Jiwaku kian melemah tatkala melihat dunia
Tak berani mengetuk mata hingga terbuka
Hanya sehelai asap dari air hitam yang manis
Yang mampu menahan rasa tuk menangis...Gemuruh canda tawa yang menjelma menjadikan ironi
Hingga basah pun menggenangi pipi
Ku bertanya pada sang ombak, bahwa aku ini siapa?
Namun, ia malah pergi merenggut karang hingga tak tersisa...Ku bisikan pada deretan angin
Kendati ia lari membelai pepohonan
Ku bercerita pada awan
Ia timbulkan hujan
Ku tundukan kepala melihat hamparan tanah
Ia sangat kotor tapi tak berdarahKu bersujud kepada sang maha kuasa
Teringat diri yang terbalut dosa
Dan kini mata turunkan basah di atas sejadah
Merenungi diri yang kotor bagaikan tanah...Andai ku tau aku ini siapa
Jeritan pun mungkin tak akan sirna
Hingga siang menjemput malam
Malam mengecup bulan...
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Dalam Nada
PoetryDengan puisi, hati ini lebih leluasa menuangkan rasa, menaburkan tinta membentuk aksara, hingga menjelma menjadi kata kata. Yahh.. Barangkali kali ada yang satu rasa dengan salah satu puisiku ini, semisal tentang rindu dan lainnya. Selamat membaca�...