Aku sedang mendorong troli yang berisi bahan dapur, hari ini aku memang pulang lebih awal dari biasanya karena aku harus berbelanja kebutuhan pokok yang sudah habis.
Entahlah biasanya aku baru akan berbelanja seminggu sekali namun belakangan ini bahan di kulkas lenyap dengan sangat cepat dalam waktu yang singkat, padahal hanya aku sendiri yang menghabiskannya.
Ku akui porsi makan ku semakin membesar dan melonjak naik secara drastis.
Aku mendorong troli menuju stan snack dan berhenti untuk mengambil snack yang aku inginkan namun sulit karena snack itu berada di rak yang tinggi sedangkan aku adalah liliput yang menyedihkan terjinjit berusaha menggapai meskipun hasilnya nihil.
Aku tidak menyerah dengan mudah
Demi snack yang akan menemani SLTM (Sindrom Lapar Tengah Malam)
Aku tetap berjinjit dengan tangan yang terulur tinggi berusaha meraih ujung bungkus snack."iss kenapa rak nya tinggi banget? Niat jualan nggak sih?" aku menggerutu kesal
Tanganku masih tidak dapat mencapai se-cuil pun ujung bungkus snack bahkan aku sudah lelah berdiri bertumpu pada ujung jari kaki.
Hingga tangan kekar meraih snack yang aku inginkan sontak aku berbalik
"itu snack milik...ku...Riller?"
Aku terkejut karena tidak menyangka kami akan kembali bertemu di supermarket"ini...aku tahu kamu dari tadi kesulitan menggapai snack, tadinya aku hanya lewat dan kebetulan melihatmu yang 'berusaha'. Semangatmu yang pantang menyerah itu menghiburku jadi aku putuskan untuk menyaksikan mu sebentar sebelum menolongmu"
Riller menyerahkan snack padaku lalu ia bersedekap dengan senyum menyebalkan yang terpantri di wajah yang sialnya tampan.
"Tetangga macam apa yang tega melihat tetangganya kesulitan lalu menontonnya alih alih membantu? Bukan begitu tuan Riller?"
Aku memincingkan mata bertingkah seakan marah padahal percayalah itu hanya akting"maaf karena aku merasa terhibur di atas penderitaanmu tapi percayalah aku tidak sekejam itu, buktinya snack itu sudah parkir dengan tenang di troli mu bukan?"
Riller tertawa dan percayalah tawa nya sangat merdu ditambah visualnya yang waw membuat wajahku seakan memanas.
Tahu kan rasanya bagaimana?
Ketika wajahmu tiba tiba memanas dan panasnya seakan menyebar ke seluruh tubuhmu bahkan dinginnya pendingin udara tidak mampu meredakan panas itu.Aku berbalik menghadap pegangan troli membelakangi Riller
'Astatang jangan sampai dia melihat wajahku yang memerah ini, betapa memalukan dirimu wahai Zalina melihat senyum dan tawa lebarnya saja wajahmu sudah memerah. Dasar lemah! Dasar aku!'"masih marah padaku? Apa aku kurang tampan di matamu sehingga kamu lebih memilih melihat pria tua itu?" Riller bersuara
Aku yang tidak sadar dengan apa yang di maksud Riller pun akhirnya menyadari ternyata arah pandanganku sedari tadi adalah pria tua yang ku taksir umurnya sekitar 50an dan yang lebih menyeramkan adalah pria tua itu yang menatapku dengan senyum nya yang menyeramkan, tubuhku merinding lalu aku dengan cepat berbalik ke belakang dan bersembunyi di dada bidang Riller tanpa berfikir panjang.
"hei...ada apa? Mengapa memelukku secara tiba tiba? Kamu sakit?" Riller terlihat khawatir namun aku masih setia menenggelamkan wajahku di dadanya.
"katakan sesuatu Zalina! Jangan hanya diam karena aku bukan cenayang yang bisa membaca pikiranmu...jadi jangan buat aku khawatir!" Riller berusaha menjauhkanku dengan pelan dari tubuhnya namun aku tetap bertahan di posisi semula.
"hei...ada apa? Tolong jangan buat aku semakin khawatir!"
Aku menjauh dengan enggan dan mendongak menatapnya yang bertubuh tinggi sangat kontras denganku...oke lupakan kembali ke topik.
"aku takut" cicitku pelan
"apa? Suaramu terlalu kecil nona"
"aku takut" aku menaikkan sedikit oktaf suara
"apa? Mengapa berbicara sangat pelan? Apa pita suara mu habis?"
Aku gemas dengan pertanyaan yang dia lonyarkan, dengan cepat aku menarik lehernya menurun sejajar denganku menggunakan kedua tangan mungil ku.
"ku bilang...aku takut" aku berbisik tepat di samping telinganya
Riller entah kenapa dengan tiba tiba berdiri tegak setelah aku berbisik di telinganya, tanganku yang masih melingkari lehernya otomatis ketika ia berdiri tegak maka aku ikut terangkat.
"ada apa denganmu kenapa berdiri tanpa bilang terlebih dahulu? Sekarang turunkan aku!" aku masih bergelantungan di lehernya namun ia masih tetap tegap tanpa merasa keberatan dengan bobot tubuhku alih alih marah wajahnya terlihat memerah hingga kupingnya yang sedikit menyembul dari balik rambut panjangnya.
"Riller...kamu masih berada di bumi kan? Hello...ada orang di sana?" aku masih mengeratkan peganganku dan tanpa sadar kedua kaki ku melingkari pinggangnya dengan lengan kiri melingkari leher Riller sedangkan tangan kananku mengetuk dahi Riller.
"ah...maafkan aku" Riller menurunkanku dengan perlahan hingga kedua kaki ku menapak di lantai
"kenapa wajahmu memerah? Sakit?" aku menatap Riller khawatir
"kenapa tadi takut? Apa ada yang melakukan hal buruk padamu?" aku tahu Riller mencoba untuk mengganti topik pembicaraan kami
'Oho ho...tidak semudah itu ferguso'
"jangan mencoba mengalihkan topik pembicaraan wahai Tuan Riller yang terhormat" aku melipat kedua tanganku bersidekap dan tersenyum menatapnya
"pria tua tadi sepertinya tertarik padamu...dari tadi dia bahkan tidak mengalihkan pandangannya" wajah Riller terlihat serius
"apa kamu yakin?" rasa takutku kembali muncul
"ya tentu...dia bahkan tidak bergerak dari tempatnya yang tadi" Riller menatapku
"Tuan tetangga tolong bantu aku mengusirnya...aku takut" aku meraih jas yang dikenakan Riller dan meremasnya dengan erat dan masa bodoh dengan jas nya yang kusut oleh jemariku
"tidak bisa"
"kenapa?" aku merengek padanya
"pertama ini tempat umum, kedua aku tidak bisa mengusir pelanggan yang lainnya dengan alasan tidak jelas, ketiga bisa bisa malah aku yang di usir" Riller menggenggam kedua bahuku
"tapi aku takut" aku berusaha terlihat menyedihkan di matanya
"aku tahu" Riller tersenyum
"kalau sudah tahu ya lakukan sesuatu" dasar laki laki tidak peka!
"melakukan apa?" Riller tersenyum menggodaku
"bawa aku pergi dari lorong ini" aku memohon padanya
"baiklah baiklah...rasanya sangat menyenangkan melihat wajahmu yang memohon tidak berdaya" Riller mendorong troli dengan kedua tangannya yang mengurungku di antara dia dan troli, aku yang berdiri di tengah dia dan troli dengan kata lain aku berjalan mundur dengan bersembunyi di dadanya
Aku tahu ini memalukan
Tapi ini lebih baik daripada tidak sama sekali.***
Jumat, 3 juli 2020Wahai Readers My Baby
Aku mohon maaf atas keterlambatan update 😁
Menurut kalian part ini gimana?
Vote+comment=❤❤❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby [TAMAT]
RomanceSingkat cerita alur hidupnya berubah semenjak ia mendatangi pesta pernikahan sahabatnya di Inggris ***