'kau harus datang ke pernikahan ku dan aku tidak mau tahu apapun alasan yang keluar dari mulut mu, paham!' suara Fanila di ujung telpon menegaskan bahwa kedatangan Zalina itu wajib
"Iya aku pasti datang ke pernikahan sahabat ku, kau tahu? aku bahkan rela menutup restoran hanya demi pernikahan mu itu!" jawab ku sembari mem-packing pakaian ke dalam koper berukuran sedang yang tergeletak di lantai dengan baju berserakan, aku tidak membawa banyak karena memang tidak ingin berlama lama menutup restoran milikku mungkin setelah menghadiri pernikahan aku hanya akan tinggal satu hari kemudian pulang di keesokan harinya.
'jika kau tidak hadir maka tidak akan ada pernikahan!'. nada ancaman sangat kentara keluar dari speaker handpone milikku karna memang aku membiarkan hp ku tergeletak tak berdaya di lantai tepat di samping koper
"Hah aku merasa kasihan dengan kevin karena memiliki istri tukang ancam seperti mu" tawa ku
'Tidak perlu kau kasihani kevin dia itu sudah terlalu mencintaiku apapun kelakuanku tidak akan mengurangi rasa cintanya kepadaku'
Fanila dengan bangganya berkata seberapa besar kevin mencintainya
"Baiklah, tidak perlu kau jelaskan secara rinci seberapa bucin kevin terhadap dirimu. Kau tahu bahkan Kevin selalu menatapmu penuh cinta meskipun kau sedang mengupil ataupun kentut di sembarang tempat, kurasa cinta memang membutakan segalanya" aku tidak heran dengan ini karena memang aku selalu di jadikan nyamuk setiap kali mereka berkencan sewaktu mereka berada di indonesia.
'Zalina...kau masih ingat dengan mimpi kita kan?'
"Ya tentu aku masih mengingatnya, mimpi yang kita pegang semenjak kelas 10 SMA bahwa kita akan menikah dengan bule tampan "
Srettt... Bunyi resleting koper
Ya aku sudah selesai packing lalu menaruh koper di samping pintu kamar lalu meraih hp lalu membaringkan tubuh di kasur'Aku telah mendapatkan kevin dan kami akan menikah lalu bagaimana dengan mu?' ya kevin adalah pria asal inggris makanya pernikahan mereka di adakan di negara calon suaminya dan artinya Fanila telah mewujudkan mimpi nya yaitu menikah dengan bule
"Kau tahu aku terlalu sibuk menjalankan restoran dan tidak memiliki waktu untuk itu Fan" helaan nafas yang aku yakin fani pasti dapat mendengarnya
'Oh ayolah aku tidak ingin kau sendirian karena aku tinggal disini, siapa yang akan menemanimu di sana?' suara Fani terdengar lirih, aku tahu dia hanya khawatir aku akan kesepian
"Tidak perlu mengkhawatirkan aku, aku...aku...tidak apa-apa aku sudah terbiasa mengerti!. Kau tidak perlu menghawatirkan aku...cukup rawat dirimu dan jangan setress juga tidurlah yang cukup. Aku tidak ingin datang ke pernikahan zombi mengerti!" ya aku hanya ingin sahabat ku bahagia tanpa harus mengkhawatirkan diriku.
'Iya aku mengerti, ah kau ingat kan bahwa Kevin termasuk kalangan atas? Nah tamu undangan kami yang hadir merupakan kalangan atas kau harus berdandan dengan cantik dan terlihat sexy mana tahu kau akan bertemu dengan jodohmu' Fanila kembali bersemangat mengutarakan ide-ide gila yang ada di otak nya
Tidak terasa sahabat konyol ku itu akan menikah dengan pria impian nya, masih ku ingat dengan lekat kenangan kenangan kami semasa SMA dan Kuliah. Rasanya agak berat melepas sahabat yang kuanggap sebagai saudari dan membagi dirinya dengan pria lain apalagi Fanila tidak lagi tinggal di indonesia dan rumah kami akan hanya aku dan bibi yang menempati.
Aku dan Fanila memang tinggal 1 rumah di jakarta karena memang kami sudah seperti saudari yang tak terpisahkan, Fanila memang masih memiliki keluarga yang utuh berbeda dengan ku yang sebatang kara.
Orangtua Fanila sendiri asli bandung Fanila akan pulang ketika libur kerja dan pastinya mengajakku untuk ikut pulang ke bandung, orangtua Fanila sudah tidak asing denganku bahkan aku sudah di anggap sebagai putri mereka sendiri dan aku diperbolehkan memanggil mereka sama seperti Fanila memanggil mereka
Mami dan papi.Ah aku jadi rindu mereka,pastinya mereka sudah ada di inggris 1 bulan menjelang pernikahan putri mereka.
"Ayolah Fan kau tahu sendiri aku bukanlah wanita sempurna untuk disandingkan dengan pria pria kalangan atas disana, tentunya aku sadar diri" oke berbicara dengan Fani memang tidak akan memakan waktu yang sebentar ini saja kami sudah berbicara hampir 2 jam
'Kau ini terlalu merendah diri'
"Kau mengejekku ya?! Sudah tahu bahwa tinggi badanku rendah" aku pura pura jengkel atas kalimatnya
'Hei kau tahu bukan itu yang ku maksud jadi jangan marah' protesnya
"Ya...ya... Aku tahu, hanya berniat mengerjaimu saja tadi lagipula tak mengapa merendah untuk meroket"
'Hm ya terserah kau sajalah, mami dan papi terus menanyaimu kapan kau akan ke inggris mereka rindu putri nya yang satu lagi'
"Sampaikan pada mami dan papi bahwa putrinya ini juga merindukan mereka"
'Kau mengambil penerbangan jam berapa'
"Pagi, sudah ya aku mengantuk dan lelah mendengar ocehan mu itu bye" aku memutuskan telpon secara sepihak karena mataku sudah tidak mampu menahan kantuk
Besok aku akan ke inggris tepatnya London.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby [TAMAT]
RomanceSingkat cerita alur hidupnya berubah semenjak ia mendatangi pesta pernikahan sahabatnya di Inggris ***