Truth

545 58 1
                                    

"Apa benar kalian pelakunya?" Kepala sekolah menggebrak meja saking emosinya saat mengetahui ada celah untuk melakukan pembullyan di sekolah yang ia urus.

Semuanya mengangguk penuh penyesalan.

"Terkhusus Yuri, Saemi, Ju Da, dan Naeun, kalian akan diskorsing selama seminggu karena hampir membahayakan nyawa Irene dengan siasat menjatuhkannya dari tangga," pertegas kepala sekolah.

"Kalian boleh keluar!"

"Sialan, padahal cuma minyak tapi dia mengadu. Hah~!"

"Lihat saja kalau ketemu."

Mereka semua baru saja keluar dari ruangan kepala sekolah, tanpa menyadari keberadaan seseorang yang sedari tadi menyenderkan tubuhnya di dinding dekat pintu ruang kepala sekolah.

"Kalau ketemu berhadapan dulu denganku," sahut seseorang sinis.

Mereka semua terhenyak saat melihat sosok Baekhyun yang menatap mereka dingin, "Ini peringatanku dariku, kalau kalian mengganggu Irene lagi maka aku tidak akan tinggal diam," pertegasnya kemudian melengos pergi.

-o0o-

Langkah Irene terhenti menduduki bangkunya, tatapannya terpaku pada obat merah, perban, dan plester. Baekhyun tidak lagi menjemputnya karena hukuman taruhan itu sudah berakhir hari ini. Beberapa hari ini Irene juga jarang bertemu Baekhyun kecuali saat kegiatan klub, itupun sesekali berpapasan tanpa berbicara.

Irene menghela nafasnya kemudian menyenderkan kepalanya di atas meja, ia benar-benar sedih saat memutuskan menyerah atas Baekhyun. Bahkan dipertemuan terakhir mereka saat Baekhyun memintanya untuk berada disisinya, Irene hanya bisa menggeleng. Ia benar-benar pengecut.

Mungkin itulah alasan pria itu mendadak dingin dengannya.

Tapi, Irene penasaran kira-kira apa maksud perkataan Baekhyun waktu itu? Meskipun Irene ini kikuk masalah percintaan, tapi jika mendengar Baekhyun mengucapkan tentang itu bukankah seolah-olah Baekhyun memiliki perasaan yang sama?

Irene memukul kepalanya pelan sambil merutuki kebodohannya, mana mungkin begitu. Dasar kegeeran! Baekhyun suka pada perempuan sepertimu? Ah, mustahil. Batinnya pesimis.

Mungkin inilah yang terbaik, menyerah di awal sebelum ia lebih tersakiti di akhir jika memutuskan pantang mundur.

****

Saat latihan klub, Irene benar-benar serius dan fokus sambil tak menyadari Baekhyun sudah berada di belakangnya. Ia menoleh dan memasang wajah terhenyak karena tidak menyangka, "Lututmu sudah baik-baik saja?"

"Ah, iya," balas Irene canggung dan kembali berlatih.

"Kau pasti berhasil di kejurnas," gumam Baekhyun yang melengos pergi sehingga membuat Irene terdiam sejenak sambil memegangi erat-erat bola basket di tangannya.

Intinya sekarang hubungan di antara mereka jadi aneh, penuh kecanggungan.

Keesokan harinya adalah hari-H pertandingan basket nasional, Irene merasakan jantungnya berdebar-debar. Ia menatap foto oppa kesayangannya dulu, Moon Sung Min lalu mencium layar ponselnya. Diam-diam Baekhyun melihat hal itu dengan ekspresi yang sulit di jelaskan.

"Woho, aku berdebar-debar," ungkap Yeonwoo. "Mungkin ini rasanya tanda-tanda kemenangan," celoteh Sowon yang mendapatkan tawa dari teman-temannya.

Extraordinary You [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang