Semua terencana begitu menyenangkan, berjalan begitu indah, dan terjadi begitu sempurna. Namun, saat itu semua tidak lagi berjalan sesuai rencana, mampukah mereka mempertahankan pernikahan?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A good marriage is the union of two forgivers. – Ruth Bell Graham
|
|
Suasana rumah sedikit berubah. Walaupun begitu, tidak ada pertanyaan yang terlontar lagi dari mulut Moonbin mengenai keberadaan ayahnya yang sekarang berada di rumah setiap hari. Haneul yang belum terlalu mengerti dan peduli, justru menunjukkan sukacitanya karena bisa bertemu dan bermain dengan ayahnya sepanjang waktu tanpa harus menunggu sore atau malam lagi.
Jiyeon juga telah berpikir banyak dan memutuskan untuk mengundurkan diri dari acara arisan bulanan. Dia merasa tidak bijak jika terus "bersenang-senang", sementara situasi keluarganya sedang terpuruk. Dia tahu sebenarnya Myungsoo tidak melarangnya, tetapi hati kecilnya terus mengatakan tidak adil. Myungsoo sendiri yang dulu rajin kumpul dengan sahabatnya menonton bola atau bermain futsal, juga sudah tidak melakukannya lagi. Bahkan janjiannya di Caffe Themselves yang tempo hari dia beritahukan ke Jiyeon pun dia batalkan dengan sendirinya.
Akhirnya, setelah Jiyeon mengambil keputusan tersebut, dia mengumpulkan ketiga sahabtnya dan mereka sepakat untuk berkumpul di rumah Jieun.
"Ada apa, Ji?" Hyeri terus mengerutkan keningnya.
Jiyeon memang belum memberitahu alasan yang membuat dirinya sampai harus mengumpulkan mereka.
"Iya bikin takut saja kamu, Ji, sampai bikin pertemuan seperti ini," ujar Sooji tegang. Wajahnya sedikit tegang, bahkan dia tidak menggubris makanan yang dihidangkan oleh Jieun.
"Aku.... harus mengundurkan diri dari arisan."
"Apa? Kenapa?" Hyeri langsung bereaksi. Dia memang selalu cepat dalam hal apa pun. Sooji dan Jieun memilih untuk mengerutkan kening dengan tatapan penuh tanya.
Jiyeon berdeham, lalu memandang mereka satu per satu. Setelah itu, dia baru menyebutkan berita buruk itu. "Karena... Myungsoo Oppa... kena PHK."
Masing-masing mengatupkan mulutnya. Wajah-wajah sahabat Jiyeon langsung tersentak begitu mendengar pemberitahuan Jiyeon.
"Kenapa...., bisa?" Suara Hyeri melemah.
Jieun pindah dan duduk di sebelah Jiyeon. Memeluk sahabatnya. "Aku turut prihatin, Ji...."
"Bagaimana bisa?" Sooji ikut bertanya.
"Pabrik di Seoul tutup, perusahaan juga ditutup karena ada masalah keuangan. Banyak karyawan yang di PHK. Termasuk Myungsoo Oppa." Jiyeon menjelaskan singkat kepada ketiganya.
Jiyeon melanjutkan penjelasannya. "Rasanya tidak adil kalau aku terus ikutan arisan sementara...." Dia mengangkat bahunya. "Situasinya tidak mendukung. Aku harap kalian mengerti
"Jadi, apa yang akan kamu lakukan?"
Jiyeon menghela napas. "Sementara ini, aku akan bantu Myungsoo Oppa mencari pekerjaan. Mungkin itu yang bisa aku lakukan sekarang."