BAB 3

318 59 36
                                    

A good marriage is the union of two good forgivers

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A good marriage is the union of two good forgivers. - Ruth Bell Graham

|

|

"Ji, kamu lagi di mana?"

Suara sedikit serak menyapa Jiyeon pada siang menjelang sore. Jiyeon tidak perlu bertanya siapakah yang menelepon, karena hanya Hyeri yang mempunyai suara seperti itu.

"Lagi di supermarket. Baru saja sampai."

"Lama, nggak? Kita lagi di Black Lab. Kamu nyusul ke sini, yuk."

"Kamu sendirian?"

"Sama Jieun. Kamu juga lagi nungguin Moonbin dan Haneul, ya?"

Jiyeon mengangguk, meski tidak terlihat spontan. "Aku belanja dulu, ya, baru ke sana."

"Oke. Cepetan, ya."

Acara Jiyeon belanja di supermarket kali ini tidak memakan waktu yang lama. Hanya membeli beberapa keperluan Haneul dan Moonbin seperti sabun, sampo, dan tisu. Tak lama kemudian, Jiyeon sudah duduk santai bersama Hyeri dan Jieun. Kafe itu menjadi tempat favorit mereka bertiga untuk menunggu anak-anak mereka pulang sekolah karena jaraknya yang sangat dekat dengan sekolah. Tidak setiap hari mereka berkumpul di sana karena terkadang mereka juga punya kesibukan masing-masing.

Anak-anak mereka bersekolah di sekolah yang sama, Seoul Academy. Sementara Sooji, yang tempat tinggalnya memang lumayan jauh dari mereka bertiga, menyekolahkan anaknya di sekolah yang lebih dekat dari tempat tinggalnya. Dia jarang ikut kumpul, selain pada hari arisan mereka.

"Belanja bulanan dulu?" tanya Hyeri begitu Jiyeon muncul di hadapan mereka. Dia terlihat begitu asyik mengepulkan asap rokoknya. Jiyeon mengibaskan tangan untuk mengusir asap rokok yang mengepung wajahnya.

"Nggak, cuma cari beberapa barang. Sabun sama sampo Haneul dan Moonbin sudah habis."

"Haneul dan Moonbin pulang jam berapa, Ji?" Jieun bertanya sembari menyeruput teh dari cangkir lebar berwarna putih.

"Jam dua. Kalau Chae?"

"Jam empat. Aku nggak akan ke mana-mana lagi. Langsung pulang."

"Nggak ngajar ke Seocho?" tanya Jiyeon.

Jieun menggeleng. "Nggak. Besok baru ke Seocho."

"Ahrin dan Riny juga pulang jam empat." Hyeri menimpali seraya menyebutkan nama kedua anak perempuannya yang juga seumur dengan Chae. "Aku bisa menemanimu di sini, Jieun. Aku juga tidak ada acara." Lanjut Hyeri setelah mematikan puntung rokoknya di asbak berwarna hitam.

Kemudian, Jiyeon teringat sesuatu begitu melihat Hyeri sedang mengoleskan lipstik di bibirnya. "Hyeri, cukurin alisku, ya...."

"Sini. Dengan sangat senang hati aku cukurin alismu." Dengan sigap Hyeri mengeluarkan cukuran alis dari sebuah dompet kecil berisi peralatan kosmetik. Dompet itu selalu dibawanya ke mana pun dia pergi. Sambil menggenggam pisau cukur miliknya, dia berpindah tempat ke samping Jiyeon.

For Better or WorseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang