BAB 17

208 43 74
                                    

A good marriage is the union of two forgivers

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A good marriage is the union of two forgivers. - Ruth Bell Graham

|

|

ALL JIYEON POV

Pelajaran hari ini: jangan belanja di supermarket saat hati sedang kalut.

Ini terjadi kepadaku hari ini. Aku jadi tidak bisa memusatkan perhatianku. Tanganku hanya bergerak otomatis mengambil apa saja yang aku lihat atau terlintas di benakku.

Begitu sampai di kasir, aku hanya bisa melongo melihat hasil belanjaanku. Semua isinya camilan anak-anak. Apa kabar minyak goreng, kecap, gula, dan bahan-bahan penting lain yang seharusnya aku beli karena persediaan di apartemen sudah kritis?

Aku meneliti lagi kereta belanjaanku. Perasaan aku juga mengambil jeruk dan apel, tapi, kenapa tidak ada?

Setelah selesai membayar, aku baru teringat akan daftar belanjaan yang sudah aku tulis jauh-jauh hari. Aku membawanya dan merasa teramat bodoh karena melupakannya. Padahal, aku yang menulisnya sendiri sebelum pergi kemari. Dengan kesal, kertas yang cukup besar dan semestinya bisa terlihat dengan jelas itu aku remas, lalu aku buang ke tong sampah. Hatiku juga rasanya seperti diremas-remas.

Arloji di pergelangan tanganku masih menunjukkan waktu yang cukup lama sebelum menjemput anak-anak. Aku harus melakukan sesuatu untuk membunuh waktu yang tersisa meskipun aku sedang tidak enak badan.

Pulang? Semestinya aku pulang dan beristirahat. Namun, aku rasa pulang bukan pilihan terbaik. Apartemen hanya membuatku sedih dan kecewa. Myungsoo Oppa-lah yang membuatku merasa begitu. Sudah begitu, sejak semalam, setelah pertengkaran kami yang tak berkesudahan itu, aku merasa tidak enak badan. Benar saja, pagi hari tadi, badanku rasanya seperti melayang. Aku merasa mual dan pusing. Aku pun meminta Oppa untuk mengantar anak-anak ke sekolah. Oppa menolak mentah-mentah dengan alasan hendak pergi. Dia tidak bohong. Dia memang hendak pergi keluar karena sudah mengenakan pakaian yang rapi.

"Tolong, Oppa. Aku lagi sakit dan rasanya tidak bakalan sanggup."

"Kamu pasti kuat Ji. Sekolah mereka dekat," sahutnya cuek dengan wajah yang lecek.

"Kalau kuat, aku tidak akan minta tolong Oppa," sungutku dengan jengkel.

Myungsoo Oppa sepertinya sudah tidak peduli lagi. Dia tetap tidak bersedia mengantar mereka. Perpaduan sakit dan kecewa membuat kemarahanku jadi memuncak.

"Oppa mau ke mana lagi? Aku tidak setiap hari minta tolong Oppa! Ini juga terpaksa, Oppa!"

"Pokoknya, aku ada urusan. Kamu tidak perlu tahu. Ada yang harus aku bereskan."

Aku langsung meradang. "Urusan apa??? Aku sendiri belum pernah lihat proyek Oppa itu! Kelakuan Oppa ini bikin aku curiga! Apa sebenarnya yang Oppa sembunyikan dari aku? Jangan-jangan proyek ini memang tidak ada???"

For Better or WorseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang