BAB 4

260 52 67
                                    

A good marriage is the union of two forgivers

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


A good marriage is the union of two forgivers. - Ruth Bell Graham

|

|

Myungsoo Oppa suka dengan film melodrama? Benar, ya? Kenapa suamiku ini? Jiyeon bergumam dalam hati.

Myungsoo tidak hanya bersedia menontonnya, tetapi dia juga terang-terangan mengatakan bahwa dia menyukai film yang barusan mereka tonton, Romang. Wajah Myungsoo terlihat puas begitu mereka keluar dari bioskop. Dia tidak hentinya membahas film tersebut, seperti menjadi Komentator film dadakan. Dia sempat jeda sesaat karena butuh ke toilet. Komentarnya kembali berlanjut lagi begitu keluar dari toilet. Tangan Myungsoo menggandeng Jiyeon, sedangkan mulutnya tak henti mengoceh. Benar-benar panjang kali lebar. Myungsoo mengungkapkan kekagumannya kepada NamBong dan MaeJa, karakter di film itu.

"Mereka hebat, Sayang. Itu yang bisa kusebut sebagai belahan jiwa yang seseungguhnya. Bayangkan bersama selama 45 tahun, masih diberi ujian, mereka bersama dalam suka dan duka. Seperti janji pernikahan."

"Itulah arti dari pernikahan, Oppa."

"Itu yang sebenarnya disebut arti cinta." Myungsoo mencium tangan Jiyeon yang berada dalam genggamannya.

Jiyeon mengangguk setuju. Film yang diperankan oleh aktor veteran Lee Soonjae dan Jung Yoongsuk, berisi tentang kehidupan cinta NamBong dan MaeJa yang sudah lanjut usia tiba-tiba mengidap penyakit dementia. Meskipun hancur, mereka tetap berusaha bersama menjalani kehidupan mereka. Film yang diputar itu memang sangat emosional. Jiyeon jadi penasaran mengapa suaminya, yang selalu mengatakan film melodrama dan film romantis itu terlalu galau-yang tentu saja tidak Jiyeon setujui-bisa menyukainya.

"Karena sangat menginspirasi, Sayang," ujar Myungsoo beralasan.

Itu saja?

Percaya saja, sesingkat itu alasan Myungsoo. Membingungkan, tetapi nyata. Ya, Myungsoo memang begitu, tidak butuh alasan yang panjang lebar. Kalau suka, dia akan bilang suka. Kalau tidak, jelas tidak. Sesimpel itu.

Myungsoo baru benar-benar berhenti bicara ketika mereka sampai di restoran yang membuatnya ngidam beberapa hari yang lalu, Makino Chaya.

"Oppa pantasnya menjadi komentator film," ucap Jiyeon menyindir Myungsoo.

"Kalau ada tawaran, ya boleh-boleh saja. Aku bersedia saja," sahut Myungsoo dengan cengiran yang lebar.

"Oppa ingin makan yang mana?" tanya Jiyeon saat mereka sudah berdiri di salah satu sisi meja yang menghidangkan menu sushi. Restoran Makino Chaya ini adalah restoran yang hidangannya disajikan secara prasmanan.

"Semuanya," ujar Myungsoo dengan santai, matanya tetap meneliti menu satu per satu.

Jiyeon menoleh cepat ke arah Myungsoo yang berada di sampinya. "Oppa rakus."

For Better or WorseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang