Still a Girl

2.7K 147 1
                                    

Gluduk, gluduk, gluduk. Tanda bola keluar dari lapangan permainan.

"Hei, gadis yang disana. Tolong oper bolanya dong," pinta salah satu orang dari tim yang tertekan karena hampir kalah. Biasalah, takut karena terlanjur taruhan. Siapa yang kalah akan mentraktir makanan.

Tatapan gadis yang menjadi pusat perhatian itu terpaku pada tim lawan yang tertawa meremehkan. Mereka tertawa sombong seolah-olah akan mendapatkan kemenangan.

"Sudahlah Rowoon, kau tidak akan bisa menembus pertahanan kami. Lebih baik segera minta ke ibumu uang yang banyak untuk mentraktir timku."

"Kapten, setidaknya kasih dia kesempatan untuk mencetak gol. Kalau timnya berhasil maka kita akan mengalah kali ini. Tapi aku tidak yakin, sih tim mereka bisa mencetak gol."

"Jangan remehkan tim---" Tatapan Rowoon mengikuti arah bola yang menukik tajam menuju gawang tim lawannya. Ia termangu-mangu setelah melihat bolanya masuk karena gadis yang sempat ia mintai bantuan.

"Bagaimana bisa kamu menendangnya dengan jarak sejauh itu? Kamu hebat," ungkap Rowoon sambil mengacungkan kedua jempolnya untuk mengantarkan kepergian gadis itu.

Gadis yang dilahirkan dari rahim sosok ibu yang sangat feminim dan cantik, tapi entah kenapa meskipun ia terlahir sebagai perempuan segala yang ia miliki justru berhubungan dengan laki-laki.

Cerita itu masih melegenda sampai sekarang di kehidupan Bae Irene. Masa kecilnya justru jauh dengan boneka-boneka yang cantik, baju princess, dan aksesoris yang menawan. Kelahirannya ke dunia bahkan sempat membuat tanda tanya dibenak kedua orang tuanya. Meskipun mewarisi kecantikan ibunya, tapi entah kenapa hal yang diminati olehnya justru dijauhi oleh anak-anak perempuan pada umumnya.

"Irene, ayo kita main!" Keempat teman Irene datang mengunjungi rumahnya sambil membawa beberapa boneka barbie dan alat masak-masakan, tapi mau tahu apa yang terjadi? Irene justru menghancurkan barang-barang kesayangan teman-teman masa kecilnya.

Syukurnya hubungan mereka sampai detik ini baik-baik saja meskipun Irene tidak memenuhi kriteria dari teman-teman masa kecilnya yang lebih feminin, namun Irene tidak pernah merasakan bahwa dirinya berbeda. Ia justru senang bisa menggemari hal-hal yang disukai oleh laki-laki, menurutnya itu menarik dan jauh lebih menantang.

Bagi Irene, itu adalah kenangan masa kecil ter-legend menurutnya. Sekarang umurnya sudah 16 tahun dan akan menghadapi kehidupan baru di SMA. Irene memilih Seuli High School karena klub terbaik yang ia minati berada di sana.

Baiklah, kembali ke masa sekarang. Irene masih sibuk rebahan di kamarnya yang sangat berbeda jauh tentunya dari kamar-kamar yang diminati oleh perempuan pada umumnya.

Irene lebih suka warna yang tidak terlalu mencolok, tapi bukan soft. Ia bahkan geli mengoleksi warna-warna feminin seperti itu. Makanya yang mendominasi style Irene adalah stelan simple layaknya anak laki-laki. Warna kesukaan Irene adalah Black and White. Rata-rata yang menghiasi kamar Irene adalah poster-poster idolanya dalam dunia basket, buku-buku tentang action. No romance jadi tolong garis bawahi, dan benda-benda yang berhubungan dengan cabang olahraga kesukaannya, Basket.

Kalau ada waktu senggang, Irene akan bermain basket di dalam kamarnya. Untungnya kamarnya itu menampung fasilitas yang bisa membuatnya mengeksplorasi lebih kemampuan basketnya di rumah.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kamarnya berbeda jauh dari teman-temannya yang menyukai warna soft, gaun yang cantik, poster oppa is mine. Jujur Irene katakan, ia pernah membuat Wendy menangis karena ia kelepasan menghina oppa-nya, Kim Junmyeon X-EXO saat teman-temannya memaksanya untuk streaming youtube mengenai mv terbaru yang dikeluarkan oleh grup beranggotakan enam orang berwajah datar itu. Ia mengomentari hal ini memang karena tidak meminati dunia kpop meskipun ia tinggal di negara yang mengembangkan industri musik tersebut.

Irene pernah menasehati teman-temannya, "Kalian bisa gila jika mengikuti gaya hidup yang lebay seperti ini, heol." Hanya dirinya yang bukan kpopers dari keempat temannya; Son Wendy, Kim Jennie, Kim Jisoo dan Roseanne Park.

Sudah Irene katakan, dunianya jauh berbeda dari perempuan pada umumnya.

Pintu kamarnya di buka oleh Bae Yi Eun, ibunya. "Teman-temanmu sudah menunggu diluar, tuh," ujarnya memberitahu. Irene menepuk keningnya karena melupakan bahwa ia memiliki rencana lari pagi dengan keempat temannya.

Setelah Irene berbenah dan menghampiri temannya, tatapannya berubah linglung saat menyadari ada yang salah dengan penampilan mereka. "Kalian pikir kita akan pergi have fun? Duh, bisa hancur reputasiku jika lari pagi dengan kalian," keluh Irene sambil memijit pelipisnya.

Irene tidak terlalu bodoh mengetahui niatan teman-temannya lari pagi hanya sekedar untuk mencuci mata. Hari ini tepat diselenggarakannya aktivitas lari pagi di Seoul. Kalau istilahnya sih, hari-hari cogan keluar dari kandangnya maka dari itu teman-temannya sangat bersemangat hari ini sampai-sampai menyempatkan diri untuk berdandan.

"Palingan juga make-up kalian akan luntur karena keringat saat baru keluar beberapa langkah dari sini," dengus Irene yang membuka start untuk lari lebih dulu. Tapi, ia harus berhenti melangkah saat berhadapan dengan ibunya kembali. Tiba-tiba saja Yi Eun memasangkan jepit rambut di kepala Irene, "Setidaknya jangan mau kalah untuk tampil memukau," bisiknya yang kemudian menghela nafas saat Irene memberikan kembali jepitan rambut tersebut.

"Kamu ini tidak pernah berubah. Sejak kecil, kamu adalah rajanya membuang aksesoris yang ada di kepalamu. Padahal kalau dihitung-hitung, aku menghabiskan banyak uang untuk itu," cerita Yi Eun.

"Aku 'kan tidak pernah menyuruh ibu untuk membelikanku hal-hal norak seperti ini," balas Irene sembari memutar bola matanya kesal dan melengos pergi.

"Kodratmu adalah perempuan, jangan lupakan hal itu," teriak Yi Eun mengingatkan, tapi tidak mendapatkan tanggapan.

TBC

Extraordinary You [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang