Semua terencana begitu menyenangkan, berjalan begitu indah, dan terjadi begitu sempurna. Namun, saat itu semua tidak lagi berjalan sesuai rencana, mampukah mereka mempertahankan pernikahan?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A good marriage is the union of two forgivers. – Ruth Bell Graham
|
|
ALL JIYEON POV
Desember.
Penghujung tahun memang selalu membuat segalanya terasa lebih cepat. Hari, jam, dan segalanya. Rasanya semua serbakurang. Ingin rasanya aku menambahkan waktu sendiri hingga sehari menjadi 48 jam. Ada perayaan Natal, malam Tahun Baru, kelas-kelas yoga yang privat maupun di studio Jieun. Pokoknya, sibuk, sibuk, dan sibuk. Belum lagi anak-anak yang libur pasti akan menjadikan rumah menjadi ramai. Sumpah, 24 jam rasanya tak cukup bagiku.
Tentu saja ada hari-hari yang penuh teriakan, tangisan, dan keruwetan. Namun, tidak ada yang lebih istimewa dengan berkumpul bersama keluarga. Bagiku, Desember selalu menyenangkan. Aku menyebutnya bulan liburan.
Mengapa bulan ini terasa istimewa? Karena Haneul akan ikut serta dalam pentas Natal pertamanya di sekolah. Dia mendapat peran sebagai seekor domba. Haneul bangganya bukan main.
"Aku akan jadi domba! Nanti Haneul pakai baju domba yang ada buntutnya, Eomma!"
Ketika mendengar Haneul bercerita, Moonbin memutar bola matanya. "Domba, kan, tidak ngapa-ngapain. Cuma bersuara 'mbek -mbek ', terus mondar-mandir. Tidak seru!"
Aku memperingatkan Moonbin dengan menggeleng sebagai isyarat untuk tidak berkata apa-apa lagi. Gara-gara komentar Moonbin, bisa jadi semangat Haneul tadinya di puncak gunung jadi secepat kilat terjun bebas. Jadi, lebih baik Moonbin tidak berkata macam-macam. Moonbin pun mengerti isyarat yang aku berikan dan merapatkan mulutnya dengan agak kesal.
Dia ikut berkata seolah tak mau kalah. "Lebih bagusan aku. Aku nanti jadi pemeran utama, loh, Mam," seru Moonbin seakan tidak mau kalah.
Ha? Pemeran? Drama? Pentas? Jadi, Moonbin akan main drama juga? Aku tidak mengerti dan menoleh penuh rasa ingin tahu. "Pemeran utama maksudnya apa, ya, Binnie?"
Moonbin memberikan tatapan yang sama seperti yang dia berikan kepada Haneul barusan. "Sama seperti Haneul, Mama. Aku main sebagai Yosef, nanti aku pakai rambut palsu dan baju jubah gitu .... Pokoknya, bakal miriplah, Mam. Oh, ya, aku juga bawa tongkat ...."
Aku masih tersesat di percakapan ini. "Jadi, Binnie ada acara pentas juga?"
"Mama lupa, ya? Ada acara Natal di sekolah. Aku main drama. Ingat, bukannn???"
Oh no. Aku lupa. Aku benar-benar lupa. Kalender meja yang berada di dekatku segera aku sambar dan aku segera memeriksanya. Betul saja. Padahal, aku sendiri yang menandainya. 18 Desember. Aku benar-benar perlu obat penguat ingatan.
"Mama beneran lupa, ya?" Nada suara Moonbin sedikit menuduh. Aku menggeleng karena aku tidak mau mengecewakannya."Ingat, Binnie. Itu sudah Eomma tulis di kalender."