Hari semakin gelap dan Irene merasa was-was tiap kali menatap ke sekeliling. "Astaga, kenapa lampunya tidak menyala? Apa sekolah ini waras? Mereka 'kan kaya, kenapa pelit sekali hanya untuk daya lampu?" cerocos Irene yang menggeratkan pelukannya pada dirinya sendiri.
Udara malam juga semakin sejuk.
"Kenapa? Kau takut?" sela Baekhyun tiba-tiba sehingga Irene mendesis pelan. "Urus saja urusanmu sendiri, bodoh!" umpatnya kesal.
"Baiklah, aku akan pergi ke depan," ujar Baekhyun hendak beranjak pergi, tapi Irene menggenggam erat tangannya dan menatapnya dengan tatapan mata hendak menangis. "Bisakah kau tetap disini? Suasananya benar-benar menakutkan," gumam Irene yang masih sibuk menatap ke sekelilingnya.
Irene paling benci tempat gelap dan sepi, itu mengerikan baginya. Baekhyun menahan tawanya. "Tapi, kau bilang tidak mau bertemu denganku lagi?" balas Baekhyun.
"Arghh, baiklah, baik! Dalam kondisi sekarang aku menarik perkataanku yang tadi," dengus Irene yang mengerucutkan bibirnya sembari bersungut-sungut. Baekhyun melepaskan genggaman tangan Irene dan tetap memutuskan untuk pergi sehingga Irene menghalaunya dengan cara memeluk Baekhyun dari belakang. "Ku mohon jangan pergi kemanapun," lirih Irene.
Baekhyun berdehem pelan lalu melepaskan kedua tangan Irene yang memeluk pinggangnya. "Iya, aku mengerti tapi sekarang ini aku berniat memasang pencahayaan bukannya mau kemana-mana," ungkapnya yang tertawa kecil sehingga membuat Irene merutuki kebodohannya. Dia jadi malu karena bersikap seperti tadi di depan Baekhyun.
Baekhyun menghidupkan senter ponselnya dan meletakkannya di atas rak buku supaya pencahayaannya dapat menjangkau seluruh ruangan. Setelahnya ia kembali duduk di sebelah Irene dan menyadari gadis itu tidak banyak bicara seperti sebelumnya.
Irene menyenderkan kepalanya di atas meja. Baekhyun berdehem pelan, "Apa kau kedinginan?" tanya Baekhyun saat memperhatikan Irene yang nampaknya menggigil kedinginan. Tapi, gadis itu tidak merespon.
Baekhyun hanya ingin memastikan kondisi Irene, "Hei, kau serius baik-baik saja?" tanyanya lagi yang kali ini memberanikan diri untuk menyentuh lengan Irene dan tatapannya berubah gelisah saat menyadari suhu badan Irene sangat dingin dan hidungnya mimisan.
Baekhyun sontak membuka kemejanya untuk menyelimuti Irene, menyisakan baju kaos dalamannya. Ia kelihatan benar-benar panik. Baekhyun mendekap Irene erat-erat, "Apa yang kau rasakan? Bilang padaku," desak Baekhyun sambil menatap Irene lekat-lekat. Ia juga menyeka darah yang terus keluar dari hidung Irene dan memeluk gadis itu erat-erat. "Ku mohon bertahanlah," ujarnya lirih dan sedang berpikir keras.
"Kepalaku sakit," gumam Irene yang meringis kesakitan. Ketika Baekhyun melihat sebuah kain di sudut ruangan, ia kepikiran akan sesuatu. Setelah mengikatnya dengan aman, Baekhyun memastikan bahwa ia bisa turun lewat jendela.
Sebelumnya Baekhyun membaringkan Irene di atas meja perpustakaan. "Kau tunggu sebentar, ya, aku akan kembali," ujar Baekhyun yang tergesa-gesa pergi. Irene membulatkan matanya saat melihat kenekatan Baekhyun yang turun dari lantai dua dengan menggunakan kain yang sebelumnya sudah pria itu ikatkan di tempat yang bisa menyanggah tubuhnya.
"Apa kau gila?! Bagaimana jika kau jatuh?" protes Irene yang tidak setuju dengan rencana Baekhyun, jadi ia menghalangi Baekhyun untuk lompat dari jendela. "Berbaringlah, darahnya masih keluar Irene," mohon Baekhyun tapi Irene bersikeras menghalau Baekhyun pergi.
Sampai Baekhyun mengecup bibirnya sehingga membuatnya mematung di tempatnya. "Dengan begini kau akan mengizinkan aku pergi," ujar Baekhyun yang kemudian melompat dari jendela dan turun ke bawah dengan selamat.
Irene mengerjapkan matanya berulang kali kemudian memperhatikan setiap gerak-gerik Baekhyun. "Ku mohon kembalilah," pinta Irene yang menatap Baekhyun penuh harap sedangkan Baekhyun memberikan tatapan teduhnya.
Beberapa menit setelahnya Irene menoleh ke jendela saat melihat kehadiran Baekhyun yang membawakannya obat dan makanan. "Kau harus minum ob---" Perkataannya tertahan saat mendapati Irene memeluknya erat dan menangis sesenggukan. "Aku tahu ini lancang tapi ku mohon sekali ini saja," ungkapnya dengan nada melemah dan terisak pelan.
Mata Baekhyun berkaca-kaca tanpa Irene sadari dan ia mengeratkan pelukannya.
-o0o-
Baekhyun yang sudah mengambil tasnya di loker kelas menghubungi Chanyeol dan meminta bantuan untuk keluar dari sini.
"Kau baik-baik saja?" sahut Chanyeol setelah berhasil mendobrak pintu. Pria itu datang dengan Sehun. Baekhyun tidak menghiraukan Chanyeol, justru merampas kunci mobil pria itu dan segera membawa Irene pulang.
"Haishh dasar," umpat Sehun pelan.
"Bisa kita lihat dia tidak bisa membohongi perasaannya," ujar Chanyeol yang menghela nafasnya.
Baekhyun memasangkan seat belt untuk Irene kemudian menyelimutinya. Gadis itu sudah tertidur lelap sejak makan dan minum obat.
Setibanya di rumah Irene, Baekhyun mengutarakan permintaan maafnya karena sudah membuat Yi Eun dan Taeyong khawatir. Setelah menceritakan kejadian yang menimpa mereka berdua, Baekhyun membaringkan Irene ke ranjang kamar gadis itu kemudian menyelimutinya.
Setelahnya Baekhyun berpamitan pada Yi Eun, namun Irene mendadak menggenggam tangannya dan menggeleng. "Jangan pergi. Malam ini saja, tetaplah bersamaku," katanya memohon. Baekhyun menoleh menatap Yi Eun, wanita paruh baya itu tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya.
Sepeninggalan Yi Eun, Baekhyun duduk di tepi ranjang Irene kemudian membiarkan gadis itu memeluknya erat-erat. "Hei, ngomong-ngomong kau tidak perlu memelukku. Bukankah aku bau keringat?" sela Baekhyun. Namun, ia melihat Irene tampak nikmat berada di posisi seperti itu.
Baekhyun merubah posisi Irene karena gadis itu terlihat tidak nyaman, ia meletakkan kepala Irene di pangkuannya kemudian mengusapnya penuh kasih sayang. Dan benar saja, Irene sudah tidur dengan nyenyak sekarang.
Sesudahnya Baekhyun berkenan untuk pulang karena ada urusan. Ia melihat Yi Eun dan tersenyum tipis saat beliau menawarkannya untuk ngobrol sebentar.
"Aku senang sekali yang bisa menjaga Irene adalah kamu," ungkap Yi Eun girang, akan tetapi senyumannya tak bertahan lama saat melihat wajah sedih Baekhyun.
"Ada apa? Kalian bertengkar?" tanya Yi Eun penasaran.
Baekhyun tersenyum miris, "Kami sudah putus seminggu yang lalu, aku berharap Irene bisa menemukan pria yang lebih mencintainya daripada aku," ungkapnya.
"Tapi entah kenapa tatapan matamu tidak bisa berbohong kalau kau masih mencintai Irene. Apakah ada masalah?" tanya Yi Eun lagi. Baekhyun menghela nafasnya, "Karena aku akan pergi dan tidak bisa lagi menjaganya," sesal Baekhyun.
"Apakah kau tidak akan kembali?" lirih Yi Eun, padahal ia sudah merasa cocok dengan Baekhyun dan tidak mau jika yang menjadi jodoh anaknya bukan Baekhyun.
"Meskipun aku kembali, aku tidak mau membuatnya menunggu," ujar Baekhyun getir dan menggenggam tangan Yi Eun sejenak kemudian berpamitan untuk pulang. "Tolong jangan beritahu hal ini pada Irene," mohon Baekhyun sebelum melengos pergi.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary You [✔]
FanfictionSejak kecil, Irene lebih menyukai hal-hal yang berbau laki-laki. Hal itu membuatnya menjadi gadis yang tomboy, bahkan teman-temannya kebanyakan laki-laki sehingga secara tidak langsung hidup Irene dipenuhi oleh segala aktivitas yang berhubungan deng...