satu persatu temannya akan melakukan sempro. Untuk dirinya sendiri, alhamdulillah ia sudah selesai melaksanakannya dan akan mengerjakan bab selanjutnya. 

Heyra dan teman-temannya pergi ke acara seminar proposal Kail dengan perasan senang dan juga gugup. Semoga hasilnya baik.

"Ra, Ra, gue deg-degan." Ujar Sela begitu acara sudah dimulai.

"Gue juga Sel." Balasnya yang tak kalah deg-degan.

Acaranya berlangsung sekitar kurang lebih satu jam setengah. Akhirnya selesai juga. Alhamdulillah Kaila bisa meneruskan ke tahap selanjutnya. Mereka merayakan itu dengan berfoto-foto dan mengabadikan momen yang ada.

"Congrats, Kai." Ujarnya memberi selamat pada Kaila.

Setelah itu, Heyra harus segera bertemu dosen pembimbingnya bersama dengan Fera. Bersyukur, mereka satu dosen pembimbing.

"Duluan ya guys."

"Oke Ra, Fer. Good luck."

Heyra dan Fera kembali ke gedung jurusan mereka dan menuju ke ruang dosen yang terletak dilantai dua. Mereka menunggu dospem mereka membalas pesan mereka sementara mereka menunggu diluar. 

Tak lama, dospem mereka membalas pesan itu dan akhirnya mereka melakukan bimbingan dan juga konsultasi. Itu semua berlangsung cukup lama hingga rasanya kepala Heyra langsung cenat-cenut karena pusing.

"Ra, mampir kantin yuk, gue haus nih." Ujar Fera begitu mereka selesai bimbingan.

"Hm, gue juga butuh asupan nih, pusing banget."

Fera menepuk pundak Heyra begitu mereka hendak turun tangga ke lantai satu.

"Ra, Ra, itu pak Yohan kan?" Tunjuknya pada seseorang yang tengah berada di lorong lantai 2 dengan ketua dekan.

Heyra terkejut. Dia datang tapi Heyra tak tahu. Huh, Heyra harus marah atau tidak? Ia seakan takut untuk marah. Ia takut itu akan menjadi boomerang nanti.

"Iya Fer, udah yuk ke kantin aja, gue haus banget." Ia menarik lengan Fera agar Yohan tak menyadari keberadaannya.

🍂🍂🍂

Heyra berada didalam kamar kosnya dengan laptop yang menyala. Ia ingin segera mengerjakan revisiannya dan juga mengerjakan beberapa tugasnya, tapi pikirannya sedang berkelana ke tempat lain.

"Aarrghh!" Heyra ingin tidur juga tidak bisa tidur. Ini juga masih jam 8 malam. Ia bingung.

Ia melihat ponselnya, tak ada pesan yang ia harapkan. Apa ia harus menghubungi dulu atau tidak? Ah, ia pusing. Ia sangat tidak mood.

Yohan ❤

Di Jakarta kak?
20.11

Akhirnya ia putuskan untuk bertanya.  Ia rasa lebih baik ia yang bertanya kalau tidak itu akan membebani pikirannya. Namun, sudah cukup lama ia menunggu, tetal tak ada balasan.

Heyra's Love LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang