A good marriage is the union of two forgivers. – Ruth Bell Graham
|
|
ALL JIYEON POV
Aku masuk ke kamar Jaeeun yang remang-remang. Haneul dan Moonbin sudah sama-sama terbaring di ranjang berukuran queen dengan nyaman. Pendingin udara di dalam kamar membuatku menggigil. Aku berjingkat di karpet berwarna ungu, warna kesukaan Jaeeun. Perlahan aku menghampiri ranjang.
Aku harus sedikit lincah karena menghindari berbagai benda yang berserakan di atas kasur. Hhh ... berantakan sekali. Ada buku, krayon, mainan, hingga majalah. Sampai-sampai tanpa sengaja aku menginjak sebuah krayon yang lalu berderak patah.
Begitu sampai di pinggir ranjang, aku berjongkok. Keduanya terlihat begitu pulas. Aku membetulkan bed cover yang acak-acakan dan menutupi tubuh keduanya hingga bahu. Setelah itu, aku mengecup kening masing-masing dan berdiri untuk mengambil remote AC serta menaikkan suhunya agar tidak terlalu dingin.
"Mama?" Suara Moonbin terdengar.
Aku menoleh kaget. Aku melepaskan gagang pintu yang sudah aku genggam dan berjingkat mendekati ranjang kembali. Aku duduk di bawah dengan dagu bertumpu pada kasur.
"Kenapa tidak tidur?" bisikku perlahan.
"Sudah. Tapi, bangun waktu Mama masuk."
Aku meringis penuh sesal. "Maaf, ya. Padahal, Eomma sudah pelan-pelan."
Moonbin menggeleng. "Tidak apa-apa. Sebenarnya, Mama tidak berisik."
Aku mengelus rambutnya. "Mau tidur sama Eomma?"
Moonbin sedikit ragu, tetapi dia lekas menggeleng. "Nanti tidak ada yang nemenin Haneul."
Aku terharu. Di tengah kehidupan keluarga kami yang tercerai-berai seperti ini Moonbin tak kehilangan hatinya yang emas. Spontan aku memajukan wajah untuk bisa mengecup hidung mungilnya yang mancung. Aku mengusapnya dengan telunjukku sambil menghela napas sekaligus tersenyum pilu. Hidung Myungsoo Oppa, begitulah aku menyebutnya setiap kali aku melihat hidung anak sulungku ini. Saking miripnya, semua orang, termasuk aku mengatakan bahwa Moonbin adalah jelmaan kecil dari Myungsoo Oppa. Hampir seluruh wajah Myungsoo Oppa diambil oleh Moonbin, bentuk mata, bibir, hidung serta dagunya, sedangkan wajah Haneul mengambil rupa wajahku.
"Mama mau tidur di sini?" bisik Moonbin menyadarkanku dari lamunan.
Aku menggeleng. "Tidak, ah. Nanti Eomma jatuh. Tidak muat."
Kami terkikik geli. Lalu, senyum di bibir Moonbin memudar. Dia menatapku penuh rasa ingin tahu. "Mama, kenapa Appa tidak tinggal sama kita?"
Bibirku yang tadinya melengkung ke atas perlahan membentuk garis lurus. Aku terdiam menatap mata kecil yang penuh rasa ingin tahu itu. Sebelum aku bisa menjawabnya, Moonbin sudah bertanya kembali, "Mama dan Appa sudah tidak sayang lagi, ya? Makanya, tidak satu rumah lagi ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
For Better or Worse
RomanceSemua terencana begitu menyenangkan, berjalan begitu indah, dan terjadi begitu sempurna. Namun, saat itu semua tidak lagi berjalan sesuai rencana, mampukah mereka mempertahankan pernikahan?