Ku buka jendela mataku
Kala adzan subuh mengirama ditelingaku
Ku jauhkan selimut dari dekapanku
Dan menjeda mimpi yang aga semuKu lihat langit sedang berduka
Bercucuran hujan menimpa genteng
Dan dingin yang kini terasa
Gelap langit semakin menyercaPerut pun menjerit tanpa henti
Menginginkan secuil nasi
Ku bergegas cepat berlari
Pergi kedapur pulang kembaliSang kucing berlarian diatas lembabnya tanah
Aku berlari diatas panasnya lapar
Ku nyalakan kompor serta apinya
Oh hatiku sejenak terasa legaBelum selesai begitu saja
Pagi ini jadi semakin sibuk
Ku teringat secangkir kopi
Tak lain untuk penawar pagiKopi dihadapanku
Jemariku mengaduk seperti menari diatasnya
Tak lupa ku celupkan rasa syukur
Atas ni'mat yang telah bercampur...Selamat pagi...
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Dalam Nada
PoesíaDengan puisi, hati ini lebih leluasa menuangkan rasa, menaburkan tinta membentuk aksara, hingga menjelma menjadi kata kata. Yahh.. Barangkali kali ada yang satu rasa dengan salah satu puisiku ini, semisal tentang rindu dan lainnya. Selamat membaca�...