One Word Missed

649 75 1
                                    

Langkah Irene terhenti saat tak sengaja berpapasan dengan Baekhyun di dekat kamar mandi. Kian hari gadis itu semakin terlihat cantik, bahkan secara terang-terangan para murid laki-laki Seuli High School sering menggodanya.

Suasananya jadi canggung sejak kejadian kemarin. "Ah, se-selamat pagi, sunbaenim," cengir Irene sambil melambaikan tangannya. "Kau mau kemana?" tanya Baekhyun.

Irene mengusap tengkuknya, "Ke perpus-pustakaan," balas Irene terbata-bata sehingga ia membelakangi Baekhyun sebentar sambil memekik dalam hati kenapa membiarkan dirinya terlihat bodoh di depan Baekhyun.

"Ah, pasti kau di suruh Nana saem untuk membawa banyak buku lagi 'kan?" terka Baekhyun sambil mendengus kesal dengan kebiasaan buruk gurunya yang satu itu.

Sontak Irene menganga lebar, "Darimana sunbae bisa tahu?" kagetnya yang tidak percaya.

"Tentu saja, kebiasaan buruk Nana saem yang satu itu memang sudah terkenal sekali. Harusnya dia tidak menyuruh murid perempuan, kau tahu tidak kenapa rata-rata murid perempuan SMA ini masuk klub kecantikan?"

Irene menggeleng polos seraya mengerjapkan matanya. "Itu karena supaya mereka bisa ngeles saat di suruh Nana saem bisa pergi ke klub, karena biasanya klub kecantikan aktif di sela-sela jam pelajaran maupun jam istirahat," jelas Baekhyun.

Irene mengangguk-angguk paham.

"Tidak berniat ikut?" sela Baekhyun penuh penekanan. Irene langsung menggeleng penuh keyakinan sembari menyilangkan tangannya di depan dada. "Saya tetap Setia dengan klub basket, lagipula saya tidak punya bakat di klub kecantikan," geli Irene.

"Tapi, kamu sangat cantik. Amat disayangkan bukan kalau tidak dieksplor lebih mendalam?" cengir Baekhyun sehingga membuat kedua pipi Irene memanas. Ia senantiasa memegangi tengkuknya.

"Aku hanya heran di saat murid perempuan di sini berlomba-lomba masuk ke klub kecantikan, kau justru masuk klub yang diminati banyak laki-laki," cengir Baekhyun cengengesan. Caranya tertawa lepas membuat jantung Irene berdebar-debar.

"Memangnya itu aneh?" tanya Irene polos sehingga membuat Baekhyun langsung menggeleng cepat, "Tidak sama sekali, bagaimanapun jika suka dilanjutkan saja, bukan?" ujar Baekhyun sambil tersenyum tipis. "Ayo, biar aku bantu membawa bukunya," lanjut Baekhyun.

Sedangkan Irene masih termangu-mangu ditempatnya karena tidak ia sangka pemikiran Baekhyun dan dirinya sama.

***

"Sunbaenim seharusnya tidak perlu repot membantu saya," sungkan Irene.

"Gwaenchana, kau lupa kelas dua seminggu ini menjadi babu kelas satu?" kekeh Baekhyun yang sibuk mengambilkan buku-buku yang Irene butuhkan.

"Kalau sunbae keberatan melakukannya, tidak apa-apa kok tidak dilakukan," ungkap Irene seyakin-yakinnya.

"Taruhan tetaplah taruhan, Bae Irene," sahut Baekhyun serius.

"Ta-tapi tangan sunbae--" ujar Irene tertahan. Baekhyun membalikkan badannya kemudian menatap Irene lekat-lekat sehingga membuat Irene gugup. "Tenang saja, tanganku jauh lebih baik saat kau obati kemarin," balas Baekhyun yang tersenyum nakal.

Alhasil, Irene hanya bisa tersenyum canggung. Irene kembali menoleh ke belakang saat merasa diperhatikan. "Ada apa, sunbae?" bingung Irene saat Baekhyun siap siaga berada di belakangnya. "Lebih baik kau tidak usah mengambil buku, biar aku saja. Bagaimana jika kau jatuh seperti waktu itu lagi?" khawatir Baekhyun yang terkenang akan Irene yang jatuh ke dalam dekapannya saat pertemuan pertama mereka di perpustakaan.

Extraordinary You [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang