BAB 22

233 47 42
                                    

A good marriage is the union of two forgivers

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A good marriage is the union of two forgivers. – Ruth Bell Graham

|

|

ALL JIYEON POV

Aku duduk di atas matras yoga berwarna pink, yang dipilihkan Haneul untukku ketika kami membelinya di department store. Lotus pose dengan cara duduk dengan kedua kaki yang disilangkan satu sama lain ternyata tidak mampu membuatku tenang dengan pikiran yang berantakan seperti ini.

Aku membuka mata dan melihat Jieun di depan melakukan hal yang sama. Bedanya, mata Jieun terpejam rapat. Udara panas yang ada di luar membuat suasana di dalam ruang yoga terasa seperti sauna. Panas dan keringat sudah asyik mengucur di seluruh tubuhku. Kipas angin gantung yang tertambat di langit-langit sepertinya tidak terlalu banyak membantu.

Aku menghela napas. Aku memejamkan mataku kembali dan mencoba berkonsentrasi dengan mengatur napasku secara perlahan, tetapi tidak bisa. Aku kembali membuka mataku.

"Kenapa kamu tidak kasih dia kesempatan kedua?"

Jieun perlahan membuka matanya. Dia memandangku lewat kaca besar yang terpampang di hadapannya.

"Apa?"

Dalam waktu singkat aku sudah berdiri dan duduk di sebelah Jieun yang menatapku kebingungan.

"Kenapa dulu kamu tidak kasih dia kesempatan kedua, Jieun?" Aku mengulangi pertanyaan. Mataku menatap ke mata Jieun sangat dalam.

Jieun tersenyum dan membebaskan dirinya dari posisi yoganya. "Karena ...." Jieun menghela napas yang panjang. Aku bisa melihat matanya yang berkaca-kaca. "... aku sudah kasih dia kesempatan kedua, ketiga, keempat ... sudah tidak kehitung lagi, Ji. Tapi, kesempatan-kesempatan itu tidak membuat dia berubah."

Aku tercekat mendengarnya. Jieun menaruh telapak tangannya di lenganku. "Aku ngerasa setiap orang mempunyai kesempatan untuk memperbaiki diri. Harus ada kesempatan lain. Tapi, sayangnya dia tidak pernah mau mengambil kesempatan itu."

Aku belum bisa berkata apa-apa. Aku mematung sekaligus berpikir.

Jieun meneruskan perkataannya. "Dia memang tidak mau mengubah dirinya sendiri, Ji. Dia tidak pernah berkeinginan untuk memperbaiki dirinya, sekaligus ...," Jieun menekankan kata terakhirnya, "dia tidak pernah merasa menyesal. Karena itu, aku mengambil keputusan untuk bercerai. Aku berhak untuk hidup nyaman dan tenang, yaitu dengan tidak bersamanya lagi. Memang terkadang mengambil keputusan yang terburuk terkadang akan membuat hidup kita lebih baik, Ji."

Aku termenung, lalu bertanya kepadanya, "Menurut kamu, aku harus memberikan kesempatan itu kepada Myungsoo?"

Jieun mengangkat bahunya. "Kamu mengenalnya lebih daripada aku."

For Better or WorseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang