BAB 14

184 39 58
                                    

A good marriage is the union of two forgivers

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A good marriage is the union of two forgivers. – Ruth Bell Graham

|

|

"Hai. Apa kabar, Myungsoo-ssi?" Seungho menyapa Myungsoo dengan keramahan yang semu sambil menyodorkan tangannya.

Mata Myungsoo menyipit. Rahangnya mengeras. Meskipun begitu, dia tetap menyambut uluran tangan Seungho untuk bersalaman. Suasana kaku dan rikuh sangat terasa. "Baik, apa kabar?"

"Sangat baik." Seungho menjawab sambil tersenyum lebar. Lalu, dia pun berpamitan. "Aku langsung pulang. Soal mobil, jangan khawatir. Di gedung kantor ada mekanik. Dia bisa membetulkannya besok. Sampai ketemu besok, Jiyeon."

"Terima kasih, Seungho."

Kepulangan Jiyeon yang diantar oleh Seungho menimbulkan permasalahan baru, terutama ketika Myungsoo-lah yang menyambutnya pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kepulangan Jiyeon yang diantar oleh Seungho menimbulkan permasalahan baru, terutama ketika Myungsoo-lah yang menyambutnya pulang. Begitu mereka sudah berada di dalam apartemen, Myungsoo langsung menyerang Jiyeon.

"Kenapa kamu bisa pulang bersama dia?"

"Mobilku rusak. Aku sudah telepon Oppa. Sama sekali tidak diangkat. Seungho jadi bersedia mengantarkan aku."

"Jadi, selama ini kamu kerja dengan Seungho?" tanya Myungsoo sambil mengikuti Jiyeon berjalan.

Suara Myungssoo yang meninggi membuat Jiyeon memilih untuk tidak menjawabnya. Jiyeon mengintip ke kamar anak-anak. Ternyata, Moonbin sudah tertidur dengan buku PR di tangannya. Jiyeon semakin merasa bersalah. Perlahan dia mengambil buku itu dari dekapan Moonbin serta mengecup kening kedua anaknya. Begitu Jiyeon keluar dari kamar anak-anak, Myungsoo kembali mencecarnya.

"Jiyeon? Jawab aku. Kamu sekarang kerja sama Seungho?"

Jiyeon mengusap keningnya. Rasa lelah mengikat seluruh sendinya. "Iya, dia bosku."

"Kenapa kamu tidak bilang?" Suara Myungsoo penuh tuduhan.

"Tidak ada bedanya, bukan, Oppa? Aku butuh kerjaan ini. Kebetulan hanya kantornya yang punya posisi untukku. Ini juga kebetulan. Tidak ada rencana. Lagi pula, Oppa juga tidak peduli dengan pekerjaanku? Oppa tidak pernah mau mendengar atau bertanya. Oppa udah tidak peduli denganku!"

For Better or WorseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang