34. PAGI YANG SIBUK

14 1 0
                                    


Ku buka jendela mataku
Kala adzan subuh mengirama ditelingaku
Ku jauhkan selimut dari dekapanku
Dan menjeda mimpi yang aga semu

Ku lihat langit sedang berduka
Bercucuran hujan menimpa genteng
Dan dingin yang kini terasa
Gelap langit semakin menyerca

Perut pun menjerit tanpa henti
Menginginkan secuil nasi
Ku bergegas cepat berlari
Pergi kedapur pulang kembali

Sang kucing berlarian diatas lembabnya tanah
Aku berlari diatas panasnya lapar
Ku nyalakan kompor serta apinya
Oh hatiku sejenak terasa lega

Belum selesai begitu saja
Pagi ini jadi semakin sibuk
Ku teringat secangkir kopi
Tak lain untuk penawar pagi

Kopi dihadapanku
Jemariku mengaduk seperti menari diatasnya
Tak lupa ku celupkan rasa syukur
Atas ni'mat yang telah bercampur...

Selamat pagi...

Aksara Dalam NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang