Bab 32 : hari terakhir PKL

79 6 0
                                    

Backsound
Suran - two people
(Cek mulmed di atas)

🍂🍂🍂

Hari ini sudah menjadi hari terakhir Heyra menjalani Praktek Kerja Lapang selama dua minggu dan selama lima hari ini, ia tidak menghubungi Yohan sama sekali. Ia masih sulit menerima bahwa Yohan mempunyai rencana seperti itu.

"Ra, nanti mau ke cafe yang waktu itu gak? Pas kita ketemu kak Gavin? "Tawar Fera yang merasa harus menghabiskan waktu sebaik-baiknya sebelum kembali ke Jakarta.

"Hm, boleh, sebelum besok balik, gue juga mau nikmatin malam terakhir. "

Heyra lalu kembali dengan banyak kerjaannya dan berkat kesibukannya ini ia sedikit melupakan amslaahnya dengan Yohan.

🍂🍂🍂

Cafe malam itu terlihat ramai karena memang kopi disini rasanya sungguh nikmat dan dessert yang disajikan juga beragam.

"Ra, lo tahu gak? "

"Apa? "

"Ada yang beda dari lo, kayak orang yang gak baik-baik aja tapi berusaha baik-baik aja. Em, lo kelihatan capek Ra. "

Heyra berpikir sebentar, apa benar ia capek dengan semua ini, tapi terlalu awal jika ia bilang sudah lelah dengan semua ini. Baru satu tahun ia berhasil melewati rintangan dalam hubungannya dengan Yohan. Sebuah jarak usia yang berbeda enam tahun itu benar-benar membuat Heyra harus bersikap dewasa dan menuntut dirinya untuk mulai menerima pendapat Yohan tapi, untuk London, ia masih tidak tahu.

"Gue capek kali ya Fer? "

"Kalau gue lihat sih gitu, tapi kalau emang masalah masih bisa diperbaiki, lebih baik diperbaiki, Ra. Gue tahu lo masih belum baikan semenjak lima hari yang lalu pas dia kesini."

"Gue bingung Fer, London bukan jarak yang dekat kayak cuma Tasikmalaya-Bandung, atau Jakarta-Bandung."

"Kayaknya bukan cuma jarak yang jadi permasalahan Ra, kalau lo ragu buat melangkah, itu sama aja lo gak yakin sama dia, begitupun sebaliknya."

Heyra terdiam. Ia merasa ditampar oleh kalimat Fera. Ia merasa ini bukan salah jarak, melainkan egonya yang ingin tetap bersama Yohan dan juga sepertinya ia ragu untuk melangkah berani dan bersikap dewasa. Sebenarnya ia takut, sangat takut jika jarak adalah alasan semuanya berakhir atau kepercayaan yang mulai meragukan diri sendiri yang akan mengakhiri semuanya.

"Ra, lo jalaninnya berdua, kenapa lo harus takut ?"

"Gue gak tahu Fer, takut aja sama banyak kemungkinan yang bisa terjadi, karena udah terlanjur nyaman berdua, buat ngelepas atau belajar sendiri lagi itu kayak hal baru yang gak asing dan tetap menakutkan. "

"Lo pasti bisa, Ra. "

Heyra mengangguk mengiyakan.

Mereka langsung memutuskan untuk segera pulang ke penginapan dan beristirahat sebelum besok sudah harus kembali ke Jakarta.

🍂🍂🍂

Yohan kini tengah mengurus berkas yang menjadi persyaratannya untuk mengajukan beasiswa ke London. Entah berhasil atau tidak, ia tidak akan berharap. Jujur, rasanya ia tak bisa memilih antara Cita dan Cinta. Rencananya tapi tidak boleh ia gagalkan, karena kesempatan tak datang berkali-kali.

"Mas Yohan,"

"Kenapa Rik? "

"Em, lo serius mau ke London? "

"Kalau diterima ya serius."

"Terus kak Heyra?"

Yohan terdiam. Ia yang sedang memilah berkas untuk pendaftaran beasiswa itu menatap ke arah adiknya. Ia juga tidak tahu harus bagaimana. Jika ia mengajak Heyra untuk ke London, jujur ia takut. Jika ia berusaha untuk melamar Heyra sebelum ke London, itu juga bukan rencana baik. Tapi, jika Heyra mau menunggunya, ia akan berusaha untuk menyelesaikannya dengan cepat.

Heyra's Love LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang